Mohon tunggu...
Andi Gunawan
Andi Gunawan Mohon Tunggu... lainnya -

Anak Indonesia dan Tukang Cerita. Untuk kalimat pendek, colek saya di @ndigun

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Bulan Kedelapan

23 Maret 2010   04:42 Diperbarui: 26 Juni 2015   17:15 145
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Kau mencintai penjahat.”

“Aku mencintaimu sebusuk apapun baumu. Apa ada yang lebih tahan dariku menyimpan belangmu? Ibumu saja lupa punya anak sepertimu.”

“Kau mencintai kelaminku, bukan aku!”

“Persetan dengan kelaminmu! Aku muda dan cantik. Aku bisa mendapatkan kelamin lelaki manapun yang kumau. Tapi maaf, aku tak sehina lacurmu itu.”

“Apa maumu?”

“Tetapkan kelaminmu pada satu wanita! Aku atau si jalang itu!”

“Keduanya tak ada yang lebih baik. Aku tak akan memilih. Aku akan menghilang dari keduanya. Adil!”

“Racun! Mulutmu racun. Jangan samakan aku dengannya. Dunia tahu aku lebih layak atas dirimu!”

----------------------------------------------------------------------------------

Hari kedua bulan kedua tahun ini.

Aku terbangun dari kenyataan buruk semalam. Sendirian. Tak ada perayaan. Tak ada kebiasaan. Seharusnya hari ini ada mawar kedelepan. Kau pergi di sela-sela kalimatku yang menggantung di bawah malam. Tak ada hujan. Tak ada rembulan. Hanya gerimis manis nan romantis yang menyisakan kunang-kunang. Kau mengikuti hasratmu. Entah ke pelukan si jalang itu atau si jalang lainnya aku tak tahu. Aku hanya tahu ternyata kau tak layak untukku. Semoga Tuhan yang kau sembah masih mau menunjukan arahNya padamu. Aku tak meyesalimu. Aku justru prihatin saat tahu baumu semakin menyengat.

Kudoakan dari jauh agar kau berjumpa dengan kembang surga yang semerbak di ujung jalan sana.

***

-AG- Kantor, 3 Pebruari 2010

*sedang belajar membuat cerpen :')



HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun