[caption id="attachment_302372" align="alignnone" width="866" caption="sumber : hitung melalui Ms. Excel"]
Nah... Jika kita urutkan sesui index terbesar korupsi dan terendah, maka hasil yang didapat adalah sebagai berikut:
Tak bisa dipungkiri, bahwa yang index tertinggi korupsi masih di tempati PDIP. Selanjutnya ditempati partai baru Gerindra dan Hanura. Yang jadi pertanyaannya adalah, ‘Mengapa KPKwatch hanya gunakan data tahun 2009 ?” Kayaknya mulai terbongkar nih.. Hehehe..
Hemat saya, sebenarnya tanpa KPKwatch_RI merilis Index, sudah cukup mengetahui siapa partai terkorup, namun index yg dikeluarkan itu terlihat lebih adil, kenapa? karena tidak bisa disamakan besarnya 10 korupsi yg dilakukan partai besar dengan 10 korupsi yg dilakukan partai kecil.
Mari kita perdalam lagi analisanya.. Mbak Novi juga menggugat tentang keterangan “Mantan Kades” dan “Gunung Kidul”, juga “Ketua MK” :
Setelah saya cek, Ketua MK adalah kader Golkar, wajar beliau dimasukkan list kasus di kader golkar, nama Gunung kidul, setelah saya coba telusuri, maksudnya adalah anggota Dewan DPRD Gunung Kidul.
[caption id="attachment_301652" align="alignnone" width="448" caption="sumber :sila browse link di bar address"]
Semoga kita bisa sependapat, bahwa keterangan Gunung Kidul dalam grafik tersebut sebagai salah ketik tim KPKwatch.
Lalu, ini :
Setelah saya coba googling, ternyata, mantan Kades Manis Kidul yg ada di list Partai Hanura, adalah Caleg Hanura. Ini Buktinya :
Lagi-lagi yang dikritisi hanyalah tentang keterangan jabatan dari nama pelaku korupsi saja. Padahal, jika kita mau mencari tahu lebih jauh, maka akan terlihat kasus yang sebenarnya. Saya rasa bukan maksud tim KPKwatch untuk membuat grafik tersebut menjadi absurd dengan analisa-analisa ringan yang dibuat oleh Mbak Novi dalam blog-nya.
Namun, saya sedikit berterima kasih kepada pembuat analisis di blog tersebut. Karena telah membuat saya menjadi penasaran, dan berusaha untuk mencari lebih jauh tentang nama-nama yang ada dalam grafik yang dirilis KPK Watch. Yang ternyata, ketika kita cek, kasus itu memang betul-betul ada dan terjadi di dunia nyata dan tersiar di dunia maya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H