Padahal, tidak dapat dipungkiri bahwa masing-masing siswa memiliki kemampuan yang berbeda serta membutuhkan penanganan pembelajaran yang berbeda pula. Kemampuan yang harus dimiliki untuk menjadi guru yang inspiratif ialah memahami setiap karakter peserta didik dan memberikan cara pembelajaran yang sesuai dan tepat dengan masing-masing minat peserta didik.
5. Bisa memposisikan diri dalam setiap kondisi
Tidak jarang bahwa kata “guru” seringkali masih dijadikan sebagai kata yang di labeli dengan penghormatan serta harus dituruti. Walaupun pada dasarnya, seorang guru adalah seseorang yang harus “Di gugu dan ditiru” tetapi, tidak jarang juga hal tersebut menjadi salah satu faktor yang menjadikan peserta didik menjadi sungkan dan tertutup terhadap guru mereka.
Padahal, seorang guru harusnya diposisikan sebagai orang tua peserta didik di lingkungan sekolah. Oleh karena itu, untuk menjadi seorang guru yang inspiratif guru tersebut harus bisa memposisikan posisinya. Contohnya seperti, menjadi guru yang tegas dalam kegitatan pembelajaran dan bisa menjadi teman dalam kegiatan diluar pembelajaran. Hal tersebut diharapkan bisa menjadi salah satu cara untuk menjadikan peserta didik terbuka terhadap guru mereka.
6. Berusaha menjalin ikatan emosional
Jika dilihat dari kenyataan yang terjadi di dalam ranah pendidikan, tidak dapat kita pungkiri bahwa sebagian besar guru yang banyak disenangi oleh peserta didik ialah guru yang memiliki sifat yang lemah lembut, penampilannya menarik, serta tidak pernah marah-marah ataupun cara menjelaskannya dengan cara yang menyenangkan.
Untuk melakukan hal tersebut dan menjadi guru yang inspiratif, diperlukan terjalinnya ikatan emosional yang kuat antara peserta didik dan tenaga pendidik. Untuk mewujudkan hal tersebut, tenaga pendidik harus melakukan beberapa hal salah satu diantaranya ialah menjalin komunikasi yang baik antar peserta didik dan tenaga pendidik.
7. Membuat peraturan yang sama
Tidak jarang, seorang guru membuat peraturan pembelajaran dalam setiap kegiatan pembelajaran yang dilakukan. Salah satunya, larangan masuk kelas ketika telat masuk lebih dari 10 menit. Walaupun seringkali, hal tersebut dilakukan oleh peserta didik. Tetapi, tidak menutup kemungkinan seorang guru juga melakukannya ketika dihadapkan dengan situasi tertentu.
Jika misal, seorang guru membuat peraturan tidak boleh masuk ketika ada peserta didik yang telat lebih dari 10 menit dan hukumannya ialah peserta didik tersebut tidak boleh masuk kelas, maka jika pada situasi tertentu seorang guru melanggar peraturan tersebut maka guru tersebut sama-sama mendapatkan hukuman yang sama.
Contohnya, jika guru tersebut telat masuk kelas lebih dari 10 menit. Maka, kelas hari tersebut kosong selama satu jam pelajaran atau sesuai dengan kesepakatan yang sudah disepakati sejak awal. Hal tersebut dapat memberikan contoh kepada peserta didik bahwa hukum berlaku kepada setiap individu yang melanggar.