Mohon tunggu...
N DEFA ALWIYYAH IDRUS
N DEFA ALWIYYAH IDRUS Mohon Tunggu... Freelancer - Defa

semua enak kalo kita bersyukur

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Penanaman Nilai Agama dan Moral pada AUD Berdasarkan Perspektif Al-Ghazali

21 Juni 2022   18:47 Diperbarui: 21 Juni 2022   18:52 211
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

PENANAMAN NILAI AGAMA DAN MORAL PADA AUD BERDASARKAN PERSPEKTIF AL-GHAZALI

 

N. Defa Alwiyyah Idrus

Willa Apriantika Syakhira Balqis

Azka Namira

 Nurul Izzati

 Chika Ardani Putri

Lathipah Hasanah

                                                                                   Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

                                                                                           @nengdefaalwiyyahidrus428@gmail.com

                                                                                                                      Abstrak Inggris

 

This a study of Al-Ghazali's view of the instilling of religious and moral values in early childhood. Education of moral values in the PAUD program is a solid foundation and is very important to exist, and if it is properly embedded in every human being from an early age, it is a good start for the education of the nation's children to undergo further education. Methods This research uses the type of library research. With a descriptive qualitative approach about how to instill religious and moral values for early childhood. In this study, Al-Ghazali applies a curriculum that pays special attention to the religious sciences and education using the Child centered principle to facilitate the formation of religious and moral values for early childhood.

 

Key words : Instilling Religious and Moral Values, Early Childhood, Al-Ghazali

 

                                                                                                                         Abstrak Indonesia

 

Inilah kajian pandangan Al-Ghazali terhadap Penanaman nilai agama dan moral pada Anak usia dini. Pendidikan nilai - nilai moral agama pada program PAUD merupakan fondasi yang kokoh dan sangat penting keberadaannya, dan jika hal itu telah tertanam dengan baik dalam setiap insan sejak dini, hal tersebut merupakan awal yang baik bagi pendidikan anak bangsa untuk menjalani pendidikan selanjutnya.Metode Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kepustakaan (library research). Dengan jenis pendekatan kualitatif deskriptif tentang bagaimana menanamkan nilai agama dan moral bagi anak usia dini. Dalam kajian ini Al-Ghazali menerapkan kurikulum yang memberikan perhatian khusus pada ilmu-ilmu agama dan Pendidikan menggunakan prinsip Child centered untuk memudahkan pembentukan nilai agama dan moral anak usia dini.

 

Kata kunci : Penanaman Nilai Aama dan Moral, Anak Usia Dini, Al-Ghazali

 

PENDAHULUAN

Pendidikan Anak Usia Dini merupakan salah satu penyelenggara pendidikan yang menitikberatkan ke  arah pertumbuhan dan perkembangan

fisik (koordinasi motorik halus dan kasar), kecerdasan (daya pikir, daya cipta, kecerdasan emosi, kecerdasan spiritual), sosio emosional (sikap dan perilaku serta 

beragama), bahasa dan komunikasi, serta dengan keunikan dan tahap - tahap perkembangan yang dilalui oleh anak usia dini. Pendidikan Anak Usia Dini dinyatakan dalam Undang - undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab 1 Pasal 1 Ayat 14,

Pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lanjut (Kemendiknas, 2014:2).

       Pendidikan nilai - nilai moral agama pada program PAUD merupakan fondasi yang kokoh dan sangat penting keberadaannya, dan jika hal itu telah tertanam dengan baik dalam setiap insan sejak dini, hal tersebut merupakan awal yang baik bagi pendidikan anak bangsa untuk menjalani pendidikan selanjutnya. Bangsa Indonesia sangat menjunjung tinggi nilai - nilai moral agama. Nilai - nilai luhur ini pun dikehendaki menjadi motivasi spiritual bagi bangsa ini dalam rangka melaksanakan sila - sila lainnya dalam Pancasila

       Al - Ghazali mengartikan moral sebagai kondisi yang menjadi sumber timbulnya perbuatan berpikir dan usaha penyucian diri dan pengosongan diri melalui sifat tercela, upaya membentuk manusia yang suci, kepribadian yang luhur, melalui proses takhalliyah  al - nafs untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT. Nilai moral dan agama sangat berperan dalam membentuk perilaku anak sehingga anak mampu berinteraksi dan bersikap sesuai pertumbuhan dan perkembangannya. Untuk itu diperlukan pengawasan serta pemeliharaan yang berlangsung secara terus menerus untuk pembentukan kebiasaan dan sikap anak. Istilah moral oleh al-Ghazali diartikan sebagai kondisi atau keadaan jiwa yang menjadi sumber timbulnya perbuatan tanpa fikir dan usaha, sementara pendidikan jiwa diartikan sebagai usaha penyucian jiwa. Maka pendidikan moral menurut al-Ghazali adalah upaya untuk membentuk manusia yang memiliki jiwa yang suci,kepribadian yang luhur. Dengan demikian, pendidikan harus mempunyai landasan yang jelas dan terarah. Landasan tersebut sebagai acuan pedoman dalam proses penyelenggaran pendidikan, baik dalam institusi pendidikan formal maupun informal. Yang dimaksud dengan landasan yang jelas dan terarah adalah bahwa pendidikan harus berprinsip pada pengokohan moral-agama anak disamping aspek-aspek lainnya. Hal ini sangat diperlukan sebagai upaya untuk mengantarkan anak didik dapat berpikir, bersikap, dan berperilaku terpuji (akhlak al-karimah) (Yani, 2011.        Pada dasarnya, penanaman nilai agama dan moral anak 

usia dini perspektif Al-Ghozali ini membentuk naluri anak untuk menerima sikap keutamaan dan kemuliaan, dan akan terbiasa melakukan akhlak terpuji.

