Psikologi rakyat dimainkan. Psikologi akan ketidakpercayaan terhadap penegakan hukum dan pelanggaran HAM. Rakyat akan terbawa pada suasana terlalu pesimis.Â
Tan Malaka pernah memberi nasihat: "Kita tak boleh merasa terlalu pesimistis, pun tak boleh terlalu optimistis, karena kedua perasaan itu akan mudah membawa kita ke oportunisme."
Sikap dari Prabowo sangat berbahaya bagi pemikiran kritis. Menelan mentah-mentah sebuah informasi demi tujuan politik dapat menyebabkan dekadensi pemikiran.Â
Tahukah anda bahwa pemikiran kritis ditekan habis-habisan di rezim Soeharto? Apakah lewat contoh kasus RS, Prabowo mengesampingkan pemikiran kritis?Â
Bukankah era reformasi bangkit lewat pemikiran kritis? Lantas apakah Prabowo menginginkan rakyat kita tak berpikir logis? Hal ini hanya akan membangkitkan fanatisme membubarkan akal.
Hoax Ratna menjadi bukti bahwa cara yang dilakukan Prabowo dalam berkampanye tidaklah mengedepankan akal sehat. Hambalang Prabowo menggunakan cara demagog demi mengaktifkan fanatisme sempit masyarakat. Menunggangi angin demi kekuasaan. Lambat laun akan menghilangkan kritis dan idealisme.Â
- Meracuni rakyat Indonesia agar tak berfikir logis. Rakyat tak mau mendengar satu dengan yang lain. Ujung-ujungnya mungkin ucapan Prabowo benar adanya. Bahwa Indonesia akan bubar, yang justru terjadi karena sikap demagognya.
Sumber:
1. Tempo [Demagogi]
2. Tirto [Pasca-1998: Surplus Fanatisme, Defisit Akal]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H