Di zaman sekarang pentingnya pendidikan sering digembor-gemborkan oleh sebagian orang. Itu merupakan hal yang terlihat mulia, namun apakah mereka pernah berpikir bahwa meskipun orang-orang paham akan pentingnya pendidikan, tak semua orang mampu untuk melanjutkan pendidikan. Itu disebabkan oleh banyak faktor, salah satunya karena privilege.
Apa itu privilege?
Menurut kamus besar bahasa Indonesia, arti dari privilege adalah hak istimewa. Hak istimewa yang dimaksud adalah hak untuk mendapatkan keuntungan karena mereka memiliki kelebihan, kedudukan, atau jumlah kekayaan. Namun bukan berarti orang-orang ber-privilege ini kebal akan kesulitan hidup. Mereka sama saja mengalami itu, karena setiap orang memiliki kesulitan masing-masing.
Lalu apa hubungan privilege dengan pendidikan?
Hubungan privilege dengan pendidikan tak luput dari faktor-faktor pendukung pendidikan seperti sarana dan prasarana, finansial, pengajar yang ahli dibidangnya, motivasi, lingkungan dan diri orang itu sendiri. Mari kita bahas satu persatu.
1. Sarana dan prasarana
Bagi kaum menengah keatas, mengadakan hal ini sebagai penunjang pendidikan tentu terasa lebih mudah dibanding kaum menengah ke bawah. Fasilitas yang mumpuni tentu akan membuat orang menjadi lebih paham tentang apa yang ia pelajari.
2. Finansial
Orang yang berprivilege memiliki kelebihan dalam keuangannya sehingga kebutuhannya dalam bidang pendidikan akan cukup terpenuhi. Berbeda dengan orang yang kurang mampu yang masih harus memikirkan kebutuhan hidupnya sehari-hari sehingga kadang abai terhadap pendidikan.
3. Pengajar yang ahli dibidangnya
Terkadang, untuk mendapat ilmu dari orang yang ahli serta berpengalaman dibutuhkan biaya yang tak murah, relasi, serta kemauan yang benar-benar kuat.
4. Motivasi
Orang berprivilege cenderung memiliki motivasi yang kuat sebab ia ingin mempertahankan keadaannya yang sekarang atau bahkan meningkatkan lagi hidupnya. Berbeda dengan orang yang kurang privilege. Orang-orang ini, meskipun memiliki motivasi dan tekad yang kuat untuk merubah hidupnya, namun tetap saja, ketika mereka jatuh akan sedikit sulit untuk bangkit kembali.
5. Lingkungan
Pergaulan menentukan seperti apa kepribadian seseorang. Sebagian orang yang berprivilege tumbuh di lingkungan yang mendukung pendidikan, berbeda dengan orang yang kurang berprivilege, yang di lingkungannya masih sering dijumpai kalimat "Untuk apa sekolah tinggi-tinggi, nanti juga kerjanya di dapur".
6. Sifat dan sikap orang itu sendiri
Ini adalah faktor dari dalam diri seseorang, bila ia merasa bahwa ia tidak membutuhkan pendidikan, mau sekeras apapun motivasi yang diberikan orang lain maka ia akan tetap bebal.
Lalu bagaimana dengan orang yang kurang privilege? Apakah mereka berhak atas pendidikan?
Tentu saja berhak, semua orang berhak mendapat pendidikan yang layak. Apalagi di zaman serba cepat ini, ilmu bisa diakses  dengan mudah lewat internet, terdapat banyak program beasiswa baik dari swasta maupun pemerintah, lembaga pendidikan dengan biaya yang tak mahal juga sudah ditemui.
Pendidikan bukan hanya tentang deretan huruf dan angka yang ditulis oleh tinta diatas kertas, tetapi juga soal karakter yang ingin dibangun, sifat dan sikap yang ingin dibentuk agar menjadi manusia yang takut kepada Tuhannya.
Jangan takut belajar, tetap bersyukur dengan keadaan, ingat, belajar bisa didapatkan dari siapa saja, dimana saja, kapan saja, dan dari apa saja selama dirimu mau.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H