Pembentukan nilai agama dan moral anak usia dini  sangat bergantung dari Pendidikan dan bimbingan keluarga, guru yang bertanggung jawab untuk menanamkan nilai agama dan moral bagi anak didiknya, serta Pendidikan dan bimbingan di lingkungan masyarakat.

Al- Ghazali mengatakan bahwa pendidikan agama harus dimulai sejak dini. Sebab  , dalam usia dini anak siap menerima akidah-akidah keagamaan hanya dengan mempercayai tanpa minta argumentasi. Ia begitu sering menerima  dan mempercayai , karena itu dalam mengajarkan agama dengan menyuruh menghafal dasar-dasar agama, kemudian guru menerangkan artinya hingga  ia bisa meyakini, memahami dan membenarkan. Semua itu dilakukan tanpa dalil maupun argumentasi sebab ia belum membutuhkan . Artinya dalam menanamkan  agama pada  jiwa anak adalah dengan cara dikte dan identifikasi.

Menurutnya moral yang baik hendaklah seseoran ini bersedia menghilangkan seluruh  kebiasaan-kebiasaan buruk yang telah  dijelaskan perinciannya dengan agama dan dijadikannya sekiranya itu seseorang itu membencinya kemudian menjauhinya seperti menjauhi benda-benda yang  menjijikkan. Dan hendaklah membiasakan kebiasaan-kebiasaan yang baik dan menyukainya sehingga memberi kesan dan ia pun merasa nikmat dengannya.  Hal itu menggambarkan bahwa untuk menumbuhkan moral yang baik seseorang berdasarkan agama. Menurut Al- Ghazali tujuan dari perbuatan moral adalah kebahagiaan yang identik dengan kebaikan utama dan kesempurnaan diri. Kebahagiaan menurut Al- Ghazali  terbagi menjadi dua macam yaitu kebahagiaan ukhrawi daan kebahagiaan duniawi. Menurutnya kebahagiaan ukhrawi adalah kebahagiaan yang utama sedangkan kebahagiaan duniawi  hanyalah metamorfosis. Namun demikian apapun yang kondusif  bagi kebahagiaan atau kebaikan utama  maka itu merupakan kebaikan juga.

METODE PENELITIAN 

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kepustakaan (library research). Dengan jenis pendekatan kualitatif deskriptif. Jenis teknis yang digunakan adalah teknik teknik analisis isi. Penelitian ini dimuat dari berbagai buku, artikel sebagai bahan rujukan dalam melakukan penelitian deskriptif ini tentang bagaimana menanamkan nilai agama dan moral bagi anak usia dini. Teknik selanjutnya yaitu dengan cara 

membaca, menelaah, dan mencatat berbagai literatur atau buku bacaan yang sesuai dengan pokok bahasan. Kemudian di sharing dan dituangkan dalam kerangka pemikiran secara teoritis. Teknik ini dilakukan guna memperkuat fakta untuk membandingkan perbedaan atau persamaan yg mendeskripsikan tentang bagaimanana penerapan nilai-nilai agama dan moral anak usia dini.                

                                        

HASIL DAN PEMBAHASAN 

 

A. Konsep Pendidikan Agama dan Moral Perspektif Al-Ghazali 

Proses pendidikan pada intinya merupakan interaksi antara pendidik (guru) dan peserta didik (murid) untuk mencapai tujuan-tujuan pendidikan yang telah ditetapkan. Tujuan Pendidikan Islam Al Ghazali menekankan tugas pendidikan yang mengarah pada realisasi tujuan keagamaan dan akhlak untuk mencapat tujuan dari system Pendidikan. (Ihsan & Ihsan, 1998)

Pendidikan merupakan komponen penting dalam kehidupan. Hal ini menjadi pembahasan para ulama tak terkecuali Imam al-Ghazali. membahas pendidikan Islam dalam perspektif al-Ghazali pendidikan menurut Al Ghazali menekankan pada pendidikan agama dan akhlak. Menurutnya pengertian dan tujuan pendidikan Islam yaitu pendidikan yang berupaya dan bertujuan dalam proses pembentukan insan paripurna. Adapun dalam membuat sebuah kurikulum, Al Ghazali memiliki dua kecenderungan, yaitu kecenderungan terhadap agama dan kecenderungan pragmatis. Adapun aspek-aspek materi pendidikan Islam menurut pemikiran Al Ghazali adalah meliputi: pendidikan keimanan, akhlak, akal, sosial dan jasmani. Menurutnya guru yang baik itu selain cerdas dan sempurna akalnya, juga harus memiliki sifat-sifat yang terpuji. Adapun sifat yang harus dimiliki oleh seorang murid yaitu rendah hati, mensucikan diri dari segala keburukan taat dan istiqamah. Sementara yang menjadi evaluasi pendidikan adalah semua bentuk aktifitas yang terkait dengan tugas tanggung jawabnya masing-masing dalam proses Pendidikan. (Agus, 2018)

Al Ghazali menekankan tugas pendidikan adalah mengarah pada realisasi tujuan keagamaan dan akhlak, dimana fadhilah (keutamaan) dan taqarrub kepada Allah merupakan tujuan yang paling penting dalam pendidikan. (Ihsan & Ihsan, 1998)

Menurut Al Ghazali tujuan utama pendidikan Islam itu adalah ber-taqarrub kepada Allah Sang Khaliq, dan manusia yang paling sempurna dalam pandangannya adalah manusia yang selalu mendekatkan diri kepada Allah. (Ramayulis, 2015)

Untuk mencapai tujuan dari sistem pendidikan apapun, dua faktor asasi berikut ini 

mutlak adanya: Pertama, aspek- aspek ilmu pengetahuan yang harus dibekalkan kepada murid atau dengan makna lain ialah kurikulum pelajaran yang harus dicapai oleh murid. Kedua, metode yang telah digunakan untuk menyampaikan ilmu- ilmu atau materi-materi kurikulum kepada murid, sehingga ia benar-benar menaruh perhatiannya kepada kurikulum dan dapat menyerap faidahnya. Dengan ini, murid akan sampai kepada tujuan pendidikan dan pengajaran yang dicarinya. (Sulaiman, 1986)

Dari hasil studi terhadap pemikiran Al Ghazali dapat diketahui dengan jelas, bahwa tujuan akhir yang ingin dicapai melalui kegiatan pendidikan ada dua: Pertama, tercapainya kesempurnaan insani yang bermuara pada pendekatan diri kepada Allah. Kedua, kesempurnaan insani yang bermuara pada kebahagiaan hidup dunia dan akhirat. Karena itu ia bercita-cita mengajarkan manusia agar mereka sampai pada sasaran-sasaran yang merupakan tujuan akhir dan maksud pendidikan itu. Tujuan itu tampak bernuansa religius dan moral, tanpa mengabaikan masalah duniawi.

Kata moral berasal dari kata latin mos atau mores, yang berarti adat istiadat, kebiasaan, peraturan/nilai-nilai, atau tata cara kehidupan. Padadasarnya moral merupakan rangkaian nilai tentang berbagai macam perilaku yang harus dipatuhi (Ali & Asrori, 2010)

Dapat diartikan bahwa moral sebagai peraturan, nilai-nilai dan prinsip moral, kesadaran orang untuk berbuat baik kepada orang tua, kepada orang lain, memelihara kebersihan, memelihara hak orang lain, larangan berjudi, mencuri, membunuh, minum minuman keras. Seseorang dapat dikatakan bermoral apabila tingkah laku orang tersebut sesuai dengan nilai-nilai moral yang dijunjung oleh kelompok

Maksud pengertian pendidikan moral Imam al-Ghazali adalah menghilangkan akhlak yang buruk dan menanamkan akhlak yang baik.

B. Aspek-Aspek Pendidikan Agama dan Moral Perspektif Al-Ghazali

  • Pendidikan Keimanan

Menurut Al Ghazali “Iman adalah mengucapkan dengan lidah, mengakui benarnya dengan hati dan mengamalkan dengan anggota.” Pendidikan keimanan bagi anak didik menurut Al Ghazali  diberikan kepada anak-anak sejak dini supaya dia bisa menghafal, memahami, beriktiqat, mempercayai, kemudian membenarkan sehingga keimanan pada anak hadir secara sedikit demi sedikit hingga sempurna. Pendidikan Keimanan sejak dini bisa mempengaruhi segala perilakunya mulai dari pola pikir, pola sikap, pola bertindak, dan pandangan hidupnya. (Ihsan & Ihsan, 1998)

  • Pendidikan Akhlak                                                                                                                                                                                                                        Akhlak menurut pengertian Islam adalah salah satu hasil dari iman dan ibadat. Hal ini disebabkan, karena iman dan ibadat manusia tidak sempurna kecuali kalau dari situ muncul akhlak yang mulia. Al Ghazali menerangkan bahwa berakhlak baik atau berakhlak terpuji artinya menghilangkan semua adat-adat kebiasaan yang tercela yang sudah dirincikan oleh agama Islam serta menjauhkan diri dari padanya, sebagimana menjauhkan diri dari najis dankotoran, kemudian membiasakan adat kebiasaan yang baik, menggemarinya, melakukannya dan membiasakannya. (As, 2002)
    Sebelum anak dapat berpikir logis dan memahami hal -hal yang abstrak, serta belum sanggup menentukan mana yang baik dan mana yang buruk (tamyiz), mana yang benar dan ana yang salah, maka contoh-contoh, latihan-latihan dan pembiasaan- pembiasaan (habit forming) mempunyai peranan yang sangat penting, dalam pembinaan pribadi anak, karena masa kanak-kanak adalah masa paling baik untuk menanamkan dasar-dasar pendidikan
    akhlak. Oleh karena itu, akhlak harus diajarkan, yaitu dengan melatih jiwa kepada  pekerjaan atau tingkah laku yang mulia. Akhlak yang baik tidak akan dapat terbentuk kecuali dengan membiasakan seseorang untuk berbuat sesuatu pekerjaan
  • Pendidikan Akliah                                                                                                                                                                                                              Pendidikan akliah bagi anak-anak (anak didik) bertujuan untuk memperbesar perbuatan tenaga akal dan membentuk kecakapan akal menjalankan tugasnya.  Bahan-bahan yang dapat diajarkan dalam kitab-kitab untuk mendidik akal terdiri dari Al-Quranulkarim.Hadis-hadis tentang cerita atau hikayat-hikayat orang-orang baik (saleh) agar anak mencintai orang saleh sejak waktu kecilnya. Memberikan hafalan syair-syair yang menyentuh pada perasaaan rindu dan antusias anak terhadap nilai pendidikan. Dan janganlah mendekatkan anak kepada ajakan pada pendidik yang menganjurkan menghafal syair-syair yang membawa kepada situasi yang melemahkan perasaan. Aspek pendidikan akliah dapat dilaksanakan dengan cara:
    a. Mempelajari berbagai macam ilmu pengetahuan sedalam-dalamnya dan menguasainya secara intens dan akurat.
    b. Mengadakan pengamatan, penelitian dan tafakur terhadap alam semesta dengan berbagai macam kegiatan, baik oleh anak maupun orang dewasa.
    c. Mengamalkan semua ilmu pengetahuan yang telah diperolehnya untuk meningkatkan kesejahteraan umat manusia dan untuk pengabdian (kepentingan peribadatan) pada
    Khaliqul Alam. (Ihsan & Ihsan, 1998)
  • Pendidikan sosial                                                                                                                                                                                                                                Seorang manusia adalah makhluk individual dan secara bersamaan adalah makhluk sosial. Al Ghazali memberikan petunjuk kepada orang tua dan para Pendidikan social anak umumnya agar anak-anak dalam pergaulan dan kehidupannya mempunyai sifat-sifat yang mulia dan memiliki etika pergaulan yang baik, sehingga ia dapat menyesuaikan dirinya dengan lingkungannya dan dapat membatasi pergaulannya. Sifat-sifat itu adalah                                                                                                                                                 1. Menghormati dan patuh kepada kedua   orang tua dan orang dewasa lainnya.                                                                                                     2. Merendahkan diri dan lemah lembut.                                                                                                                                                                                          3. Membentuk sikap dermawan.                                                                                                                                                                                                          4. Membatasi pergaulan anak. (Ihsan & Ihsan, 1998)                                                                                                                                                     Adapun usaha -usaha yang dapat dilakukan untuk mengisi pergaulan social dengan
    akhlak Islami berupa:
    1) Tidak melakukan hal-hal yang keji dan tercela seperti, membunuh, menipu, riba, merampok, makan harta anak yatim, menyakiti anggota masyarakat dan sebagainya.
    2) Membina hubungan tata tertib, meliputi bersikap sopan santun dalam pergaulan, meminta izin ketika masuk ke rumah orang, berkata baik dan member serta membalas
    salam.
    3) Mempererat hubungan kerja sama dengan cara meninggalkan perbuatan-perbuatan yang dapat merusak dasar kerja sama untuk membela kejahatan, berkhianat, mengadakan saksi palsu, menyembunyikan kebenaran menganggap rendah orang lain, tidak memperdulikan keadaan masyarakat dan sebagainya.
    4) Mengalakkan perbuatan-perbuatan terpuji yang memberi dampak positif kepada
    masyarakat antara lain berupa menepati janji, memaafkan, memperbaiki hubungan
    antar sesama muslim, amanah, membina kasih sayang, berbuat ikhsan terutama kepada fakir miskin, mengembangkan harta anak yatim, mengajak berbuat baik, bersifat
    pemurah, menyebarkan ilmu pengetahuan, membina persaudaraan dan sebagainya. (Ramayulis, 2015)
  • Pendidikan Jasmaniah                                                                                                                                                                                                                  Aspek jasmaniah merupakan salah satu dasar pokok untuk mendapatkan kemajuan dan kebahagiaan dalam kehidupan manusia. Akal dan jiwa yang sehat terdapat pada jasmani yang sehat pula. Hubungan antara jasmaniah dan rohaniah manusia saling memberikan pengaruh timbal balik, yaitu hal-hal yang berpengaruh pada jiwa akan berpengaruh juga terhadap jasmani, demikian sebaliknya.

 Pendidikan Jasmaniah Bagi Anak didik                                                                                                                                                                                                       Al Ghazali secara khusus memperhatikan pendidikan jasmani, karena dapat memperkuat jasmani, serta menumbuhkan kecakatan dan kegairahan hidup. Adapun pendidikan jasmaniah bagi anak-anak maupun orang dewasa, yaitu:

1. kesehatan dan kebersihan

2. Membiasakan makan suatu makanan yang baik, sekedar mencukupi kebutuhan badan dan menguatkan.

3. Bermain dan berolahraga

  • Pendidik dan Peserta Didik                                                                                                                                                                                                            Pendidik
    Al Ghazali memandang bahwa seorang pendidik mempunyai kedudukan utama dan sangat penting. Al Ghazali mengibaratkan guru sebagai seorang penjaga dan pengaman ilmu. Diantara kewajibannya ialah tidak kikir dengan ilmunya kepada muridnya dan tidak pula berlebihan memberikannya, baik murid itu pandai ataupun bodoh.
    Menurut Al Ghazali, seperti yang dikutip oleh Fathiyah Hasan Suleiman, terdapat
    beberapa sifat penting yang harus dimiliki oleh guru sebagai orang yang diteladani, yaitu:
    1. Amanah dan tekun bekerja.
    2. Bersifat lemah lembut dan kasih sayang terhadap murid.
    3. Dapat memahami dan berlapang dada dalam ilmu serta orang-orang yang mengajarkannya.
    4. Tidak rakus pada materi.
    5. Berpengetahuan luas.
    6. Istiqamah dan memegang teguh prinsip. (Ramayulis, 2015)                                                                                                                                 Al Ghazali menguraikan sejumlah tugas yang harus dilaksanakan oleh seorang pendidik
      yang dijelaskannya sebagai berikut:
      1) Hendaknya seorang guru mencintai muridnya bagaikan mencintai anaknya sendiri. Pengarahan akan kasih sayang kepada murid mengandung makna dan tujuan memperbaiki hubungan pergaulan dengan anak didiknya, dan mendorong mereka untuk selalu mencintai pelajaran, guru, dan sekolah dengan tanpa berlaku kasar terhadap mereka.                                2) Guru tidak usah mengharapkan adanya gaji dari tugas pekerjaannya, karena mendidik/mengajar merupakan tugas pekerjaan mengikuti jejak Nabi Muhammad
      SAW. Nilainya lebih tinggi dari ukuran harta atau uang. Mendidik adalah usaha untuk menunjukkan manusia ke arah yang hak dan kebaikan serta ilmu.
      3) Guru hendaknya menasehati siswanya agar tidak menyibukkan diri dengan ilmu yang abstrak dan yang gaib-gaib.
      4) Terangkanlah bahwa niat belajar itu supaya dapat mendekatkan diri kepada Allah, bukan untuk bermegah-megahan dengan ilmu pengetahuan itu.
      5) Guru wajib memberikan nasehat kepada murid-muridnya agar menuntut ilmu yang
      bermanfaat tersebut (menurut beliau) ialah ilmu tersebut nantinya akan membawa
      kepada kebahagiaan hidup akhirat, yaitu ilmu agama.
      6) Menasehati para murid dan melarang mereka agar tidak memiliki akhlak yang tercela.
      8) Guru hendaknya harus memperhatikan perbedaan-perbedaan individual yang ada pada anak (murid)
      9) Guru hendaknya mampu mengamalkan ilmunya. Menurut kebiasaan bahwa seorang guru adalah sebagai panutan, dan para siswa mengikuti apa yang ditujukkan oleh gurunya
      10) Mempelajari hidup psikologis murid-muridnya. Guru harus dapat memahami jiwa anak didiknya. Dengan pengetahuan tentang anak didik, ia dapat menjalin hubungan yang akrab antara dirinya dengan anak didiknya. Secara praktis, guru harus mendidik mereka berdasarkan ilmu jiwa. (Arifin, 2019)
      Peserta Didik
      Menurut Al Ghazali, anak adalah amanah Allah dan harus dijaga dan dididik untuk
      mencapai semua keutamaan dalam hidup dan mendekatkan diri kepada Allah. Semua bayi yang dilahirkan ke dunia ini, bagaikan sebuah mutiara yang belum diukur dan belum berbentuk, tetapi amat bernilai tinggi. Maka kedua orang tuanyalah yang akan mengukir dan membentuknya menjadi mutiara yang berkualitas tinggi dan disenangi semua orang. Maka ketergantungan anak kepada pendidiknya termasuk kepada kedua orang tuanya, hendaknya dikurangi secara bertahap.
      Menurut Al Ghazali terdapat beberapa sifat penting yang harus dimiliki oleh
      seorang murid, yaitu:                                                                                                                                                                                                                   1. Rendah hati  2.Mensucikan diri dari segala keburukan  3. Taat dan istiqamah. (Ramayulis, 2015)                                    C.Metode Penanaman Nilai Agama Dan Moral Pada Anak Usia Dini  Berdasarkan Perspektif Al-Ghazali                  Pendidikan nilai agama dan Moral anak merupakan sasaran utama Al-Ghazali. metode mendidik akhlak anak dapat dilakukan dengan beberapa metode yaitu:                                                                                                                                                           1.Metode cerita (hikayat)
  • Metode cerita merupakan jalan yang baik untuk pendidikan akhlak bagi anak-anak. Anak-anak suka mendengar cerita dan menceritakannya kembali. Keadaan ini

    perlu dimanfaatkan untuk meningkatkan kegairahan belajar bagi anak-anak (Ahmad, 1985) Metode mendidik akhlak melalui cerita akan memberikan kesempatan bagi anak untuk berfikir, merasakan, merenungi

    kisah tersebut, sehingga seolah-olah ia ikut berperan dalam kisah tersebut. Adanya keterkaitan emosi anak terhadap kisah akan memberi peluang bagi anak untuk meniru tokoh-tokoh berakhlak baik, dan berusaha meninggalkan perilaku tokohtokoh berakhlak buruk.

    • Metode keteladanan
  • Metode keteladanan merupakan metode yang paling unggul dan paling jitu apabila dibandingkan dengan metode-metode lainnya. Melalui metode keteladanan ini, para pendidik memberi contoh atau tauladan kepada anak didiknya bagaimana cara berbicara, berbuat, bersikap, mengerjakan sesuatu atau cara beribadah, dan sebagainya. Melalui metode ini, maka anak atau peserta didik dapat melihat, menyaksikan dan meyakini cara yang sebenarnya sehingga mereka dapat melaksanakannya dengan lebih baik dan lebih mudah (Muchtar, 2005) Keteladanan yang baik sangat penting dalam pembinaan akhlak. Dengan kecenderungan senang menirunya, anak mudah mereduplikasi apa saja yang dilihatnya, bukan hanya yang baik, melainkan juga yang jelek. Sehubungan dengan ini, pendidik harus memanfaatkan peluang, baik dengan penampilan pribadinya maupun dengan mengkondisikan lingkungan sekitar anak.

    • Metode pembiasaan
  • Metode pembiasaan diri ini penting untuk diterapkan, karena pembentukan akhlak dan rohani serta pembinaan sosial seseorang tidaklah cukup nyata dan pembiasaan diri sejak usia dini. Untuk terbiasa hidup teratur, disiplin, tolongmenolong sesama manusia dalam kehidupan sosial memerlukan latihan yang terus-menerus setiap hari (Chabib

    Thoha, 2004).

    • Metode nasihat
  • Metode nasihat ini merupakan metode yang paling sering digunakan oleh para orang tua, pendidik, dan da’i terhadap anak/peserta didiknya dalam proses pendidikannya. Memberi nasihat sebenarnya merupakan kewajiban kita selaku muslim

    dan kesabaran. Supaya nasihat dapat terlaksana dengan baik, maka dalam pelaksanaannya perlu memperhatikan beberapa

    hal (Heri Jauhari Muchtar, 2005), yaitu:

    1) Gunkan kata dan bahasa yang baik dan sopan serta mudah difahami

    2) Jangan sampai menyinggung perasaan orang yang dinasihati atau orang yang ada disekitarnya

    3)Sesuaikan perkataan kita dengan umur, sifat dan tingkat kemampuan/kedudukan anak atau orang yang kita nasihati

    4) Perhatikan saat yang tepat kita memberi nasihat. Usahakan jangan menasihati ketika kita atau yang dinasihati sedang marah

    5) Perhatikan keadaan sekitar kita memberi nasihat. Usahakan jangan di hadapan orang lain atau apalagi dihadapan orang banyak (kecuali ketika memberikan ceramah/tausiyah)

    6) Beri penjelasan, sebab atau kegunaan mengapa kita perlu memberi nasihat

    7) Agar lebih menyentuh perasaan dan hati nuranunya, sertakan ayat-ayat Al-Qur’an, hadits Rasulullah atau kisah para Nabi/Rasul, para sahabatnya atau orang shalih.

    • Metode ganjaran dan hukuman
  • Metode ini sebenarnya berhubungan dengan pujian dan penghargaan. Dalam memberikan hukuman sebaiknya Jangan menyakiti secara fisik, misalnya menampar

    mukanya atau menarik kerah bajunya. Pemberian hukuman ini Bertujuan mengubah perilakunya yang kurang/tidak

    baik. Kita menghukum karena anak/peserta didik berperilaku tidak baik.

    Metode ganjaran dan hukuman merupakan metode yang paling akhir dipergunakan dalam menyampaikan pendidikan akhlak, karena adanya ganjaran dan hukuman merupakan akibat dari adanya sebab baik, sedang hukuman adalah akibat dari adanya sebab buruk. Imam al-Ghazali mengatakan:“tidak setuju dengan cepat-cepat menghukum seorang anak yang salah, melainkan berilah kesempatan untuk perbaiki sendiri kesalahannya, sehingga ia menghormati dirinya dan merasakan akibat perbuatannya. Sanjung dan pujilah pula bila ia melakukan perbuatan-perbuatan yang terpuji yang harus mendapat ganjaran pujian

    dan dorongan”

    Adapun beberapa hal yang harus diperhatikan untuk menunjang keberhasilan Pendidikan agama dan moral anak yang baik bagi anak dengan perspektif Al-Ghazali ialah

    •  peran orang tua 
  • menurut Al Ghazali anak itu  dilahirkan dalam keadaan seimbang dan dengan fitrah yang baik. Ayah ibunyalah yang mewariskan agama yang mereka anut kepadanya, apakah  ia akan bertingkah laku terpuji atau tercela. Al Ghazali  menasehati orang tua agar selalu mendidik anak dan menjauhkan anak dari lingkungan kurang baik, anak dibiasakan untuk menghormati dan rendah hati. orang tua adalah pendidik masa awal keberhasilan pendidikan masa awal apabila orang tua gagal dalam mendidik anak, anak akan tumbuh tidak terarah dan tidak mengenal disiplin.

