Ananta menatapnya tajam. "Kamu lebih dari sekadar pernah di sini. Kamu adalah bagian dari ini."
Tiba-tiba, Surya teringat semuanya. Ia adalah salah satu anak di panti asuhan itu. Ia adalah teman dekat Ananta, dan mereka berdua pernah mencoba kabur dari panti asuhan yang penuh kekerasan itu.
Namun, malam kebakaran itu, ia yang secara tidak sengaja memulai api saat mencoba menyalakan lilin di lorong. Ia berhasil keluar, tapi semua anak lainnya terjebak di dalam.
"Semua ini salahku," kata Surya dengan air mata mengalir di pipinya.
Ananta mengangguk pelan. "Mereka tidak menyalahkanmu. Mereka hanya ingin bebas. Tapi untuk itu, kamu harus memaafkan dirimu sendiri."
Surya merasa berat untuk melakukannya. Namun, ketika ia menutup matanya dan memohon maaf kepada semua jiwa yang terperangkap, ia merasakan sesuatu yang hangat menyelimuti dirinya.
Ketika ia membuka matanya, ruangan itu kosong. Tidak ada Ananta, tidak ada anak-anak, dan dinding yang sebelumnya penuh coretan kini bersih.
Surya keluar dari Gedung Arjuna dengan hati yang lebih ringan. Ia menyadari bahwa menghadapi masa lalu adalah satu-satunya cara untuk melepaskan diri dari rasa bersalah yang telah membelenggunya selama ini.
Malam itu, ia menulis kisah tentang Gedung Arjuna. Bukan sebagai tempat kutukan, tetapi sebagai tempat pembelajaran. Ia menulis bahwa kadang, hantu yang paling menakutkan adalah bayangan masa lalu kita sendiri.
Dan hanya dengan keberanian untuk memaafkan diri sendiri, kita bisa benar-benar bebas.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI