Fenomena Golongan Putih (GOLPUT) di Indonesia kembali menjadi sorotan jelang setiap pemilu. Istilah "Golput" merupakan golongan pemilih yang memilih untuk tidak memberikan suaranya dalam pemilihan umum, baik dengan cara tidak mencoblos kandidat atau partai yang ada maupun ataupun dengan cara mencoblos surat suara yang tidak sah. Seiring berkembangnya waktu, fenomena ini semakin meluas di kalangan generasi muda. Banyak di antaranya lebih memilih untuk tidak ikut serta dalam pemilu, meskipun hak suara adalah salah satu kewajiban dan hak konstitusional. Pada artikel ini, kita akan membahas fenomena GOLPUT dengan pendekatan yang lebih dalam, yakni sebagai "Generasi Observer Lebih Pilih Untuk Tidak Ikut serta" apakah ini merupakan bentuk ketidakpedulian atau justru ketidakpercayaan terhadap sistem politik yang ada?
GOLPUT : Kurangnya Kepedulian atau Ketidakpercayaan?
Sebenarnya, fenomena ini tidak bisa hanya disederhanakan menjadi salah satu dari dua faktor tersebut. Golput bisa muncul karena kedua faktor yaitu, kurangnya kepedulian terhadap politik, tetapi juga ketidakpercayaan terhadap sistem yang ada. Beberapa faktor yang menyebabkan Ketidakpedulian masyarakat terhadap politik dan pemilu, diantaranya :
- Politik yang Terlihat Jauh dari Kebutuhan Sehari-hari
Politik yang jauh dari kebutuhan sehari-hari merujuk  bahwa kebijakan dan diskursus politik lebih berfokus pada isu-isu besar yang tidak relevan dengan masalah yang dihadapi oleh masyarakat dalam kehidupan mereka sehari-hari. Dalam hal ini, masyarakat merasa bahwa politik lebih sering berbicara tentang hal-hal yang tidak memberikan dampak langsung atau nyata pada kualitas hidup mereka, seperti perubahan harga barang kebutuhan pokok, lapangan pekerjaan, pendidikan, kesehatan, atau infrastruktur yang lebih baik.
- Kurangnya Pendidikan Politik
Pendidikan politik yang tidak memadai dapat membuat masyarakat kurang memahami hak dan kewajiban mereka sebagai warga negara. Masyarakat tidak menyadari bahwa pilihan mereka di bilik suara memiliki dampak besar pada kualitas hidup mereka, seperti kebijakan ekonomi, pendidikan, dan layanan kesehatan. Â
Tak hanya itu, faktor ketidakpercayaan masyarakat dalam sistem politik juga berpengaruh. Beberapa faktor diantaranya, sebagian orang, terutama generasi muda merasa bahwa politik di Indonesia didominasi oleh praktik-praktik yang tidak adil seperti, politik uang, korupsi, pemanfaatan kekuasaan untuk kepentingan pribadi, serta ketidaktransparanan dalam proses penghitungan suara sering kali memperburuk pandangan masyarakat terhadap sistem demokrasi. Ketidakpercayaan terhadap sistem politik ini semakin diperburuk dengan adanya skandal-skandal politik, di mana sejumlah pejabat publik dan politisi terlibat dalam kasus korupsi dan penyalahgunaan kekuasaan. hal ini bisa berisiko merusak kualitas demokrasi Indonesia yang bergantung pada partisipasi masyarakat.
Solusi untuk Mengurangi Fenomena Golput
Untuk mengurangi angka golput, diperlukan berbagai upaya dari semua pihak, baik pemerintah, partai politik, maupun masyarakat. Beberapa langkah yang bisa diambil antara lain :
- Meningkatkan Pendidikan Politik
Memasukkan pendidikan politik ke dalam kurikulum di sekolah maupun universitas agar generasi muda memiliki pemahaman dasar tentang sistem politik dan pentingnya berpartisipasi dalam pemilu. Pemerintah dan lembaga non-pemerintah juga dapat membuat kampanye pendidikan politik melalui berbagai media (TV, radio, media sosial) yang mengajarkan cara memilih dengan benar, pentingnya suara rakyat, serta penjelasan mengenai sistem pemilu dan pemerintahan.
- Meningkatkan Kualitas Calon dan Kampanye Politik
Para calon pemimpin harus memiliki integritas, rekam jejak yang baik dan visi,misi yang jelas, bukan hanya mengandalkan kampanye kosong dan janji-janji kosong. Calon pemimpin harus fokus pada kepentingan rakyat dan menyampaikan program yang realistis dan bermanfaat.
- Pemilu yang Lebih Transparan dan Bersih