    • Seimbangkan antara perintah dengan keteladanan
  • Al Ghazali mengatakan bahwa pendidikan agama harus dimulai sejak usia dini, sebab anak-anak dalam usia ini siap untuk menerima akidah agama melalui keimanannya kepadanya. Al Ghazali mengatakan bahwa, agama selayaknya disajikan kepada anak pada masa awal pertumbuhannya agar dihafalkan dengan baik

    • Gunakan metode pengajaran yang sesuai dengan minat dan bakatnya (kecerdasan jamak)
  • Al Ghazali menasehatkan agar guru mencari metode pendidikan yang sesuai dengan usia, minat, dan bakat anak. Guru harus kreatif mempelajari dan mencari cara mana yang bisa diterima atau ditolak murid sesuai dengan bentuk kepribadiannya.

    • Berikan waktu anak untuk bermain
  • Al Ghazali juga mengingatkan baik kepada orang tua maupun kepada guru akan perlunya permainan bagi anak-anak. Al Ghazali tidak menganggap permainan semata-mata sebagai kegiatan bersama yang dilakukan oleh anak. Permainan mempunyai tiga tugas pokok, yang sangat dibutuhkan baik untuk pertumbuhan jasmani maupun intelektualnya. Pertama, permainan membantu untuk menggerakkan tubuh anak serta menguatkan otot-ototnya yang akan membawa pertumbuhan jasmaninya tumbuh dengan sehat. Kedua, permainan membuat hati anak senang dan segar yang merupakan pendorong kebahagiaan yang sangat dibutuhkan. Ketiga, permainan  
  • dan dorongan”

    Adapun beberapa hal yang harus diperhatikan untuk menunjang keberhasilan Pendidikan agama dan moral anak yang baik bagi anak dengan perspektif Al-Ghazali ialah

    •  peran orang tua                                                                                                                                                                                                                               menurut Al Ghazali anak itu  dilahirkan dalam keadaan seimbang dan dengan fitrah yang baik. Ayah ibunyalah yang mewariskan agama yang mereka anut kepadanya, apakah  ia akan bertingkah laku terpuji atau tercela. Al Ghazali  menasehati orang tua agar selalu mendidik anak dan menjauhkan anak dari lingkungan kurang baik, anak dibiasakan untuk menghormati dan rendah hati. orang tua adalah pendidik masa awal keberhasilan pendidikan masa awal apabila orang tua gagal dalam mendidik anak, anak akan tumbuh tidak terarah dan tidak mengenal disiplin.
    • Seimbangkan antara perintah dengan keteladanan                                                                                                                                                    Al Ghazali mengatakan bahwa pendidikan agama harus dimulai sejak usia dini, sebab anak-anak dalam usia ini siap untuk menerima akidah agama melalui keimanannya kepadanya. Al Ghazali mengatakan bahwa, agama selayaknya disajikan kepada anak pada masa awal pertumbuhannya agar dihafalkan dengan baik
    • Gunakan metode pengajaran yang sesuai dengan minat dan bakatnya (kecerdasan jamak)                                                                   Al Ghazali menasehatkan agar guru mencari metode pendidikan yang sesuai dengan usia, minat, dan bakat anak. Guru harus kreatif mempelajari dan mencari cara mana yang bisa diterima atau ditolak murid sesuai dengan bentuk kepribadiannya.
    • Berikan waktu anak untuk bermain                                                                                                                                                                                    Al Ghazali juga mengingatkan baik kepada orang tua maupun kepada guru akan perlunya permainan bagi anak-anak. Al Ghazali tidak menganggap permainan semata-mata sebagai kegiatan bersama yang dilakukan oleh anak. Permainan mempunyai tiga tugas pokok, yang sangat dibutuhkan baik untuk pertumbuhan jasmani maupun intelektualnya. Pertama, permainan membantu untuk menggerakkan tubuh anak serta menguatkan otot-ototnya yang akan membawa pertumbuhan jasmaninya tumbuh dengan sehat. Kedua, permainan membuat hati anak senang dan segar yang merupakan pendorong kebahagiaan yang sangat dibutuhkan. Ketiga, permainan sebagai usaha menghilangkan keletihan belajar yang dilakukan anak dengan riang merupakan salah satu hal yang mempermudah Pendidikan.
    • Berikan kegiatan positif di waktu luangnya                                                                                                                                                             Menurut Al Ghazali, diantara cara-cara yang dapat digunakan untuk menjauhkan anak-anak dari pekerjaan-pekerjaan yang tak bermakna adalah membiasakannya banyak membaca khususnya membaca Al Qur`an, hadits, berbagai berita, hikayah atau cerita orang-orang yang baik serta keadaan mereka (seperti kisah-kisah nabi) agar tertanam rasa cinta kepada orang-orang baik di dalam hatinya.
    • Reward and Punishment                                                                                                                                                                                                         Al Ghazali memandang wajib tentang masalah penghargaan dan pujian kepada anak bila ia melakukan perbuatan-perbuatan yang baik atau berperilaku dengan penuh etika. Anak harus juga diberi imbalan yang baik sedapat mungkin atas segala kebaikan yang dilakukannya, bila perlu pujilah anak dihadapan orang-orang penting dan berkedudukan tinggi guna memberikan semangat kepadanya. Sebaliknya, bila anak melakukan perbuatan yang tidak terpuji, terutama jika tampak ia merasa malu dan berupaya menutupinya, sebaiknya kita berpura-pura seakan tidak mengetahuinya. Maksudnya adalah ketika pada kesempatan pertama anak melakukan kesalahan, kita tidak langsung menegurnya, tapi memberikan kesempatan kepada anak untuk menyadari kesalahannya itu terlebih dahulu. Karena menampakkan kesalahan pada kesempatan pertama kepadanya bahwa kita mengetahui perbuatan itu kadangkala justru membuat dia semakin menentang dan berani, tak gentar mengulangi tindakan yang tak terpuji dan mungkin juga bisa membuat dia mengulangi perbuatan itu berkali-kali sehingga menjadi kebiasaannya.
      D. Evaluasi Pendidikan Islam
      Evaluasi pendidikan Al Ghazali ini pada prinsipnya diarahkan sepenuhnya untuk  mengetahui kondisi murid berkaitan dengan penilikan sejauh mana muridtelah dapat meresap ilmu pengetahuan yang didapat dalam pembelajaran danperkembangan kepribadian murid. Teknik evaluasi pendidikan digunakan dalam rangka penilaian dalam proses belajar, maupun dalam kepentingan perbaikan situasi, proses serta kegiatan belajar mengajar. Adapun teknik penilaian itu ada dua, yaitu:
      Pertama, Teknik tes: yaitu penilaian yang menggunakan tes yang telah ditentukan
      terlebih dahulu. Metode ini bertujuan untuk mengukur dan memberikan suatu penilaian
      terhadap hasil belajar yang dicapai oleh murid. Meliputi: kesanggupan mental penguasaan akan hasil belajarnya, keterampilan, koordinasi, motorik, dan bakat. Kedua, Teknik non tes: yaitu penilaian yang tidak menggunakan soal-soal tes. Yaitu dalam bentuk laporan dari pribadi mereka sendiri (self report). Hal ini bertujuan untuk mengetahui sikap dan sifat kepribadian murid yang berhubungan dengan kiat belajar atau pendidikan. Objek penilaian non tes ini meliputi: perbuatan, ucapan, kegiatan, pengalaman, keadaan tingkah laku, dan riwayat hidup.Dalam pendidikan perlu adanya evaluasi. Tujuannya adalah agar dapat mengetahui sejauh mana tujuan pendidikan yang telah tercapai, dan untuk dapat
       
      SIMPULAN 
      Konsep Pendidikan menurut Al-Ghozali ialah menekankan kepada realisasi tujuan keagamaan dan akhlak. Berdasarkan hasil uraian peneliti, dapat disimpulkan bahwa, metode Pendidikan menurut Al-Ghazali diklasifikasikan menjadi dua bagian, yaitu Pertama metode Pendidikan agama mencakup metode hafalan, metode pemahaman, metode keyakinan, metode pembenaran, dan penegakkan dalil-dalil. Kedua metode Pendidikan Khlak mencakup metode keteladanan, metode Latihan, dan metode pembiasaan. Beberapa hal yang menunjang keberhasilan dalam menanamkan nilai agama dan moral pada anak antara lain pentingnya peran orang tua dan pendidikan akhlak bagi anak usia dini, seimbangkan antara perintah dengan keteladanan, menggunakan metode yang sesuai dengan minat dan bakat, memberikan waktu bermain dan kegiatan yang positif diwaktu luangnya dan memeberi reward dan punishment pada anak.Pendidikan agama dan moral anak. Melalui penanaman nilai agama dan moral perspektif Al-Ghozali tentu saja akan memudahkan anak dalam pembentukan nilai agama dan moral tersebut. Karena metode-metode yang di rekomendasikan sangat cocok dengan perkembangan anak.
      SARAN
      Pendidikan akhlak sangat berperan penting untuk meningkatkan kualitas anak menjadi pribadi yang berakhlakul karimah yang nantinya akan menjadikan seorang anak menjadin insan paripurna yang akan membuatnya hidup bahagia di dunia dan di akhirat. Guru dan orangtua mempunyai peranan pending dalam mengupayakan penerapan nilai agama dan moral bagi anak. Oleh karena itu, karena guru adalah panutan maka guru hendaknya mampu mengamalkan ilmunya, karena anak akan mengikuti apa yang dilakukan seorang panutannya. Begitu juga peranan seorang Orang tua yang harus selalu  menasehati anaknya, melarang mereka untuk berbuat perbuatan yang tercela dan selalu menasehati agar mencari ilmu yang bermanfaat dan belajar yang mendekatkan diri kepada Allah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun