Di sebuah kampung kecil bernama Sereh, Distrik Sentani, hiduplah seorang pemudi bernama Elizabeth. Eli adalah seorang yang penuh semangat dan selalu ingin membantu orang lain. Sejak kecil, ia sering melihat banyak masalah di sekitarnya, seperti kemiskinan, kurangnya pendidikan, dan fasilitas umum yang tidak memadai.
Suatu hari, Eli memutuskan untuk tidak hanya menjadi penonton. Ia mulai dengan mengajak teman-temannya untuk membersihkan lahan yang sudah lama terbengkalai. Dengan kerja keras dan semangat gotong royong, lahan itu kembali menjadi tempat yang indah dan nyaman untuk semua orang.
Namun, tidak semua orang senang dengan perubahan ini. Di sisi lain kampung, ada seorang pria bernama Yapen. Yapen adalah seorang pengusaha yang memiliki banyak lahan di Distrik Sentani. Ia sering menggunakan pengaruhnya untuk mendapatkan keuntungan pribadi, tanpa mempedulikan kesejahteraan warga sekitar. Yapen merasa terganggu dengan kegiatan Eli karena ia khawatir akan kehilangan kontrol dan pengaruhnya di Distrik tersebut.
Yapen mulai menyabotase usaha Eli dengan berbagai cara. Ia menyebarkan rumor bahwa Eli hanya mencari popularitas dan tidak benar-benar peduli dengan komunitas. Ia juga menggunakan koneksinya untuk menghalangi dana dan izin yang diperlukan oleh organisasi pemuda-pemudi yang didirikan Eli.
Suatu malam, saat Eli dan teman-temannya sedang mengadakan acara penggalangan dana di Taman Baca Efata, Yapen merencanakan sabotase besar-besaran. Ia menyuruh anak buahnya untuk merusak dekorasi dan peralatan acara. Ketika Eli tiba di lokasi, ia menemukan taman dalam keadaan berantakan. Hatinya hancur melihat kerja kerasnya dihancurkan dalam sekejap.
Namun, Eli tidak menyerah. Dengan air mata yang mengalir di wajahnya, ia berdiri di tengah kerumunan dan berkata, "Kita tidak akan membiarkan ini menghentikan kita. Kita akan membangun kembali, lebih kuat dari sebelumnya." Kata-kata Eli membangkitkan semangat semua orang yang hadir. Mereka bekerja bersama sepanjang malam untuk memperbaiki kerusakan.
Keesokan paginya, taman baca itu kembali indah, bahkan lebih baik dari sebelumnya. Acara penggalangan dana berjalan sukses, dan mereka berhasil mengumpulkan dana yang cukup untuk melanjutkan proyek-proyek mereka. Kebenaran tentang sabotase Yapen akhirnya terungkap, dan warga mulai melihat niat buruknya.
Pada akhirnya, Yapen harus menghadapi konsekuensi dari tindakannya. Ia kehilangan kepercayaan dari banyak orang dan bisnisnya mulai merosot. Sementara itu, Eli dan organisasinya terus berkembang dan membawa perubahan positif yang nyata di Distrik Sentani.
Eli menjadi simbol harapan dan inspirasi bagi banyak orang. Ia membuktikan bahwa dengan niat baik dan kerja keras, perubahan positif bisa diwujudkan. Cerita Eli mengajarkan kita bahwa setiap orang memiliki potensi untuk menjadi agen perubahan, tidak peduli seberapa kecil langkah yang diambil.
Beberapa tahun telah berlalu sejak Eli memulai perjalanannya untuk membawa perubahan di Distrik Sentani. Kini, kota kecil itu telah berubah menjadi contoh keberhasilan pembangunan komunitas yang berkelanjutan. Taman Baca Efata, Kampung Sereh yang dulu terbengkalai kini menjadi pusat kegiatan Pendidikan, Sosial, Budaya, dan Ekonomi, tempat di mana warga dapat berkumpul untuk merayakan berbagai acara dan menikmati waktu bersama keluarga.
Organisasi pemuda yang didirikan Eli telah berkembang pesat. Mereka tidak hanya fokus pada pendidikan dan kebersihan lingkungan, tetapi juga pada pengembangan keterampilan dan kewirausahaan. Banyak pemuda yang dulunya tidak memiliki harapan kini menjadi pengusaha sukses, berkat pelatihan dan dukungan yang mereka terima dari organisasi tersebut.
Eli sendiri telah diakui secara nasional atas kontribusinya. Ia sering diundang untuk berbicara di berbagai seminar dan konferensi tentang pemberdayaan pemuda dan pembangunan komunitas. Namun, meskipun telah mencapai banyak hal, Eli tetap rendah hati dan terus bekerja keras untuk komunitasnya.
Suatu hari, saat Eli sedang berjalan di taman baca Efata yang telah ia bantu pulihkan, ia melihat sekelompok anak-anak bermain dengan riang. Salah satu anak mendekatinya dan berkata, "Terima kasih, Kak Eli. Karena Kakak, kami punya tempat bermain yang indah." Mata Eli berkaca-kaca mendengar ucapan tulus itu. Ia merasa semua perjuangannya terbayar lunas.
Yapen, yang dulu menjadi antagonis dalam cerita ini, akhirnya menyadari kesalahannya. Setelah mengalami kerugian besar dan kehilangan kepercayaan dari banyak orang, ia memutuskan untuk berubah. Dengan bantuan Eli, Yapen mulai berkontribusi positif bagi komunitas. Ia menggunakan pengalamannya sebagai pengusaha untuk membantu mengembangkan program-program kewirausahaan di Distrik Sentani.
Kini, Distrik Sentani dikenal sebagai kota yang penuh dengan inovasi dan semangat gotong royong. Warga hidup dalam harmoni, saling mendukung, dan terus berusaha untuk membuat kota mereka menjadi tempat yang lebih baik. Eli dan teman-temannya telah membuktikan bahwa dengan kerja keras, ketulusan, dan kolaborasi, perubahan positif bisa diwujudkan.
Di malam hari, saat Eli duduk di bangku taman, ia merenung tentang perjalanan panjang yang telah ia lalui. Ia merasa bangga dan bersyukur atas semua yang telah dicapai. Dengan senyum di wajahnya dan hati yang penuh harapan,Â
ia tahu bahwa masa depan Kampung Sereh, Distrik Sentani, Kota Jayapura, Provinsi Papua akan terus bersinar terang, seperti cahaya yang ia nyalakan di tengah kota. (Diceritakan oleh: Heru Bramoro, ASN Kemenpora RI)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H