diampu oleh:
Prof. Dr. Syamsu Yusuf LN, M.Pd
Nadia Aulia Nadhirah, M. Pd.
Membangun sebuah hubungan baik itu dengan keluarga, teman atau bahkan pasangan pasti membutuhkan perilaku simpatik antar individu. Sangat normal apabila didalam sebuh hubungan terdapat konflik atau memiliki pemahaman yang berbeda dan tidak selaras, namun ketidak sepemahaman inilah yang sering memunculkan masalah dan akan menimbulkan konflik yang memunculkan emosi. Ketika sedang dalam kondisi konflik ini tak jarang ada pihak yang merasa tertekan dan terancam kemudian terpaksa untuk tetap ada dalam hubungan itu dengan alasan yang jika kita pikirkan secara logika adalah suatu hal besar yang salah.
Biasanya hal ini terjadi pada kalangan remaja, dan remaja tersebut sedang menjalin hubungan dengan pasangan atau pada lingkungan sosialnya seperti keluarga dan pertemanan. Kita pasti tidak asing dengan kata toxic relationship. Toxic relationship ini adalah suatu hubungan yang terjadi antara dua individu atau lebih yang tidak saling menguntungkan dan salah satunya mengalami tekanan (Puteri et al, 2022). Dari toxic relationship ini biasanya akan ada korban dan pelaku, dimana pelaku akan melakuakan abuse atau abusive.
Abusive ini merupakan sebuah kekerasan. Kekerasan tidak hanya bisa berupa serangan fisik melainkan bisa dalam bentuk verbal. Abuse yang dia berikan biasanya mengacu pada mental kita yang akan mengganggu aktivitas keseharian kita. Berdasarkan data dari CATAHU pada tahun 2019, terdapat 406,178 kasus kekerasan terhadap perempuan dilaporkan dan ditangani pada tahun 2018. Sehingga abuse ini memiliki dampak yang sangat berati bagi kesehatan mental setiap individu.
Perilaku abusive ini tidak melihat gender dan usia, abusive ini bisa saja terjadi pada siapapun. Adapun beberapa contoh perilaku abusive yaitu:
1. Merendahkan (condescension), yaitu dimana orang lain menghina dan menganggap bahwa kita ada dibawah mereka. Biasanya ketika kita melakukan suatu kegiatan yang menurut dia salah, kita akan direndahkan oleh dia. Contoh verbal yang diucapkan oleh dia seperti "pantes aja kamu diselingkuhin, ternyata aslinya kaya gini", "pantes aja gaada yang mau temenan sama kamu, kamunya aja jelek", "pantes aja nilai kamu kecil, orang kamunya aja bodoh" dan masih banyak contoh perkataan yang menjurus kepada merendahkan salah satu pihak.
2. Manipulasi, manipulasi ini adalah suatu tindakan yang dimana ketika mereka membuat kesalahan yang membuat kita tidak nyaman tetapi malah merekayasa keadaan tersebut jadi seolah -- olah kita yang akan terlihat salah. Manipulasi ini biasanya dilakukan dalam upaya pembelaan diri, karena invidu ini tidak ingin mereka ada pada bagian yang salah. Adapun contoh perilaku sifat manipulasi ini biasanya mereka mengatakan "aku gini juga kan gara-gara kamu, harus nya kamu berterimakasih", "kalo kamu sayang aku kamu ga bakal lakuin ini".Â
Ucapan tersebut sering dilontarkan ketika orang tersebut dalam fase toxic relationship, dan orang tersebut ada pada fase mengekang salah satu individu sehingga orang tersebut cenderung melakukan tindakan yang negatif dan dapat merugikan orang lain. Mengekang dengan perhatian adalah sebuah sikap yang sangat berbeda. Mengekang disini bisa merugikan salah satu individu karena biasanya individu yang dikekang akan mengelami kesulitan dalam menjankan aktivitasnya sehari-hari. Sedangkan perhatian tidak memiliki unsur paksaan.
3. Deamining comment, yaitu dimana seseorang berkomentar dan merendahkan terhadap individu lain tetapi spesifik ke sesuatu yang tidak akan bisa diubah. Sebagai contoh kata yang sering diucapkan adalah seperti "lagian kamu perempuan, makanya gampang nangis", " yah anak broken home sih, pantesan..." atau apapun yang berbentuh merendahkan sesuatu yang kita sendiri saja bingung ketika berada di tahap seperti itu.
4. Silent treatment, merupakan suatu tindakan diam. Diamana diam ini memiliki banyak arti, contoh nya adalah ketika kita melakukan sesuatu kegiatan yang menurut dia salah lalu dia sendiri merasa tidak suka dan mereka akan marah, namun marah disini mereka malah diam dan meminta kita untuk berfikir kita melakukan salah apa. Contoh perkataan yang sering diucapkan adalah ketika kita bertanya salah kita apa, mereka cenderung akan mengatakan "pikir aja sendiri", "gatau" padahal dari sikap nya menunjukan bahwa mereka sedang marah kepada kita.