Mohon tunggu...
Necholas David
Necholas David Mohon Tunggu... Editor - Editor

"Nico", tinggal di Malang. Berpikir untuk Menulis; Menulis untuk Berpikir.

Selanjutnya

Tutup

Catatan Artikel Utama

Dua Teknologi Penyelamat Kehidupan Menulis

16 September 2014   17:03 Diperbarui: 18 Juni 2015   00:32 442
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_359592" align="aligncenter" width="620" caption="Ilustrasi mengetik/Kompasiana (Kompas Tekno)"][/caption]

Sembilan tahun terakhir ini saya hanya mengetik seperlunya. Kedua tangan saya sulit diajak kerjasama. Baru mengetik beberapa lama, pergelangan tangan mulai terasa sakit. Jari-jari terasa kebas. Tidak nyaman. Kadang rasa sakit itu sampai mengganggu tidur.

Penyebabnya adalah intensitas tinggi menggunakan keyboard dan mouse selama bertahun-tahun. Sejak kelas 5 SD saya sudah mengenal komputer dan jatuh cinta dengan peralatan canggih ini. Sahabat pertama saya di komputer adalah game Digger, sebuah permainan yang populer pada awal 1990-an.

Bersama sahabat ini, jari-jari saya terus dilatih untuk menekan tombol panah ke atas, bawah, kiri dan kanan. Sejak itu, saya tidak pernah lepas dari komputer. Mengerjakan tugas, menulis diari, merancang brosur, bermain game, semua dilakukan dengan keyboard atau mouse.

Ketika saya bekerja di sebuah penerbitan, intensitas menggunakan kedua perangkat tersebut makin tinggi. Menerjemahkan buku, mengedit tulisan, setting buku, kirim email dan berbagai aktivitas lain. Pernah suatu ketika saya menerjemahkan sebuah novel, tangan saya tidak kuat lagi untuk mengetik sehingga saya terpaksa menulis terjemahan di atas kertas. Setelah itu saya meminta seorang teman untuk mengetiknya dengan sedikit imbalan.

Meskipun tidak pernah memeriksakan diri ke dokter, saya tahu bahwa saya mengalami Repetitive Strain Injury dan Carpal Tunnel Syndrom. Kedua penyakit yang timbul akibat terlalu banyak melakukan pekerjaan yang sama berulang-ulang.

Berbagai usaha saya lakukan untuk mengurangi rasa sakit. Merendam tangan di air hangat. Sering memijat-mijat tangan sendiri. Mengurangi kecepatan mengetik. Semuanya belum memberi hasil maksimal. Saya berusaha lagi mengatur berbagai hal teknis, seperti:

1. Menyimpan auto replace di Open Office saya. Misalnya, saya cukup mengetik “yg” untuk “yang”, “bgm” untuk “bagaimana”, “kk” untuk “ketika”, dan sebagainya. Kelemahan dari cara seperti ini adalah ketika program di-install ulang atau mengetik dengan komputer lain. Akhirnya saya membeli software Typebooster. Harganya cukup mahal, 29,99 USD, namun saya relakan demi kesehatan tangan. Dengan program ini saya bisa menyimpan seluruh data auto replace saya.

2. Membeli keyboard dengan bentuk ergonomis. Layout setiap tombol mengikuti lekukan tangan sehingga meminimalkan rasa sakit.

4. Mengatur tempat duduk sesuai dengan posisi mengetik yang paling ergonomis. Untuk itu saya juga harus membeli kursi yang dapat diatur ketinggiannya.

5. Mengetik sambil berdiri. Inilah satu satu posisi kerja yang paling saya sukai. Sudah banyak perusahaan yang mendorong karyawan mereka untuk bekerja dengan posisi ini. Terlalu lama duduk dapat membahayakan kesehatan.

6. Membeli sarung tangan dan bantalan untuk mengganjal pergelangan tangan ketika menggunakan mouse dan keyboard.

Usaha-usaha di atas berhasil mengurangi rasa sakit. Namun, saya sangat bersyukur kini ada dua teknologi yang amat bermanfaat. Keduanya dapat saya temukan dalam handphone Android. Mudah sekali penggunaannya.

Pertama, mengetik dengan swipe keys. Kita cukup menggeserkan jari dari huruf ke huruf untuk membentuk sebuah kata. Ukuran keyboard juga dapat diatur. Saya sengaja memilih ukuran terkecil supaya tidak perlu menggeser jari terlalu jauh.

[caption id="attachment_342930" align="aligncenter" width="300" caption="Tampilan Swipe Keys"]

14108350841853943500
14108350841853943500
[/caption]

Kedua, fasilitas Google Voice. Dengan mengubah setting bahasa ke bahasa Indonesia, saya bisa “mengetik” dengan mulut. Berbicara dengan jelas dan perlahan, kata-kata kita otomatis diubah dalam bentuk tulisan.

[caption id="attachment_342931" align="aligncenter" width="300" caption="Tampilan Google Voice"]

14108353901625032703
14108353901625032703
[/caption]

Draft-draft tulisan saya kerjakan dengan dua teknologi ini. Setelah itu barulah saya gunakan laptop untuk mengedit. Dengan demikian, rasa sakit di tangan menjadi sangat berkurang. Syukurlah, dua teknologi ini menolong saya untuk lebih banyak menulis.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun