Pelawangan Sembalun
Tempat ini adalah spot yang paling saya syukuri dan menarik dalam pendakian. Bersyukur dapat melepas lelah dari tujuh bukit penyesalan yang paralel, dan menarik untuk dijadikan tempat bersenda gurau, sekaligus tempat transit sebelum menuju Punjak Rinjani. Senja dari Pelawangan sembalun dapat terlihat siluet puncak Gunung Agung. Sedangkan malamnya, tempat ini sangat tepat untuk memandang dan mengabadikan jutaan bintang bersama milkyway Galaksi Bimasakti.
Menuju Puncak
Pukul 01.00 dini hari merupakan waktu yang tepat bagi pemula untuk memulai pendakian ke Puncak Rinjani. Suhu udara malam hari sekitar 10-15 oC, dengan hembusan angin yang cukup kuat. Jalur kerikil dan berbatuan akan menemani hingga ke Puncak Rinjani 3.726 mdpl. Untuk menuju ke puncak, cukup membawa air minum dan cemilan penghangat tubuh. Saya juga mengoleskan sebagian tipis-tipis geliga krim untuk menjaga tubuh tetap hangat ke sebagian perut, leher, dada dan telapak tangan.Â
Perjuangan pun akan terbayar indah setelah sampai di puncak. Oh ya, ada peraturan yang tidak boleh dilanggar dalam pendakian ini. Sebaiknya setelah jam 9 pagi, pendaki sudah tidak boleh berada di puncak karena angin akan semakin kencang. Sayangnya, karena kami pada saat itu hari libur panjang dan jalanan menuju puncak Rinjani sangat antre dan ramai, kami tiba di puncak melebihi jam 9 pagi. Tenyata, kami sempat menjumpai beberapa hembusan angin seperti puting beliung dalam sekala kecil. Ini menjadi pelajaran berharga sekali bagi saya. Jangan melawan kehendak alam!Alhamdulillahporter kami menjemput pada saat itu.
Segara Anak
Setelah turun dari puncak Rinjani, porter kami terus mewanti-wanti agar tidak melanggar aturan lagi. Kami menyesal, tetapi berusaha menerapkan ucapan-ucapan porter, termasuk ketika kami diminta bergegas untuk segera berkemas sepulang dari puncak dan melanjutkan perjalanan menuju Segara Anak.Â
Semua untuk kebaikan tim. Apabila kami tidak bergegas, khawatir akan terlalu larut di perjalanan. Jalanan dari Pelawangan Sembalun menuju Segara Anak menurun, tidak mendaki lagi. Kami melewati hutan yang terasa cukup lebat meskipun malam hari. Malang bagi saya, disaat kami sedang bergegas, kaki saya terkilir dan terperosok cukup dalam diantara belukar.Â
Alhasil saya menjadi team sweeper dengan urutan paling akhir. Pada saat seperti ini krim geliga yang selalu saya simpan di saku celana sangat membantu. Meskipun otot yang terkilir sangat tegang, dengan bantuan krim geliga Alhamdulilah cepat mengendurkan otot-otot saya yang tegang tadi. Sayapun di-support rekan-rekan yang sangat kooperatif membantu saya tetap kuat, melanjutkan perjalanan kembali.
Kami tiba larut malam di tepian Segara Anak, tidak terlihat pemandangan apapun, hanya dingin yang menusuk malam. Kemudian, keesokan paginya ketika mata ini terjaga dengan harum embaun pagi. Wow... Pemandangan super kami dapatkan. Sebuah anak gunung Rinjani yang mengepulkan asap kecil-kecil sangat indah berada di tengah Danau Segara Anak. Benar-benar berkelas eloknya!
Air Terjun Hangat