Mohon tunggu...
Dr. Neffrety Nilamsari
Dr. Neffrety Nilamsari Mohon Tunggu... Dosen - Dosen Fakultas Vokasi Universitas Airlangga

Dosen K3, Fakultas Vokasi, Universitas Airlangga.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Amartya Smart Fatigue Detector Karya Dosen Fakultas Vokasi UNAIR, Membuat Aktivitas Fit Test di Perusahaan lebih Menyenangkan

20 Desember 2022   08:00 Diperbarui: 20 Desember 2022   09:05 349
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar 1. Real Prototype

Hasil Penelitian Unggulan Fakultas (PUF ) berjudul SMART BRACELET PROTOTYPE FOR WORK FATIGUE DETECTION telah mencapai tahap penyelesaian di bulan Oktober 2022 berupa produk prototype deteksi kelelahan kerja yang dapat dipergunakan saat aktivitas Fit Tes di perusahaan. Prototype tersebut merupakan hasil kolaborasi Tim Peneliti Dosen dan Mahasiswa Prodi. D-IV Keselamatan dan Kesehatan kerja Fakultas Vokasi Universitas Airlangga yang diketuai Dr. Neffrety Nilamsari,S.Sos.,M.Kes dengan anggota tim Indah Lutfia,S.KM.,M.Kes, Ardana Ardianto, Theresia Icha Octavianes If Cahyaningtyas dan Liza Faitho Khafsoh.

Kelelahan merupakan kondisi yang menunjukkan keadaan tubuh baik fisik maupun mental yang semuanya berakibat pada penurunan daya kerja serta ketahanan tubuh. Pada pekerja manufaktur yang terdapat aktifitas kerja repetitive atau monoton. Kelelahan kerja dapat terjadi sebagai akibat beban kerja melebihi kapasitas kerja dari seorang pekerja. Kelelahan kerja yang tidak dikendalikan dapatberakibat pada terjadinya penyakit akibat kerja atau kecelakaan kerja.  Oleh karena itu diperlukan upaya preventif maupun pengendalian terhadap terjadinya kelelahan kerja. 

Salah satu upaya preventif yang dapat dilakukan perusahaan untuk mencegah atau meminimalisir kelelahan kerja adalah dengan melakukan fit to work pada pekerja yang diperusahaan disebut dengan Daily Fit to Work. Program ini untuk memastikan semua pekerja yang datang dalam kondisi fit untuk bekerja, sehat, bugar dan tidak dalam kondisi sebaliknya misalkan sakit. 

Fit to work juga dapat dilakukan di tengah waktu kerja untuk tujuan pengendalian kelelahan kerja. Berdasarkan uraian tentang pentingnya melakukan fit to work pada pekerja untuk tujuan preventif dan pengendalian kelelahan kerja, maka perancangan, pembuatan dan pengujian prototype untuk deteksi kelelahan kerja perlu dilakukan. 

Untuk tujuan tersebut maka Tim Peneliti Prodi D-IV K-3 Fakultas Vokasi UNAIR telah berhasil membuat Amartya Smart Fatigue Detector dan telah melalui uji coba sensitifitas serta spesifisitas alat yang dibandingkan dengan gold standar Oximeter merek Onemed. Uji coba prototype telah dilakukan di PT Terminal Petikemas Surabaya dengan subjek uji coba sebanyak 270 orang responden yang bekerja sebagai Operator Head Truck (OHT).

Gambar 2. Ketua Tim Neffrety dan Anggota Tim Indah, uji coba efektifitas prototype AH dengan Oximeter One Med kepada salah seorang operator head 
Gambar 2. Ketua Tim Neffrety dan Anggota Tim Indah, uji coba efektifitas prototype AH dengan Oximeter One Med kepada salah seorang operator head 

Sensitivitas alat ukur adalah kemampuan dari alat ukur untuk mengidentifikasi secara benar siapa yang menderita penyakit diantara orang yang sakit. Dalam penelitian ini, sensitivitas dari alat ukur prototype AH dilihat dari kemampuan alat ukur prototype AH dalam mengidentifikasi secara benar pekerja yang tergolong mengalami kelelahan kerja. Pada alat ukur prototype AH diperoleh hasil  bahwa sensitifitas sebesar 96,29%. Artinya, hasil status kelelahan kerja berdasarkan prototype AH dapat merepresentasikan 96,29% kasus kelelahan kerja secara benar berdasarkan baku keemasan. Penentuan false negative ini penting karena pekerja yang sebenarnya positif Lelah dikatakan normal/ fit bekerja. Hal ini dapat berdampak pada minimnya tindakan yang seharusnya dapat diberikan kepada pekerja untuk meningkatkan produktivitas kerja.

Spesifisitas adalah kemampuan dari suatu alat ukur untuk mengidentifikasi secara benar orang yang tidak mempunyai penyakit diantara orang yang tidak sakit. Dalam penelitian ini, spesifisitas dari alat ukur prototype AH dilihat dari kemampuan alat ukur prototype AH dalam mengidentifikasi secara benar pekerja yang tergolong memiliki kondisi yang fit to work diantara pekerja yang dinyatakan fit to work menurut baku keemasan. 

Pada alat ukur prototype AH diperoleh hasil bahwa spesifisitas sebesar 84,21%. Artinya, hasil status kondisi fit to work pada pekerja berdasarkan prototype AH dapat merepresentasikan 84,21% kondisi fit to work pada pekerja secara benar berdasarkan baku keemasan. 

Penentuan false positive ini penting sebab apabila hasil pemeriksaan menunjukkan positif pekerja mengalami kelelahan kerja, maka akan berdampak pada pembengkakan biaya akibat pelayanan kesehatan yang diberikan pada seseorang yang tidak seharusnya memerlukan intervensi lanjutan. Terjadi pemborosan pengeluaran dana bagi perusahaan untuk diagnosis lanjutan dan pengobatan. 

Selain itu, pekerja yang terdiagnosa lelah akan mengalami kecemasan akan kondisi kesehatan dirinya, sehingga menjadikannya kurang fokus bekerja. Alat ukur yang valid adalah alat ukur yang memiliki nilai sensitivitas dan spesivisitas yang tinggi seperti pada alat ukur prototype AH. Hal ini juga dibuktikan dengan hasil uji perbandingan Wilcoxon yang menunjukkan valid, sehingga hasil ujiefektifitas alat ( sensitifitas dan spesifisitas ) prototype AH dapat sama baiknya/ memenuhi syarat dengan hasil baku keemasan Oximeter merek OneMed. 

Artinya prototype AH tidak diragukan dalam kemampuannya untuk mendeteksi pekerja yang benar-benar mengalami kelelahan kerja. Keberadaan Prototype AH sebagai salah satu alat yang menunjukkan seseorang pekerja dinyatakan siap/ fit untuk bekerja menjadikan aktivitas Fit to work di PT Terminal Petikemas Surabaya menjadi lebih menyenangkan karena para pekerja secara mandiri dapat mengetahui kondisi kesehatannya dengan hanya melihat hasil tes denyut nadinya berdasarkan indikator warna yang muncul pada alat/ prototype. 

Para pekerja tidak perlu lagi bertanya pada petugas tentang interpretasi hasil pengukuran denyut nadi mereka yang pada oximeter tercantum angka tanpa diketahui interpretasi langsung hasil pengukurannya, sehingga membutuhkan waktu tambahan bagi petugas untuk mengutarakan hasil pengukurannya kepada para pekerja. 

Keberadaan Prototype yang diberi nama Amartya Husada ( Prototype AH ) sebagai Smart Fatigue Detector dapat dikatakan sangat membantu petugas saat melakukan fit test di perusahaan dan menjadikan para pekerja dapat secara mandiri mendeteksi kelelahannya, sehingga dapat dilakukan upaya pengendalian sejak dini agar pekerja dapat segera mulai bekerja tanpa diawali kelelahan. Harapan tim peneliti di masa mendatang Prototype AH dapat diproduksi lebih banyak, sehingga dapat dipergunakan oleh banyak perusahaan sebagai salah satu alat deteksi kelelahan kerja pada aktivitas fit-tes. 

Saat ini Prototype AH sedang menunggu mengesahan sertifikat design produk dari KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA DIREKTORAT JENDERAL HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL dan telah didaftarkan dengan nomer ID A00202204516. Besar harapan Tim Peneliti Prototype AH ini dapat menjadi Produk Unggulan Fakultas Vokasi yang dapat berkontribusi membantu penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Perusahaan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun