Mohon tunggu...
Anastasye Natanel
Anastasye Natanel Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Blogger

pencinta olahraga dan budaya

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Iming-iming Air Kesehatan

5 Desember 2017   12:57 Diperbarui: 10 Agustus 2019   13:33 1383
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Saya tergabung dalam sebuah closed group tentang pola makan sehat di Facebook di tahun 2010. Sampai sekarang saya masih menjadi anggotanya dan masih menjalani pola makannya walau tidak sekonsisten di awal saya bergabung.

Tujuan awal saya melakukan pola makan ini tentu saja layaknya keinginan utama para ibu-ibu yang baru saja melahirkan. Ingin kembali kurus. Kenaikan berat badan saya semasa kehamilan memang cukup drastis. Bahkan berat badan saya stuck di angka 60 kg setelah anak kedua berusia  1 tahun. FYI berat badan saya sebelum hamil adalah 50 kg.

Tadinya dalam grup ini hal utama yang dishare adalah menu makanan. Apa yang menjadi sarapan, makan siang, makan malam, dan juga snack di antara jam makan siang dan makan malam. Jika ada yang menyalahi juklak (petunjuk pelaksanaan) maka mereka yang sudah mengerti akan saling mengingatkan agar cara makannya dibenerin.

Laun, mulai ada yang membagikan jenis air minum yang dikonsumsi. Sebuah produk air alkali yang katanya sejalan dengan pola makan ini. Saya tentu saja langsung terbawa untuk ikut mengonsumsi produk tersebut.

Dalam seminggu saya bisa mengonsumsi 2 galon ukuran besar demi memenuhi kebutuhan dasar konsumsi air yang dibutuhkan tubuh, yaitu 8-10 gelas sehari.

Khasiatnya di tubuh saya? Saya merasa tubuh saya lebih bugar. Walau saat itu saya memang tidak menderita sebuah penyakit secara spesifik. Jadi tidak tahu apakah manjur mengobati penyakit yang diderita atau tidak. Yang utama sih, berat badan saya kembali ke masa sebelum hamil.

Apalagi rasa produk air alkali yang saya minum terasa berbeda dengan produk air mineral yang biasa saya konsumsi sehari-hari. Rasanya lebih segar seperti minum langsung dari sumber mata air. Oh, saya tahu bagaimana rasanya minum dari sumber mata air karena dulu sering naik gunung dan minum air langsung dari kaki gunung.

Lain saya, lain pula cerita teman saya yang adalah seorang selebtwit asal Palembang. Sebut saja namanya R. R ini belakangan juga terbawa dengan kebiasaan mengonsumsi infused water yang dipercaya juga sebagai air detoks. Para pelaku pola makan berbahan organik, raw food sampai vegetarian sering sekali mengonsumi air minum ini.

Infused water sendiri sebenarnya hanyalah air mineral biasa yang ditambahkan potongan buah atau daun herbal. Biasanya disimpan semalaman di lemari pendingin agar rasanya menyatu.

Infused water juga diklaim memiliki banyak manfaat bagi tubuh semisal sebagai detoks, anti penuaan sampai menurunkan berat badan. Namun manfaatnya belum diuji klinis.

Bicara soal manfaat, infused water sebenarnya hanya mendorong orang-orang yang tadinya tidak suka minum air putih menjadi rutin minum, dan anak-anak yang tidak suka mengonsumsi buah-buahan. Dengan infused water, mereka bisa mengonsumsi air mineral beraneka rasa sesuai dengan pilihan buah yang diinginkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun