Mohon tunggu...
Salahuddin
Salahuddin Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Pembelajar sejati adalah ikhlas menerima ilmu dalam keadaan kosong tanpa merasa isi...

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Membangun “Generasi Emas” dengan Membangun Minta Membaca

26 September 2014   00:55 Diperbarui: 17 Juni 2015   23:30 302
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Indonesia adalah bangsa yang besar dengan sampul perjalanan sejarah panjang yang penuh dengan dinamika politik yang mampu melewati fase transisi dari rezim “non demokrasi” ke rezim demokrasi. Rezim demokrasi yang dicapai dengan keringat dan airmata dari para pejuang dan pahlawan yang terus memberikan inspirasi dan semangat kemerdekaan.

Tatanan demokrasi di Indonesia mengedepankan pada hak azasi manusia yang menerima segala bentuk diversifikasi ras sebagai bentuk “kesatuan” Indonesia. Dengan dinamika dan problematika yang terus menerpa, Indonesia tetap teguh bersatu sampai diusianya yang ke-69 tahun dengan sebuah ideologi yang penuh dengan falsafah kebangsaan sebagai bentuk representasi dari demokrasi, yaitu pancasila.

Sebagai bangsa yang besar, Indonesia memiliki jumlah penduduk yang besar dengan keanekaragaman suku, ras, dan agama didalamnya. Dengan jumlah penduduk no. 4 terbesar di dunia (setelah Cina, India, dan Amerika Serikat) yaitu 237,641 juta penduduk. Khususnya pada jumlah usia produktif diproyeksikan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2015 akan mencapai pada jumlah 2,24 juta yang berarti sekitar 26% dari jumlah penduduk Indonesia, dimana angka ini akan terus meningkat hingga tahun 2030.

Dari fakta ini dapat disimpulkan bahwa Indonesia memiliki peluang dan kesempatan pada “bonus demografi” yang harus dioptimalisasi untuk mendorong peningkatan laju perekonomian secara signifikan sebagaimana yang diakui oleh Morgan Stanley, salah satu bank ternama di Amerika bahwa “salah satu mesin yang menggerakkan pertumbuhan ekonomi Indonesia, tidak bisa tidak, adalah sumber daya manusia”.

Khususnya dalam memasuki era globaliasasi, Indonesia sebagai negara yang memiliki pengaruh terhadap dinamika perekonomian dunia harus segera mempersiapkan dengan matang “bonus demografi” yang dimiliki sebagai solusi di tengah berbagai persoalan yang menghambat pembangunan Indonesia diantaranya seperti pengangguran, kemiskinan, kriminalitas, korupsi, dll.

Kaum terpelajar (intelektual muda) Indonesia harus lahir menjadi “generasi emas” yaitu sumber daya manusia yang berkualitas sebagai strategi dalam memenuhi

tuntutan dan tantangan era globalisasi dimana produk, ide, gagasan, dan aspek lain dari budaya akan bebas keluar masuk yang bakal menciptakan persaingan bebas bagi setiap individu di Indonesia.

Generasi emas adalah tema yang diusung oleh kemendiknas dalam rangka meningkatkan kualitas sumber daya manusia di Indonesia. Generasi yang kita yakini adalah agen perubahan yang mampu meninggikan derajat dan martabat Indonesia dimata dunia. Benih-benih generasi emas sudah harus disemai dari sekarang sehingga harapan pada generasi yang matang yang syarat dengan ilmu dan pengetahuan bekal dalam mendorong perubahan di Indonesia dapat terwujud.

Ilmu pengetahuan dan khususnya teknologi saat ini sudah maju kian pesat sehingga kita dapat memperoleh informasi dengan mudah. Kesadaran terhadap keterbukaan dengan segala macam informasi yang dapat memperkaya diri dengan pengetahuan, wawasan, dan pandangan secara luas yang salah satunya bisa diperoleh dengan membaca.

Membaca merupakan aktivitas dalam proses menyerap ilmu pengetahuan formal maupun informal. Aktivitas yang apabila dilakukan secara konsisten dapat merubah mindset dalam proses berfikir melalui dengan pendekatan ilmiah dan sistematis.

Aktivitas membaca sudah dilakukan jauh sebelum prakemerdekaan oleh para founding father yang telah membangun pondasi bangsa ini dari nol hingga sampai NKRI terbentuk. Membaca bagi para pendiri bangsa ini merupakan salah satu cara untuk memerdekaan bangsa Indonesia melalui memerdekaan pikiran terlebih dahulu, seperti kutipan Mohammad Hatta “aku rela dipenjarakan asalkan bersama buku, karena dengan buku aku merasa bebas” merupakan sepenggal ungkapan yang merepresentasikan peliknya kondisi perjuangan pada saat itu namun dalam keseharian Bung Hatta, membaca selalu menjadi agenda tetap.

Membaca merupakan bagian dari proses belajar yang berperan dalam perubahan paradigma yang konvensional menjadi modern. Secara psikologis, membaca sebagai proses belajar dapat mempengaruhi tingkah laku (observable behavior) yang membentuk kepribadian secara utuh sehingga pembentukan karakter dapat berkonstelasi pada kualitas dalam diri manusia.

Banyak manfaat yang kita dapatkan dari membaca. Dalam proses membaca kita dapat larut dalam dunia dimana kita bebas mengekspresikan diri dengan imajinasi yang kita dapat dari membaca. Imajinasi yang dapat menciptakan kreasi dan inovasi yang dapat memberikan manfaat bagi kemaslahatan orang banyak.

Selain itu, dengan sibuk membaca dapat menghindarkan diri dari lingkaran setan yang dapat menjerat manusia, yaitu kebodohan. Ketika seseorang masuk dalam dimensi kebodohan maka apa saja yang ia lihat dan dirasakan lebih didominasi dari prasangka negatif, prasangka negatif yang terbentuk dari keegoisan dalam memandang sempit segala sesuatu objek sehingga mempersulit perkembangan diri seseorang karena kesungkanan akan membaca.

Ilmu pengetahuan dan informasi sekarang-sekarang ini menjadi sesuatu kebutuhan dasar masyarakat yang dapat membekali diri dari tantangan globalisasi. Dengan sering membaca, seseorang dapat mengembangkan kemampuannya baik untuk mendapat dan merespon ilmu pengetahuan maupun untuk mempelajari disiplin ilmu dan pengetahuan dengan menyelami lebih dalam kajian ilmu tersebut sesuai dengan bidang yang diminati.

Pada proses membaca kita bisa mendapatkan pencerahan dalam memaknai kehidupan misalnya seperti dari kutipan-kutipan dari para tokoh, kasus atau pengalaman dari seseorang yang dapat menjadi pembelajaran, teori-teori yang dapat membantu kita menelaah suatu masalah, dan banyak lagi manfaat secara langsung dari membaca sehingga dapat memberikan kita suatu pandangan yang luas dalam menyikapi persoalan hidup yang bervariasi dan dinamis.

Dari pemaparan diatas jelas bahwa manfaat dari membaca mampu memberikan perubahan pada mindset dan perilaku seseorang apabila dilakukan secara konsisten. Kebiasaan membaca dapat mengarahkan hasrat dan menjawab keresahan manusia.

Minat membaca di Indonesia masih dikatakan kurang, namun seiring dengan “bonus demografi” yang kita miliki membangun minat membaca harus dibangkitkan dari sekarang kepada tunas-tunas bangsa. Tanggungjawab membangun minat baca adalah tanggungjawab dari kita semua yang menginginkan perubahan Indonesia ke arah yang lebih baik karena kesempatan ini harus dimanfaatkan sebaik mungkin

oleh bangsa Indonesia dalam mencetak “generasi emas” yang siap dengan kondisi pasca globalisasi.

Generasi emas memberikan harapan dan semangat baru bagi Indonesia untuk dapat menjadi negara maju dengan sumber daya manusia berkualitas yang siap bersaing dengan negara-negara maju lainnya. Kenyataan ini dapat terwujud dengan diawali dari membangun minat membaca.

Keluarga dalam konteks ini orangtua, harus membimbing, mengarahkan dan menumbuhkan kecintaan anak-anak mereka untuk membaca dan menyukai ilmu pengetahuan sesuai dengan minat dan bakat anak. Sekolah dan perguruan tinggi sebagai institusi sumber daya manusia tingkat tinggi harus mampu meningkatkan minat membaca kepada peserta didik agar memiliki kepribadian matang yang berakhlak mulia dengan multiple intelegence dan pandangan visioner sebagai motor penggerak dalam memajukan bangsa dan negara.

Solusi dari peningkatan kualitas sumber daya manusia adalah pendidikan. Membaca adalah bagian dari proses pendidikan yang mudah dan efisien. Kebiasaan membaca adalah salah satu strategi dalam membentuk “generasi emas” yaitu sumber daya manusia Indonesia yang berkualitas yang sedia mampu menjawab tantangan dari era globalisasi.

Generasi emas adalah generasi yang dibutuhkan kehadirannya oleh bangsa ini, bukan sebaliknya yaitu “generasi cemas”. Menurut Mahmuddin Yasin dari artikelnya di buku “Bunga Rampai”. Generasi emas merupakan “part of solution” dan “generasi cemas” merupakan “part of problem”.

Membangun minat baca adalah langkah jitu dalam mempersiapkan bangsa Indonesia dari globalisasi. Cocoklah sekiranya “generasi emas” menjadi kado yang manis bagi ulang tahun Indonesia yang ke-69 agar mampu memberikan perubahan yang lebih baik kedepannya bagi Indonesia khususnya dalam persiapan memasuki era globalisasi yang sudah didepan mata.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun