"Apakah sakit perutku karena mentalku? Apakah sakit kepalaku karena anxietyku? Saat aku bersikap acuh apakah karena depresiku?" Semua sikap yang aku rasakan dan lakukan kini menjadi pertanyaan.Â
Selain itu, aku memikirkan cara pandang orang-orang yang akan berbeda jika mereka tahu penyakitku. Aku khawatir semua ini akan berlangsung lama. Aku harus mengkonsumsi obat-obatan dengan jangka waktu yang lama. Aku harus menyembunyikan ini dari ibuku, sekuat tenaga supaya dia tidak tahu.Â
Aku hanya bisa bercerita pada teman terdekatku. Dan juga menuangkannya disini, melalui tulisan.Â
Tapi, aku tidak bisa banyak bercerita pada temanku. Meski rasanya sangat ingin bercerita setiap harinya, tapi aku menahannya. Aku takut malah menjadi energi negatif untuknya. Aku takut merusak mood temanku. Aku yakin, mereka bisa merasakan emosi negatif dariku saat aku bercerita.Â
Apakah MADD ini mengganggu aktivitasku? Sangat.Â
Aku adalah seseorang yang bersemangat untuk bekerja. Aku bisa melakukan banyak improvisasi dalam pekerjaanku. Puluhan inisiatif bisa kulakukan dalam satu hari. Bahkan sesekali aku menyempatkan belajar. Tapi, saat aku menderita anxiety disorder tahun lalu, semuanya berubah.Â
Aku sangat tidak tertarik dengan bekerja. Rasanya sangat malas. Aku sulit membagi waktu dan konsentrasiku selalu terpecah. Aku tidak bisa fokus dan sering terdistraksi oleh hal-hal kecil.Â
Padahal aku sudah berusaha menghilangkan distraksi itu. Seperti menghapus semua sosial media, instagram, tiktok, twitter, dan lainnya.Â
Rasanya kepalaku sangat berisik. Aku tidak mengenal diriku yang sekarang. Aku hanya ingin kembali menjalani hari dengan damai. Aku mohon.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H