Mohon tunggu...
NAZWA SYIFA
NAZWA SYIFA Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

hobi saya jalan jalan dan jajan demi menjaga mental saya supaya tetap aman dan kuat menjalani hidup

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Perilaku Abusif Dapat Merusak Mental Korban dan Pelaku

3 November 2023   00:26 Diperbarui: 3 November 2023   01:05 77
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

diampu oleh:

Prof. Dr. Syamsu Yusuf LN, M.Pd

Nadia Aulia Nadhirah, M. Pd.

Membangun sebuah hubungan baik itu dengan keluarga, teman atau bahkan pasangan pasti membutuhkan perilaku simpatik antar individu. Sangat normal apabila didalam sebuh hubungan terdapat konflik atau memiliki pemahaman yang berbeda dan tidak selaras, namun ketidak sepemahaman inilah yang sering memunculkan masalah dan akan menimbulkan konflik yang memunculkan emosi. Ketika sedang dalam kondisi konflik ini tak jarang ada pihak yang merasa tertekan dan terancam kemudian terpaksa untuk tetap ada dalam hubungan itu dengan alasan yang jika kita pikirkan secara logika adalah suatu hal besar yang salah.

Biasanya hal ini terjadi pada kalangan remaja, dan remaja tersebut sedang menjalin hubungan dengan pasangan atau pada lingkungan sosialnya seperti keluarga dan pertemanan. Kita pasti tidak asing dengan kata toxic relationship. Toxic relationship ini adalah suatu hubungan yang terjadi antara dua individu atau lebih yang tidak saling menguntungkan dan salah satunya mengalami tekanan (Puteri et al, 2022). Dari toxic relationship ini biasanya akan ada korban dan pelaku, dimana pelaku akan melakuakan abuse atau abusive.

Abusive ini merupakan sebuah kekerasan. Kekerasan tidak hanya bisa berupa serangan fisik melainkan bisa dalam bentuk verbal. Abuse yang dia berikan biasanya mengacu pada mental kita yang akan mengganggu aktivitas keseharian kita. Berdasarkan data dari CATAHU pada tahun 2019, terdapat 406,178 kasus kekerasan terhadap perempuan dilaporkan dan ditangani pada tahun 2018. Sehingga abuse ini memiliki dampak yang sangat berati bagi kesehatan mental setiap individu.

Perilaku abusive ini tidak melihat gender dan usia, abusive ini bisa saja terjadi pada siapapun. Adapun beberapa contoh perilaku abusive yaitu:
1. Merendahkan (condescension), yaitu dimana orang lain menghina dan menganggap bahwa kita ada dibawah mereka. Biasanya ketika kita melakukan suatu kegiatan yang menurut dia salah, kita akan direndahkan oleh dia. Contoh verbal yang diucapkan oleh dia seperti "pantes aja kamu diselingkuhin, ternyata aslinya kaya gini", "pantes aja gaada yang mau temenan sama kamu, kamunya aja jelek", "pantes aja nilai kamu kecil, orang kamunya aja bodoh" dan masih banyak contoh perkataan yang menjurus kepada merendahkan salah satu pihak.

2. Manipulasi, manipulasi ini adalah suatu tindakan yang dimana ketika mereka membuat kesalahan yang membuat kita tidak nyaman tetapi malah merekayasa keadaan tersebut jadi seolah -- olah kita yang akan terlihat salah. Manipulasi ini biasanya dilakukan dalam upaya pembelaan diri, karena invidu ini tidak ingin mereka ada pada bagian yang salah. Adapun contoh perilaku sifat manipulasi ini biasanya mereka mengatakan "aku gini juga kan gara-gara kamu, harus nya kamu berterimakasih", "kalo kamu sayang aku kamu ga bakal lakuin ini". 

Ucapan tersebut sering dilontarkan ketika orang tersebut dalam fase toxic relationship, dan orang tersebut ada pada fase mengekang salah satu individu sehingga orang tersebut cenderung melakukan tindakan yang negatif dan dapat merugikan orang lain. Mengekang dengan perhatian adalah sebuah sikap yang sangat berbeda. Mengekang disini bisa merugikan salah satu individu karena biasanya individu yang dikekang akan mengelami kesulitan dalam menjankan aktivitasnya sehari-hari. Sedangkan perhatian tidak memiliki unsur paksaan.

3. Deamining comment, yaitu dimana seseorang berkomentar dan merendahkan terhadap individu lain tetapi spesifik ke sesuatu yang tidak akan bisa diubah. Sebagai contoh kata yang sering diucapkan adalah seperti "lagian kamu perempuan, makanya gampang nangis", " yah anak broken home sih, pantesan..." atau apapun yang berbentuh merendahkan sesuatu yang kita sendiri saja bingung ketika berada di tahap seperti itu.

4. Silent treatment, merupakan suatu tindakan diam. Diamana diam ini memiliki banyak arti, contoh nya adalah ketika kita melakukan sesuatu kegiatan yang menurut dia salah lalu dia sendiri merasa tidak suka dan mereka akan marah, namun marah disini mereka malah diam dan meminta kita untuk berfikir kita melakukan salah apa. Contoh perkataan yang sering diucapkan adalah ketika kita bertanya salah kita apa, mereka cenderung akan mengatakan "pikir aja sendiri", "gatau" padahal dari sikap nya menunjukan bahwa mereka sedang marah kepada kita.

5. Gaslighting, yaitu dimana perkataan seseorang yang akan membuat kita kebingungan dan mempertanyakan tentang validasi kita sendiri. Contoh kasusnya adalah ketika kita mengungkapkan perasaan kita baik kesedihan atau marah, mereka cenderung bukan memperbaiki dengan meminta maap mereka akan mengalihkan pandangan kita dan akan membuat kita berfikir akan perilaku yang kita lakukan. Contoh nya seperti "ah gitu aja baper kenapa sih", "ya lagian jadi orang baperan banget sih", dan masih banyak perkataan gaslighting ini.

6. Blame, blame ini suatu tindakan menyalahkan korban. Hampir sama dengan manipulasi namun blame ini lebih langsung menspesifikan dalam pengungkapannya. Contohnya adalah seperti "makanya nurut, kalo kamu nurut aku gabakal pukul kamu" padahal tindakan kekerasan tersebut sudah jelas -- jelas sangat salah dengan apapun alasannya.

7. Threats, ini dapat berupa ancaman. Ancaman ini sendiri yang akan membuat mentak kita terganggu karena pelaku bisa saja melakukan apapun yang mereka inginkan apabila kita tidak dapat memenuhi keingginannya. Sebagai contoh "kamu kalo putusin aku, aku bakal bunuh diri", "kamu kalo misalnya gadapet nilai 100, gaboleh makan". Ancaman ini merupakan suatu tekanan yang akan menimbulkan rasa ketakutan dalam menjalankan aktivitas sehari -- hari kita.

Biasanya orang atau pelaku yang melakukan abuse atau memiliki sikap perilaku abusive ini adalah merasa kalo dirinya berkuasa dalam hubungan sehingga dia merasa bebas dalam melakuka apapun yang ingin mereka lakukan. Individu tersebut tidak memiliki rasa tanggung jawab, mereka merasa jika kekerasan adalah salah satu cara yang benar dalam menyelesaikan permasalah. Perilaku pelampiasan terhadap trauma di masalalu mereka, sehingga mereka ingin menyalurkan emosi tersebut namun dengan cara yang salah dan dapat merugikan individu lainnya.

Adapula dampak dari perilaku abusive bagi korban adalah korban akan selalu merasa tertekan dan bahkan korban tersebut akan mengalami gangguan pada mental, karena adanya rasa ketakutan dan kecemasan dalam menjalankan hidupnya. Maka tak jarang orang yang datang ke psikolog dikarenakan mereka menerima abuse dari berbagai pihak. Pada kondisi toxic relationship ini juga sering sekali korban mengalami kesulitan keluar dalam situasi dan kondisi seperti ini, karena mereka akan merasakan ketakutan dalam melawan dan keluar dari zona seperti ini. Atas tekanan-tekanan yang mereka dapatkan mereka bisa saja berubah atau berbeda dari jati diri mereka sendiri. Dimana mereka akan kehilangan kontrol tergadap diri mereka sendiri, karena telah dikuasai oleh pelaku. Memang jika kita mendengar orang yang ada dalam kondisi seperti ini mereka sering mengatakan "kenapa ga diputusin aja sih", "sekali-kali lawan dong". Padahal dalam keadaan seperti ini korban hanya akan memikirkan keselamatan dirinya sendiri. Karena orang toxic ini bisa melakukan apapun sesuai dengan keinginan mereka tanpa memikirkan dampak bagi orang lain dan akan terus menerus merasa bahwa dirinya benar.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun