Mohon tunggu...
Galih setyo ardi
Galih setyo ardi Mohon Tunggu... Buruh - KARYAWAN

MENCOBA MENULIS

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Pilpres dan "Nyanyian Lama" yang Perlu Direvisi

19 Juni 2019   11:01 Diperbarui: 20 Juni 2019   09:46 192
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di Indonesia sering kita mendengar, melihat, atau menyebut frasa "bahagia itu sederhana". Di suatu tatanan masyarakat bisa jadi uang bukankan segalanya, uang bukanlah suatu parameter kebahagiaan. 

Bagi penulis, negeri kita adalah negara yang unik, karena masyarakatnya sangat menikmati apapun yang diperoleh. Mohon Maaf, bahkan kadang ketika diberi cobaan atau musibah saja dapat menjadi nikmat dan bahagia bagi mereka. 

Ketika bajir datang kita sering lihat, anak-anak justru asik berenang sambil tertawa. Mungkin bagi masyarakat asing itu terlihat aneh, namun inilah bangsa kita apapun pemberian Tuhan dapat dinikmati. 

Ketika penulis di Jogja dan ada bencana gunung merapi meletus, anak-anak masih dapat bermain sepak bola dengan tersenyum tertawa seolah lupa akan bencana, ibu-ibu saling gotong-royong di dapur umum sambil menggosip dengan renyah. 

Bahkan ada beberapa "joke" menyebutkan pengusaha yang bangkrut dan banyak hutang pun dapat melupakan hutangnya. Ketika di negara maju seperti Jepang banyak kasus bunuh diri karena tekanan pekerjaan, di negeri ini malah tertawa dan bercanda dijadikan joke.

Bagi penulis negeri ini sudah negara maju, meski pendapatan perkapita hanya US$3.927 per tahun. Namun masyarakat kita dapat menikmati, mensyukuri, dan mengelola uang tersebut dengan baik. Bayangkan saja ada beberapa orang yang hanya berprofesi sebagai petani, tukang becak, petugas kebersihan, pedagang asongan tapi dapat berangkat haji setelah menabung bertahun-tahun. 

Pengelolaan pendapatan mereka sangat luar biasa, saya yakin pendapatan mereka justru di bawah rata-rata pendapatan perkapita negeri ini. Namun pengelolaan keuangan mereka luar biasa, mereka dapat menikmati berapapun rezeki yang diberikan. 

Mereka tidak frustasi dengan kondisi keuangan mereka dengan terus sabar, istiqomah, qonaah untuk mewujudkan tujuan yang dimantapkan di hatinya. Untuk menjadi negara maju, kita tidak harus seperti bangsa lain. Justru harus belajar dan menggali dari masyarakat kita sendiri.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun