"Jika iya apa kau akan melakukannya?" Tanya Baran penasaran,
"Eum!" Baran tertawa renyah mendengar jawaban dari Arcelia, sungguh lucu dimatanya.
"Tidak! Jangan lakukan itu! Aku akan kembali kesini, tenang saja ya?"
Ditempat lain, Â
"Senang melihat kau kembali dengan selamat dan sehat," Gibran memeluknya selayaknya seorang Kakak yang merindukan Adiknya,
"Aku ingin ke ruangan ku," Gibran menatap heran Baran, seperti terjadi sesuatu padanya.
Disebuah ruangan khusus, Baran menatap langit dari dalam ruangannya mengingat kata-kata Arcelina kemarin gelap yang membuat tekad hatinya semakin kuat untuk kembali dengan tujuan menenangkan perasaannya.
'Layaknya nabastala dan bentala, aku dan kau adalah dua daksa dan atma yang tak diizinkan semesta untuk bersama. Tolong jangan simpan perasaan itu terlalu lama, kau akan sakit.'
Mengingat perkataan Arcelia semalam membuat Baran memejamkan matanya, merasakan rasa sakit dan kecewa yang menjadi satu menjalar ke seluruh tubuhnya.
Ditempat lain,
Arcelia menatap kosong setangkai bunga yang ia petik, adakah ia bicara terlalu berlebihan semalam? Namun itu ia lakukan untuk kebaikan Baran sendiri. Ia tidak mau menjadi alasan seseorang merasakan sakit, apa lagi ia merupakan sosok wanita pertama yang dicintai Baran sebagai orang lain.
"Hei Nona, lama tak bertemu ya? Terakhir kali kapan yaa? AHAHAHA..apa kau--merindukan ku?"