Mohon tunggu...
Negara Baru
Negara Baru Mohon Tunggu... Freelancer - Tentang Saya
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Memberi Sudut Pandang Baru Negara Kita

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Muhammadiyah Ungguli NU soal Corona

12 Maret 2020   20:29 Diperbarui: 13 Maret 2020   12:04 255
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dr. Corona. merahputih.com

Selain itu, Muhammadiyah juga telah membentuk tim bernama Muhammadiyah COVID-19 Command Center (MCCC) yang diketuai dr. Corona Rintawan. MCCC diharapkan dapat membantu pemerintah mengatasi wabah corona dengan penanggulangan yang terstruktur dan rapi. Konsep dari MCCC adalah pencegahan, pendeteksian dini, dan penanganan awal.

Muhammadiyah juga telah menyiagakan sekitar 30.000 AUM (Amal Usaha Muhammadiyah) demi melakukan penyuluhan dan sosialisasi terkait COVID-19 beserta upaya pencegahannya.

Sumber : Pikiran Rakyat [Siapkan 20 Rumah Sakit Siaga Virus Corona, Muhammadiyah Tunjuk dr. Corona Jadi Ketua Tim]

Dari sini saja sudah terlihat jelas perbedaan antara NU dengan Muhammadiyah dalam hal kemaslahatan umat. NU fokus menangkal corona dengan doa sedangkan Muhammadiyah menangkal corona dengan ilmu medis dan sains. Bahkan Muhammadiyah telah memiliki dokter yang bernama dr. Corona Rintawan yang menjadi pimpinan MCCC. Dari sekian banyak dokter, ia menjadi simbol bagi Muhammadiyah untuk menahan penyebaran corona. Bukankah itu berarti Muhammadiyah memiliki banyak dokter sehingga dapat dipilih namanya yang sama dengan virus corona?

Beda penanganan antara Muhammadiyah dengan NU tentang corona sebenarnya telah tercermin dari budaya masing-masing kedua organisasi.

Muhammadiyah memang cenderung sering bentrok antar internalnya sendiri seperti yang terjadi antara Ketum PP Muhammdiyah Haedar Nashir dengan tokoh Muhammadiyah Amien Rais di Pilpres terdahulu. Akan tetapi kemungkinan itu disebabkan karena mereka berisikan orang-orang pintar dan kritis. Oleh karena itu acap kali kita lihat fokus Muhammadiyah lebih pada Pendidikan dan tindakan yang nyata demi kemaslahatan umat, terlihat dari banyaknya rumah sakit dan dokter, hingga Universitas Muhammadiyah yang berada di mana-mana.

Sedangkan NU diisikan oleh orang-orang polos dan loyal. Hal ini baik dalam menjaga persatuan NU, akan tetapi sangat disayangkan, segelintir orang pintar di NU telah membodohi kadernya sendiri untuk mengangkat posisi diri sendiri ketimbang mendorong kecerdasan secara merata di kalangan NU. Bahkan Gus Yahya yang merupakan Khatib Aam PBNU sempat menyindir PBNU agar generasi santri muda NU dapat bermakna bagi Indonesia dan kemanusiaan dunia, tak hanya bagi internal NU.

Sumber : Antara News [Gus Yahya: NU harus bisa jadikan energi generasi muda NU bermakna]

Oleh karena itu, maka tak aneh ketika cendekiawan NU lebih memilih melanjutkan sekolah atau berdomisili di luar negeri. Merekalah kalangan NU yang kritis, terbukti dari kritikan PCINU UK terhadap penanganan virus corona di Indonesia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun