"Aku baik-baik saja tidak perlu dipikirkan,"
"Tidak apa untuk tidak baik-baik saja, kau juga hanya sebatas makhluk yang dapat merasakan sakit, tak apa aku disini. Aku berada di dekat mu, di samping mu,"
Kalimat per kalimat itu meluncur dengan lancar dari mulut Baran tidak ada kata tipuan di dalam sana, tidak ada kata yang bertujuan untuk memanfaatkan situasi. Kalimat itu sungguh tulus, layaknya setulus hati seorang Pria yg sedang jatuh hati untuk pertama kalinya.
Dan kalimat tersebut berhasil membuat Arcelia luluh, ia menangis. Menangis sakit dan senang, sakit yang berhasil ia keluarkan dan senang karena akhirnya setelah sekian lama ia mendapatkan bahu lebar yang hangat untuk sandarannya.
"Apa aku diizinkan memeluk dirimu?" Tanya Baran hati-hati, Arcelia menganggukan kepalanya perlahan. Setelah mendapat izin, dengan perlahan Baran menarik tubuh ramping Arcelia agar didekap oleh nya. Saat ini Residenza menjadi saksi kedua insan disana, dan menjadi saksi bahwa seorang Letnan sedang jatuh cinta pada insan milik Alderan.
Sial, aku luluh pada Guaritor Alderan,
Batin Baran.
MULAI TERBIASA
Setelah kejadian di Residenza keduanya kini berada di padang rumput saling menatap langit bebas.
"Hei, bagaimana keadaan di luar sana?"
"Rumit, rasanya seperti kau sedang terbang. Naik dan turun tidak karuan terkadang kau dapat merasa senang terkadang juga kau dapat merasa sedih dan sakit secara bersamaan. Tapi..itu yang membuatnya terasa sungguh luar biasa," Baran memberikan gambaran alur kehidupan dunia luar disertai dengan senyum tipis yang tercetak di bibir nya, membayangkan kehidupannya diluar sana.Â
Arcelia menatap iri, sungguh impiannya sejak dulu hanyalah dapat keluar dari Planet ini. Ia bahkan belum pernah melihat Bintang Aldebaran maupun Orion yang terkenal itu, sungguh ia sangat iri pada Baran.