Bahkan sebelum lulus kuliah aku sempat mendapat tawaran pekerjaan, tapi aku tolak karena skripsiku belum selesai.Â
Sebenarnya sempat dilematik untuk menolak karena ada kesempatan yang mungkin tidak datang dua kali. Banyak pertimbangan dan hasil diskusi sana sini, akhirnya aku menolak tawaran berharga itu.Â
Tak lama setelah skripsi selesai. Aku lanjut mendapat pekerjaan. Tak sempat merasakan menganggur, meski pekerjaan awal saat itu masih magang, freelance. Aku melakukan semua pekerjaan dalam waktu yang bersamaan.Â
Lagi-lagi, kegiatan penuh 24/7 ku masih berlanjut hingga aku bekerja.Â
Saat itu situasi masih pandemi covid-19. Aku melakukan magang di salah satu perusahaan, menjadi campaign specialist. Pekerjaannya cukup mudah, mengedit video, membuat design, membuat copywiriting, artikel, dll.Â
Engga puas dengan satu pekerjaan itu, aku pun mendapat tawaran untuk menjadi freelance videographer. Tentu saja aku ambil.Â
Sampai akhirnya aku pindah ke perusahaan yang menawariku pekerjaan full time. Cukup bangga karena HR dari perusahaan itu langsung yang menawariku.Â
Meski akhirnya aku mendapat pekerjaan itu setelah melakukan beberapa tahapan yang cukup sulit, padahal masih sangat asing profesi yang aku terima disana. Tapi untungnya, perusahaan mau menerima ketidaktahuanku, entah kenapa.Â
Disana, aku menjadi seorang Video Analyst. Aku benar-benar mempelajarinya dari nol. Diajari seniorku hingga kepalaku mau pecah.Â
Kali ini pun aku tidak hanya memiliki satu pekerjaan, meski sudah full time. Takdir baik masih mengunjungiku. Aku diajak menjadi admin Group Order merch Kpop. Sangat menarik, aku melakukannya!
Dua pekerjaan itu terus aku tekuni selama 1 tahun. Waktu bermain dan bertemu teman-teman semakin kecil. Hingga akhirnya setelah kegiatan penuh 24/7 berlangsung dari SMA hingga bekerja, terhitung 8 tahun lamanya aku mulai merasakan yang namanya burn out.Â