Mohon tunggu...
Nazwa Aulia Rahadian
Nazwa Aulia Rahadian Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Mercu Buana

43223010030 || S1 Akuntansi || Fakultas Ekonomi dan Bisnis || Dosen Apollo, Prof. Dr, M.Si.Ak

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Ranggawarsita Tiga Era, Kalasuba, Katatidha, Kalabendhu, dan Fenomena Korupsi di Indonesia

30 Oktober 2024   19:27 Diperbarui: 30 Oktober 2024   19:27 90
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tanda-Tanda Era Kalabendhu dalam Pandangan Ranggawarsita

Pada Era Kalabendhu menurut Ranggawarsita bukan hanya saja masa krisis moral, tetapi juga menandai kehancuran pemerintahan dan kepemimpinan. Berikut tanda-tanda dari era ini meliputi:

  1. Hilangnya Keteladanan Pemimpin: Ranggawarsita menyatakan bahwa dalam Kalabendhu, para pemimpin dan pejabat negara tidak lagi menjadi panutan. Ketika pemimpin kehilangan kejujuran dan kebijaksanaan, rakyat tidak lagi memiliki sosok yang bisa diandalkan sebagai contoh moral. Ini menyebabkan hukum dan kebijakan publik dibuat untuk kepentingan kelompok tertentu, bukan  manfaat baik untuk umum.
  2. Kemerosotan Moral Masyarakat: Dalam Serat Kalatidha, Ranggawarsita menyebutkan bahwa "orang baik dan jujur disingkirkan." Situasi ini menggambarkan bagaimana kebenaran dan nilai-nilai luhur tidak lagi dihargai. Ketika kejujuran dianggap sebagai kelemahan, dan korupsi menjadi norma yang diterima.
  3. Meningkatnya Egoisme dan Ketidakadilan: Kalabendhu adalah masa di mana orang berusaha mengeruk keuntungan pribadi tanpa mempedulikan dampaknya terhadap masyarakat. Oleh karena itu, Ranggawarsita menggambarkan bahwa bencana yang timbul bukan hanya dari luar, tetapi dari perilaku manusia itu sendiri. Kesejahteraan bersama diabaikan, dan ketidakadilan merajalela karena orang lebih peduli pada kepentingan mereka sendiri.
  4. Kerusakan Tata Sosial dan Hukum: Ranggawarsita juga menyebutkan bahwa di era ini, tata aturan yang mengatur kehidupan masyarakat mulai kehilangan kekuatannya. Hukum tidak lagi dijadikan sebagai alat keadilan, tetapi sebagai instrumen untuk melindungi dan memperkaya diri. Dalam situasi di mana aturan dan norma kehilangan fungsinya, korupsi tumbuh subur karena pengawasan dan penegakan hukum lemah.

Korupsi dalam pandangan Ranggawarsita adalah bukti nyata dari perubahan dalam jiwa manusia yang dipengaruhi oleh kekuasaan dan keserakahan. Tindakan ini bukan sekadar kejahatan finansial, tetapi merupakan cerminan dari kebobrokan yang menggerogoti tatanan sosial. Korupsi menggambarkan hilangnya integritas dan komitmen terhadap kebenaran, sesuatu yang menjadi inti dari kritik Ranggawarsita dalam menggambarkan era Kalabendhu. Sehingga, berikut beberapa poin yang memperkuat korupsi sebagai manifestasi dari Kalabendhu antara lain:

  • Kerusakan Terstruktur: Korupsi di era Kalabendhu tidak hanya terjadi pada level individu, tetapi menjadi sebuah praktik sistemik yang melibatkan jaringan kekuasaan. Sehingga, siapa pun yang mencoba bertindak benar seringkali harus menghadapi risiko tersingkirkan atau bahkan dihancurkan oleh sistem tersebut.
  • Kebutaan Moral: Dalam masa Kalabendhu, kesadaran akan nilai-nilai kebaikan memudar. Korupsi dipandang sebagai tindakan yang lumrah karena orang mengabaikan dampaknya bagi masyarakat luas. Seperti yang ditulis Ranggawarsita, "Sebaik-baiknya orang yang lupa, masih lebih baik orang yang eling lan waspada," atau ingat dan waspada. Mereka yang memilih untuk tetap sadar dan kritis terhadap korupsi berada dalam posisi yang lebih sulit tetapi lebih bermartabat.

PPT  Dosen Apollo, Prof. Dr, M.Si.Ak
PPT  Dosen Apollo, Prof. Dr, M.Si.Ak

PPT  Dosen Apollo, Prof. Dr, M.Si.Ak
PPT  Dosen Apollo, Prof. Dr, M.Si.Ak

PPT  Dosen Apollo, Prof. Dr, M.Si.Ak
PPT  Dosen Apollo, Prof. Dr, M.Si.Ak

PPT  Dosen Apollo, Prof. Dr, M.Si.Ak
PPT  Dosen Apollo, Prof. Dr, M.Si.Ak

PPT  Dosen Apollo, Prof. Dr, M.Si.Ak
PPT  Dosen Apollo, Prof. Dr, M.Si.Ak

Bagaimana Korelasi Tiga Era dengan Solusi terhadap Korupsi di Indonesia?

korelasi antara Tiga Era Ranggawarsita (Kalasuba, Kalatidha, dan Kalabendhu) dengan solusi terhadap korupsi di Indonesia dapat ditarik melalui pemahaman terhadap sifat dan dinamika dari masing-masing era tersebut. Dalam konsep yang disampaikan oleh Ranggawarsita, setiap era mencerminkan keadaan moral, sosial, dan politik yang berbeda yang pada akhirnya bisa menjadi cermin untuk memahami tantangan, termasuk masalah korupsi, yang dihadapi oleh suatu bangsa.

1. Kalasuba (Masa Kemakmuran)

Pada era Kalasuba, masyarakat hidup dalam kemakmuran dan ketertiban. Pemimpin bertindak sebagai teladan, mengutamakan kepentingan rakyat, dan menjaga integritas serta nilai moral yang kuat. Tata hukum yang adil dan pemerintahan yang transparan membuat korupsi sulit berkembang. Dalam konteks Indonesia, Kalasuba mengajarkan bahwa untuk mencegah korupsi, perlu adanya integritas yang kuat pada pemimpin dan sistem yang transparan serta akuntabel. Reformasi hukum dan penguatan moral dalam pemerintahan adalah solusi yang bisa mengembalikan nilai-nilai yang serupa dengan era Kalasuba.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun