Indonesia kembali dihadapkan pada ancaman bencana alam yang serius, yaitu potensi gempa bumi besar yang berasal dari zona megathrust. Ahli geologi dan seismologi memperingatkan bahwa wilayah-wilayah seperti Selat Sunda, Jawa Barat, dan daerah-daerah lainnya di Indonesia memiliki risiko tinggi terhadap gempa bumi berkekuatan besar yang dapat mencapai Magnitudo 8,9 dan memicu tsunami yang dahsyat. Mengingat letak geografis Indonesia yang berada di kawasan Cincin Api Pasifik, kewaspadaan terhadap potensi bencana ini sangat penting.
Megathrust adalah zona pertemuan antara dua lempeng tektonik, di mana lempeng samudera dan lempeng benua saling bertabrakan. Akibat dari pergeseran dan tekanan yang terus menumpuk selama ratusan tahun, zona ini memiliki kemampuan untuk melepaskan energi besar yang berpotensi menciptakan gempa bumi dahsyat. Di Indonesia, salah satu zona yang paling diwaspadai adalah Megathrust Selat Sunda yang terletak antara Pulau Sumatra dan Jawa, serta Megathrust Jawa Barat yang membentang di sepanjang pesisir selatan Pulau Jawa. Kedua zona ini memiliki potensi untuk memicu gempa bumi dan tsunami yang menghancurkan kawasan pesisir.
Gempa megathrust adalah jenis gempa besar yang terjadi di zona subduksi, di mana dua lempeng tektonik bertabrakan dan salah satunya melesak ke bawah lempeng lainnya. Pergeseran ini menyebabkan pelepasan energi yang sangat besar, dan ketika gempa terjadi di bawah laut, hal ini dapat memicu tsunami. Tsunami yang dihasilkan oleh gempa megathrust memiliki potensi untuk mencapai ketinggian hingga 34 meter, tergantung pada lokasi pusat gempa dan kekuatannya. Tinggi gelombang tsunami ini dipengaruhi oleh berbagai faktor, termasuk kedalaman gempa, jarak dari zona subduksi, serta topografi dasar laut.
Misalnya, dampak tsunami di Jakarta diperkirakan tidak akan sebesar di daerah pesisir lain yang lebih dekat dengan pusat gempa megathrust. Berdasarkan data dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), ketinggian gelombang tsunami yang mencapai Jakarta diprediksi kurang dari 1 meter. Jakarta terletak lebih jauh dari zona megathrust utama, seperti Megathrust Selat Sunda dan Megathrust Jawa Barat, sehingga tsunami yang mencapai kota ini akan berkurang kekuatannya seiring dengan jarak yang harus ditempuh gelombang dari pusat gempa. Namun, walaupun ketinggiannya kurang dari 1 meter, gelombang tsunami di Jakarta tetap bisa menimbulkan genangan air, terutama di wilayah pesisir utara yang rendah dan rentan terhadap banjir, serta menimbulkan kerusakan pada infrastruktur.
Sebaliknya, daerah pesisir seperti Banten berada jauh lebih dekat dengan zona megathrust, sehingga risiko terkena dampak langsung dari tsunami jauh lebih besar. BMKG memperkirakan bahwa di wilayah pesisir Banten, gelombang tsunami bisa mencapai ketinggian hingga 12 meter dalam skenario gempa megathrust yang kuat. Wilayah pesisir yang berada lebih dekat dengan pusat gempa memiliki risiko yang jauh lebih besar karena gelombang tsunami akan tiba dengan kekuatan penuh sebelum kehilangan energinya. Hal ini mengakibatkan potensi kerusakan yang jauh lebih besar, terutama bagi masyarakat yang tinggal di wilayah pesisir Banten dan sekitarnya. Tsunami dengan ketinggian sebesar ini bisa merusak rumah-rumah, menghancurkan infrastruktur, serta menyebabkan korban jiwa dalam jumlah besar.
Para ahli di Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) serta Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) terus memantau pergerakan lempeng di zona megathrust ini. Peringatan dini terkait potensi bencana megathrust sudah dikeluarkan, meskipun prediksi waktu pastinya tidak bisa dilakukan. Pemerintah Indonesia telah melakukan berbagai langkah mitigasi, termasuk memperkuat sistem peringatan dini tsunami dan membangun infrastruktur yang lebih tahan terhadap gempa.
Dalam sebuah wawancara eksklusif dengan Dr. Sutopo Nugroho, seorang pakar geologi dari Institut Teknologi Bandung (ITB), ia menjelaskan bahwa ancaman dari gempa megathrust ini adalah sesuatu yang tidak bisa dianggap enteng. “Indonesia memiliki sejarah panjang gempa bumi yang diakibatkan oleh aktivitas tektonik, termasuk gempa besar yang pernah terjadi di Sumatra dan Jawa. Megathrust adalah salah satu jenis gempa paling berbahaya karena dapat memicu tsunami yang berdampak lebih luas. Gempa Aceh 2004 adalah salah satu contoh paling nyata dari bahaya megathrust,” ujar Dr. Sutopo.
Menurutnya, meskipun teknologi saat ini belum mampu memprediksi kapan tepatnya gempa besar akan terjadi, mitigasi dan kesiapsiagaan masyarakat adalah kunci utama untuk mengurangi dampak bencana. “Kita tidak bisa menghentikan gempa bumi, tetapi kita bisa mempersiapkan diri. Pemerintah harus fokus pada edukasi masyarakat dan pembangunan infrastruktur yang tahan gempa, terutama di kawasan pesisir yang rentan terhadap tsunami,” tambahnya.
Wawancara dengan beberapa warga di wilayah Kabupaten Bandung Barat menunjukkan bahwa kekhawatiran terhadap gempa megathrust semakin meningkat seiring dengan berbagai informasi yang disebarkan oleh pemerintah dan media. Ahmad Firdaus, seorang guru di Lembang, menyatakan bahwa dirinya baru memahami dampak luas dari gempa megathrust setelah melihat liputan media tentang potensi gempa besar di pesisir Jawa Barat.
“Saya dulu berpikir bahwa ancaman gempa besar hanya ada di pesisir selatan, tapi setelah mengetahui lebih banyak dari media, saya sadar bahwa gempa besar bisa berdampak ke daerah kami juga. Itu membuat saya semakin waspada. Sekarang, saya lebih memperhatikan informasi dari BMKG dan sering mengikuti simulasi kesiapsiagaan di sekolah,” ungkap Ahmad.
Kekhawatiran ini juga dirasakan oleh Neni Sukmawati, seorang ibu rumah tangga di Padalarang. Ia mengatakan bahwa sejak pemerintah mulai gencar menyosialisasikan ancaman megathrust, dia dan keluarganya lebih berhati-hati dan mempersiapkan diri untuk menghadapi kemungkinan bencana. “Saya merasa cemas, apalagi dengan anak-anak di rumah. Kami sudah menyiapkan tas darurat dan selalu berusaha mengikuti arahan pemerintah untuk waspada. Saya hanya berharap kami bisa siap kalau ada gempa besar,” kata Neni.
Pemerintah Indonesia melalui BNPB, BMKG, dan instansi terkait lainnya terus berusaha meningkatkan kesiapsiagaan masyarakat terhadap ancaman bencana megathrust. Sistem peringatan dini tsunami, pelatihan evakuasi, serta pembangunan jalur evakuasi di kawasan pesisir adalah beberapa langkah yang telah diambil. Namun, masih ada tantangan dalam meningkatkan kesadaran publik, terutama di kalangan masyarakat yang tinggal di wilayah rawan.
Dengan letak geografis Indonesia yang berada di jalur pertemuan lempeng, ancaman gempa megathrust adalah sesuatu yang nyata dan harus dihadapi dengan keseriusan. Peran aktif pemerintah, ilmuwan, dan masyarakat sangat dibutuhkan agar Indonesia siap menghadapi salah satu tantangan bencana alam terbesar yang pernah ada.
Pandangan masyarakat Kabupaten Bandung Barat terhadap ancaman megathrust sangat beragam, mulai dari kekhawatiran yang mendalam hingga kesadaran akan pentingnya kesiapsiagaan bencana. Meski ancaman tersebut nyata, dengan edukasi dan tindakan mitigasi yang tepat, masyarakat optimis bahwa mereka bisa lebih siap menghadapi bencana yang mungkin terjadi di masa depan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H