Mohon tunggu...
Nazwa Nurizzati
Nazwa Nurizzati Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

saya merupakan seorang mahasiswi

Selanjutnya

Tutup

Seni Pilihan

Ondel-Ondel: Ikon Budaya Betawi yang Disalahgunakan

15 Januari 2024   13:28 Diperbarui: 15 Januari 2024   13:31 1579
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sekretariat KOODJA (Sumber: Koleksi Pribadi)

Siapa yang tidak mengenal ondel-ondel? ondel-ondel adalah boneka besar yang menyerupai manusia, dibentuk dari anyaman bambu serta dihiasi pakaian dan aksesoris yang menyerupai manusia. Ondel-ondel biasa digunakan untuk pertunjukan rakyat Betawi dalam pesta-pesta rakyat seperti HUT DKI Jakarta. 

Ondel-ondel merupakan ikon budaya Betawi yang sesuai dengan Pergub DKI nomor 11 tahun 2017 di urutan pertama. Maka dari itu, sebagai warga Betawi harus turut andil dalam menjaga kelestariannya.

Pada kesempatan kali ini, penulis mendapatkan kesempatan untuk mewawancarai komunitas ondel-ondel di DKI Jakarta. Penulis bertemu dengan Bang Yogi yang merupakan Ketua dari Komunitas ondel-ondel DKI Jakarta pada tanggal 12 Januari 2024.

Komunitas ondel-ondel DKI Jakarta disingkat KOODJA berdiri pada tahun 2018 bulan Agustus, komunitas ini mengumpulkan 20 sanggar ondel-ondel dari berbagai sudut di kota Jakarta. Salah satu sanggar di bawah naungan KOODJA ini ada yang sudah berusia 42 tahun.

KOODJA diciptakan dengan tujuan utama sebagai tempat atau wadah berkumpulnya para seniman pelestari ondel-ondel Betawi agar lebih erat tali silaturahminya serta dapat melestarikan seni dan budaya Betawi di jalur yang benar dan bersinergi dengan dinas-dinas terkait. KOODJA berperan penting dalam pelestarian budaya ondel-ondel, salah satunya dengan memfasilitasi para seniman ondel-ondel untuk mendapatkan tugas pentas dari instansi pemerintah atau swasta. 

Berdirinya KOODJA ini juga sangat dirasa baik oleh para anggotanya, karena perekonomian mereka meningkat dengan banyaknya tugas tugas yang datang. KOODJA selalu membuat semua anggotanya mendapat giliran untuk tugas secara adil dan merata menggunakan sistem absensi.

Dari masa perkembangannya, ondel-ondel mengalami beberapa perubahan, diantaranya fungsi dan penampilan. "ondel-ondel pada zaman dahulu itu seram, giginya bercali, matanya melotot, rambutnya juga tidak seperti sekarang yang kita pakai lidi, kemudian kita balut dengan kertas krep." (A. Yogie, komunikasi personal, 12 Januari 2024). 

Pada zaman dahulu ondel-ondel memiliki fungsi sebagai pengusir roh-roh jahat, penolak wabah penyakit, dan sebagai simbol kekuatan mereka. Oleh karena itu, penampilan ondel-ondel pada zaman dahulu terlihat seram dengan mata yang melotot, gigi bercali. 

Pada zaman sekarang, ondel-ondel memiliki fungsi sebagai hiburan dan pelestarian budaya. Maka dari itu ondel-ondel saat ini memiliki penampilan yang menarik, dengan menghilangkan gigi bercali, rambut yang dihiasi manik manik, dan pakaian yang dihiasi. "zaman sekarang terlihat lebih cantik, kalau untuk yang cewek mukanya putih, pakai bulu mata, bibirnya merah, ada eye-shadownya juga, kita kasih kalung juga, kemudian yang cowok pun juga ganteng, ciri khas kumis kita tidak hilangkan, tapi untuk yang namanya gigi caling kita hilangkan, karena fungsi ondel-ondel zaman dahulu dengan sekarang itu sudah sangat berbeda" (A. Yogie, komunikasi personal, 12 Januari 2024). 

Pada masa ini, muncul fenomena ondel-ondel dijadikan sebagai media untuk mengamen. Fenomena ondel-ondel ngamen dengan menggunakan musik rekaman telah menimbulkan polemik di masyarakat. Sebagian orang menilai bahwa fenomena ini telah merusak citra ondel-ondel sebagai ikon budaya Betawi. "ondel-ondel ngamen itu udah ada dari zaman dahulu kala, dari zaman belanda. Ini menurut keterangan dari para budayawan seperti Bang Yahya Andi Saputra, Bang Zeze Rizal, dan alm Ridwan Saidi. ondel-ondel pada zaman dahulu dipergunakan untuk ngarak, ngamen keliling kampung dan pemerintah belanda pada saat itu pun memberikan ruang, memberikan tempat, bahkan meminta pajak penghasilan bagi para sanggar yang keliling atau mengarak menggunakan ondel-ondel ini" (A. Yogie, komunikasi personal, 12 Januari 2024). 

Pada saat itu, Pemerintah Belanda memberikan ruang untuk para sanggar keliling atau mengarak menggunakan ondel-ondel dengan menggunakan alat musik lengkap seperti gendang, kecrek, tehyan dan ondel-ondel yang sepasang lelaki dan Perempuan. Ada sekitar 12-15 orang yang ikut serta ketika mengarak atau keliling menggunakan ondel-ondel.

Namun berbeda pada zaman sekarang, pengamen ondel-ondel tidak menggunakan alat musik lengkap, tetapi menggunakan alat musik rekaman. Selain itu, ondel-ondel yang digunakan tidak sepasang lelaki dan perempuan. Hal ini sangat merusak citra Betawi dan ikon ondel-ondel. 

Bagi mereka para oknum untuk mengais rezeki dari sang ikon Betawi ini dengan cara yang tidak sesuai pakemnya. Hal itu tidak dapat disebut sebagai pelestari budaya, menurut para seniman budaya Betawi mereka diangap sebagai perusak budaya yang telah menjatuhkan Marwah ondel-ondel. "teknologi digunakan bagi mereka para oknum untuk mengais rezeki dari sang ikon betawi ini dengan cara yang tidak sesuai dengan pakemnya" (A. Yogie, komunikasi personal, 12 Januari 2024).

Meskipun demikian, beberapa sanggar masih ada yang mengamen atau mempertunjukan budaya ikon Betawi ini dengan tetap melestarikan sesuai dengan tradisinya. "masih ada tuh, sanggar-sanggar yang melestarikan tradisi ondel-ondel, ngamen sesuai pakem atau menggunakan alat musik lengkap, dia pakai ondel-ondelnya juga sepasang. nah yang ngamen seperti itu ya kita harus apresiasi karena mereka telah melestarikan budaya yang mana tradisi tersebut sudah ada dari zaman dahulu kala" (A. Yogie, komunikasi personal, 12 Januari 2024).

Kita sebagai anak muda dapat ikut serta melestarikan budaya Betawi ini dengan menggunakan teknologi yang ada saat ini, yaitu medsos. Jika mereka melihat fenomena ondel-ondel ngamen yang tidak sesuai dengan pakemnya, tidak sesuai dengan hati nuraninya. Share pada medsosnya masing masing. Buat caption ramaikan, kemudian berikan Solusi. 

Dengan cara tersebut, generasi muda dapat turut andil dalam pelestarian budaya Betawi melalui medsosnya masing-masing. Kita harus menggunakan sebaik-baiknya teknologi yang ada dengan hal hal yang positif. "fenomena ini telah mencoreng sang ikon betawi, harapan saya semoga berkurangnya oknum-oknum yang menggunakan ikon ini untuk ngamen yang tidak sesuai pakem" (A. Yogie, komunikasi personal, 12 Januari 2024). Nazwa Nurizzati-231481001

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Seni Selengkapnya
Lihat Seni Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun