Setiap wanita pasti menginginkan wajah yang indah dan cantik karena wajah merupakan salah satu mahkota bagi wanita. Untuk memperoleh hal tersebut, wanita rela mengeluarkan banyak uang untuk membeli berbagai jenis produk kencatikan.Â
Produk kecantikan yang ada, tentunya mengandung berbagai jenis zat yang dapat membuat wajah wanita semakin cantik. Zat tersebut didapatkan dengan cara mengisolasi suatu ekstrak dalam tanaman ataupun dengan cara mensintesis suatu zat baru sebagai formulanya. Tapi apakah anda tahu, bahwa beberapa produk kecantikan yang sering anda pakai dapat mengandung salah satu zat atau material yang sering digunakan juga untuk membuat berbagai macam produk seperti keramik, plastik, karet, semen, dan lain-lain?
Salah satu material yang dapat digunakan untuk pembuatan keramik sekaligus bahan tambahan untuk produk kecantikan adalah kaolin. Kaolin adalah bahan tambang alam yang tersusun dari material lempung (clay) dan umumnya memiliki warna putih atau putih keabu-abuan karena kandungan besinya yang cukup rendah. Kaolin mempunyai komposisi hidrous aluminium silikat (Al2O3.2SiO2.2H2O) yang secara struktural tergolong ke dalam jenis filosilikat tipe 1:1, karena tersusun dari lapisan tetrahedral silika dan oktahedral alumina.Â
Kaolin terbentuk melalui proses pelapulakan mineral feldspar atau batu granit dan juga melalui proses hidrotermal alterasi pada batuan beku feldspar. Proses pelapukan hidrotermal dapat disebut juga sebagai proses umum dalam pembuatan tanah yang disebabkan oleh air asam. Hasil analisis kandungan mineral kaolin ini terdiri dari komponen utama yaitu silika (SiO2) 48.70%, alumina (Al2O3) 36.73%, air (H2O) 13.96%, dan oksida-oksida logam lainnya dalam jumlah kecil. Proses pelapukan yang terjadi pada permukaan atau sangat dekat dengan permukaan batuan beku dapat ditunjukkan oleh reaksi berikut.
2CaSiO3O8 + 2H2O + CO2 Al2O3.2SiO2.2H2O + 4SiO2 + K2CO3
Mineral-mineral yang termasuk ke dalam kelompok kaolin antara lain kaolinit, nakrit, dikrit, dan haloisit dengan kaolinit sebagai mineral utama. Kaolinit tersusun atas kristal heksagonal yang berukuran 0.1-10 m dengan bentuk seperti buku yang bertumpuk.Â
Kaolin ditemukan dalam bentuk endapan, yaitu dapat berupa endapan residual ataupun endapan sedimeter. Endapan residual terbentuk di tempat asalnya dari batuan yang kaya akan mineral, seperti granit, granodiorit, dan dasit. Sedangkan endapan sedimeter terbentuk dari proses pengendapan kembali kaolin, baik dari kaolin yang telah ada maupun kaolin hasil pengangkutan dan pengendapan mineral kaolinit. Endapan sedimeter ini terbentuk jauh dari tempat asalnya dan menempati daerah yang relatif rendah, seperti rawa dan sungai.
Proses penambangan kaolin dapat dilakukan dengan dua cara yang bergantung pada kondisi endapan. Cara pertama yaitu cara tambang terbuka atau open pit. Cara ini diawali dengan pengupasan tanah penutup menggunakan alat-alat manual atau alat mekanis seperti buldoser. Lapisan kaolin dapat digali menggunakan ekskavator, kemudian dimuat langsung ke dalam truk untuk diangkut ke tempat pengolahan. Cara kedua untuk penambangan kaolin yaitu dengan cara tambang semprot atau hydroulicking.Â
Pada cara ini, endapan kaolin yang telah dikupas dari tanah penutupnya disemprot menggunakan monitor hydraulicgiant dengan semprotan air yang bertekanan tinggi. Tekanan aliran air yang dihasilkan oleh pengaturan monitor diatur sesuai keadaan material yang akan digali dengan kapasitas tekanan mencapai 10 atm. Hasil penyemprotan akan berbentuk lumpur yang mengandung campuran kaolin dengan air. Lumpur tersebut akan didistribusikan dengan cara dipompa dan dialiri melalui pipa ke tempat pengolahan.
Tahap pengolahan kaolin dilakukan untuk menghilangkan mineral pengganggu dalam kaolin seperti oksida besi, oksida titanium, pasir kuarsa, dan mika. Dengan hilangnya mineral pengganggu, kaolin yang dihasilkan dapat memiliki tekstur yang lebih halus, memiliki tingkat brightness yang tinggi, memiliki kadar air yang rendah, dan sifat-sifat berkualitas lainnya. Proses pengolahan kaolin dilakukan tergantung pada jumlah, jenis mineral pengganggu, dan spesifikasi khusus yang dibutuhkan untuk membuat suatu produk.
Secara umum, tahap pengolahan kaolin terdiri dari pencucian, pemisahan, pengecilan ukuran, pengayakan, dan pemurnian. Pada proses pemisahan kaolin, digunakan alat yang disebut sluice box yaitu alat yang berfungsi untuk memisahkan material kaolin dengan pasir. Material kaolin yang didapatkan kemudian dikeringkan untuk mengurangi kadar airnya, sehingga dihasilkan kaolin dengan bentuk gumpal yang telah melewati tahap pres melalui mesin pres. Untuk mendapatkan kaolin dalam bentuk tepung atau serbuk, kaolin gumpal dapat dimasukkan ke dalam oven pengering dengan suhu 800-1000oC.Â
Kaolin termasuk salah satu mineral tanah liat yang sering digunakan oleh berbagai industri, baik sebagai bahan utama maupun sebagai bahan tambahan. Pada industri keramik, penggunaan kaolin dimanfaatkan sebagai bahan tambahan yang dapat memperbaiki sifat keramik menjadi lebih berkualitas. Selain itu, kaolin juga relatif ekonomis dan keberadaannya yang melimpah, sehingga sangat mudah untuk ditemukan. Beberapa daerah yang memiliki potensi kaolin diantaranya Bangka Belitung, Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, Bandar Pulat Sumatera Utara, Garut, Tasikmalaya, Blitar, Pondok Kelapa Bengkulu, Trenggalek, Paniai Papua, dan Polewali Sulawesi Selatan.
Kaolin memiliki sifat yang rapuh dan tidak plastis, sehingga sulit untuk dibentuk. Namun, sifat tidak plastis inilah yang membuat kaolin tidak mudah menyusut, memiliki kekuatan untuk mengering lebih cepat, merupakan isolator listrik yang baik, dan sangat tahan terhadap api atau panas.Â
Penggunaan kaolin pada keramik hanya sebatas material tambahan untuk meningkatkan kualitas keramik. Material lain yang sangat baik untuk membuat keramik adalah ball clay. Ball clay merupakan lempung atau tanah liat yang bersifat sangat plastis. Adanya penambahan kaolin dalam pembuatan keramik dari ball clay akan sangat menguntungkan, karena setiap material akan saling menutupi kekurangan satu sama lain. Sifat tahan api pada kaolin dapat dimanfaatkan dalam pembuatan antara lain bata-bata kaolin, keramik halus (gerabah putih), porselen (baik sebagai komponen maupun gelasir), bahan bangunan keramik seperti tegel dalam gerabah, dan sedikit-sedikit dalam email atau lapisan luar pada gigi.
Proses pembuatan ubin keramik dari kaolin dimulai dengan pencampuran clay dan kaolin, kemudian dapat ditambahkan katalisis untuk memperoleh keramik dengan mutu yang tinggi. Contoh katalis yang dapat digunakan untuk pembuatan keramik adalah TiO2. Clay yang digunakan sebelumnya haruslah direndam terlebih dahulu, kemudian dihancurkan hingga berbentuk bubur, lalu disaring, diendapkan, dan dikeringkan supaya kadar airnya dapat berkurang. Campuran kaolin dan clay kemudian dicetak dengan mesin pres hidrolik pada tekanan tertentu hingga membentuk badan ubin.Â
Badan ubin kemudian di panaskan pada suhu tinggi (sekitar 1100oC) pada kecepatan dan waktu tertentu. Setelah proses pemanasan, kemudian dilakukan glasir atau pewarnaan dengan cara dicelup. Glasir merupakan material pewarna berbahan dasar kuarsa, alumina, flux, dan pewarna dari oksida mineral. Setelah diglasir, ubin keramik kemudian dibakar pada mesin kiln pada suhu tinggi sehingga diperoleh ubin keramik dengan massa jenis, kekerasan, ketangguhan, dan uji bending atau kekuatan material yang baik.
Pemanfaatan kaolin yang semakin meluas seiring dengan meningkatnya ilmu pengetahuan dan teknologi menyebabkan banyaknya peluang untuk para peneliti dan pengusaha dalam mengembangkan dan berinovasi untuk membuat suatu produk yang bemanfaat untuk manusia maupun untuk lingkungan. Namun, sebelum banyaknya pemanfaatan kaolin dalam bidang industri keramik, kaolin telah dimanfaatkan sebagai obat-obatan tradisional sejak ribuaan tahun yang lalu. Penggunaannya sebagai bahan aktif yang dapat mengobati berbagai macam penyakit masih diteliti hingga sekarang.
Kaolin memiliki aktivitas terapeutik yang membuatnya mampu menjadi zat aktif untuk mengobati berbagai penyakit. Aktivitas terapeutik adalah aktivitas yang dirancang untuk tujuan terapi, sehingga mempercepat proses penyembuhan. Kaolin berkerja tidak secara spesifik pada suatu molekul protein penerima sinyal tertentu dan juga tidak menghasilkan efek samping obat lainnya. Kaolin dapat diberikan secara oral sebagai antidiare, antibakteri, dan beberapa penyakit pencernaan seperti peptik ulser atau tukak lambung.Â
Diare merupakan penyakit akut yang ditandai dengan meningkatnya jumlah cairan dari feses. Diare dapat disebabkan karena infeksi bakteri, toksik, alergi, penyerapan usus yang tidak baik, dan lain-lain. Kaolin digunakan sebagai obat antidiare karena memiliki kapasitas untuk menyerap dan memiliki luas permukaan yang besar. Selain dapat mengurangi cairan yang berlebih, kaolin juga dapat menyerap gas dari sistem pencernaan. Kaolin digunakan secara oral dalam bentuk suspensi dan biasanya diformulasikan dengan peksuspenitin atau suplemen serat yang dapat membantu penurunan kolesterol. Contoh produk obat antidiare kaolin seperti Koltin, Diano, Novadiar, dan lain-lain.
 Kaolin memiliki kemampuan sebagai bakterisidal atau pembunuh bakteri, karena adanya kemampuan penyerapan permukaan diantara partikel dari kaolin dengan dinding sel pada bakteri akibat daya tarik elektrostatik. Aktivitas fotokatalitik kaolinit sebagai mineral utama kaolin, berinteraksi secara biologis dengan sel bakteri. Penarikan permukaan bakteri oleh kaolin dapat mengganggu proses penyerapan nutrisi metabolik dari bakteri. Contoh bakteri yang terganggu oleh aktivitas kaolin yaitu Staphylococcus gallinarum, P. aeruginosa, E. coli, Pseudomonas putida, dan Enterococcus faecalis.
Permukaan kaolin yang diisi oleh sisi siloksan bersifat hidrofobik dan memiliki muatan negatif, sehingga memiliki potensi untuk membekukan darah pada pH darah dan plasma manusia. Ketika kaolin bertemu dengan darah, proses pembekuan darah dapat berlangsung secara instan dengan mengubah dan meningkatkan bentuk aktifnya, sehingga berakhir dengan pembentukan fibrin atau protein yang tidak larut dalam plasma pada proses pembekuan darah. Produk kaolin yang digunakan untuk mengobati luka secara umum yaitu QuikClot Combat Gauze, yang kini telah digunakan dalam dunia militer.
Dalam dunia farmasi ini, kaolin digunakan juga sebagai bahan eksipien atau bahan tidak aktif yang ditambahkan ke dalam bahan aktif suatu obat-obatan untuk meningkatkan volume bahan aktif tanpa menambah dosis bahan aktif tersebut. Eksipien dapat disebut juga sebagai pelarut atau pengisi. Eksipien berfungsi untuk melarutkan bahan aktif obat yang sukar dilarutkan, sehingga lebih mudah untuk dikonsumsi dan mempermudah penyerapan di dalam tubuh. Fungsi lain dari eksipien yaitu mempermudah penanganan obat, meningkatkan ketahanan terhadap perubahan temperatur lingkungan, sehingga dapat mencegah terjadinya denaturasi dan memperpanjang umur simpan.Â
Kaolin dapat menjadi bahan pensuspensi dan berfungsi untuk menstabilkan tipe suspensi deflokulasi agar partikel dapat diresuspensikan kembali dengan pengocokan sebelum obat digunakan. Keadaan deflokulasi adalah keadaan dimana partikel saling menyatu dan laju pengendapannya sangat lambat yang dapat menyebabkan gumpalan.
Kaolin merupakan bahan anorganik yang banyak digunakan juga dalam dunia kosmetik. Penggunaannya dilakukan bersamaan dengan bahan organik untuk membuat kosmetik. Kaolin ini digunakan sebagai bahan pengisi, bahan penyerap, bahan penstabil busa, alas bedak, dan concealer untuk menutupi ketidaksempurnaan serta memberikan tampilan kulit yang alami. Penggunaan kaolin yang merupakan salah satu jenis tanah liat dengan kandungan mineral yang tinggi telah diteliti dapat memberikan perlindungan pada kulit karena kemampuannya dalam menyerap material lain dan mampu menempel pada kulit membentuk lapisan yang melindungi kulit secara mekanik terhadap paparan dari luar.
Aktivitas kaolin sebagai pelindung kulit yang baik banyak digunakan untuk mengatasi iritasi kulit dan alergi. Kaolin dapat membantu menurunkan efek dari radiasi ultraviolet (UV-A dan UV-B) dengan panjang gelombang 320-400 nm dan 290-320 nm yang dapat menyebabkan kerusakan kulit dan kanker. Kemampuan kaolin untuk menghadang sinar UV dipengaruhi oleh ukuran partikel dari zat aktif kaolin.
Selain menggunakan kosmetik untuk membuat kulit lebih indah, perawatan kulit juga sangat diperlukan. Perawatan kulit dapat dilakukan dari dalam maupun dari luar. Salah satu produk kecantikan yang banyak digunakan ialah masker wajah. Masker wajah merupakan salah satu perawatan wajah yang dilakukan dari luar. Masker wajah dapat berfungsi untuk menghaluskan kulit, mengangkat sel-sel kulit yang mati, melembabkan, dan memberikan nutrisi pada kulit. Jenis-jenis masker wajah yang biasa digunakan yaitu clay mask, sleeping mask, sheet mask, peel off mask, wash off mask, mud mask, dan expoliating mask.
Penggunaan kaolin yang kaya akan mineral sebagai bahan dasar dalam produk kecantikan tentunya sudah memenuhi beberapa persyaratan sepert tidak memiliki sifat toksik, tidak reaktif, tidak alergenik, dan tidak dapat penetrasi ke jaringan internal kulit, sehingga tidak menyebabkan efek sekunder. Kaolin digunakan dalam formulasi masker lumpur atau mud mask karena kaolin bermanfaat untuk menyerap kotoran pada pori-pori kulit, mencegah timbulnya jerawat, memperhalus kulit wajah, dan memperlancar peredaran darah.Â
Kaolin dapat dikombinasikan dengan bentonit yang juga merupakan mineral lempung untuk memaksimalkan fungsi dari kaolin itu sendiri. Beberapa contoh produk masker yang mengandung kaolin yaitu Lancome Masque Pure Empreinte, Sensatila Botanicals Acne Clarifying Charcoal Mask, dan Dear by Renee Purifying Kaolin Mask.
Dari hasil evaluasi sensori terhadap sifat fisik masker lumpur berbahan dasar kaolin, semakin banyak kaolin yang terkandung dalam masker, maka semakin tinggi pula intensitas warnanya. Hal tersebut disebabkan karena kaolin memiliki karakteristik yang berwarna putih. Berbeda halnya dengan bentonit yang jika kadarnya semakin tinggi, maka warna masker akan semakin gelap. Hal tersebut dikarenakan bentonit memiliki karakteristik berwarna coklat.
Variasi formula kaolin dalam masker juga mempengaruhi nilai pH pada masker. Kulit wajah membutuhkan produk yang memiliki pH yang sesuai dengan kulit yaitu sekitar 4.7, sedangkan kaolin sendiri memiliki pH yang cenderung basa yaitu sekitar 6-8.Â
Untuk itu, variasi formula masker dengan bahan baku kaolin perlu dilakukan untuk mendapatkan masker dengan pH yang sesuai dengan kulit wajah. Kadar kaolin yang baik dalam formula masker berkisar 20-35% dari total bahan baku. Selain kadar, lama waktu penyimpanan dari masker juga berpengaruh terhadap nilai pH. Semakin lama waktu penyimpanan, maka pH cenderung akan semakin meningkat. Untuk itu, sangat penting bagi produk masker mencantumkan tanggal kadaluarsa pada kemasan maskernya.
Pengaplikasian masker kaolin pada wajah sangat mudah. Pada suhu kamar, masker kaolin yang telah dicampurkan dengan air dapat langsung diaplikasikan pada wajah. Untuk memaksimalkan fungsi dari masker kaolin, aplikasikan masker dengan air hangat. Suhu yang tinggi dapat meningkatkan proses sekresi keringat dan minyak, dapat membuka kelenjar pilosebaceous (kelenjar kecil tempat tumbuh rambut), mengaktifkan perubahan metabolisme, dan ekskresi katabolit. Kaolin juga merupakan salah satu bahan yang dapat menyerap sebum atau minyak karena kemampuan daya serap kaolin yang cukup tinggi.
Pemanfaatan lain dari kaolin yang memiliki karkateristik warna putih ini tidak hanya dimanfaatkan oleh industri kosmetik saja, melainkan dimanfaatkan pula oleh industri kertas dan cat. Selain berwarna putih, kaolin juga memiliki berat yang ringan, tidak mengandung butiran kasar, dan tidak berbau. Kaolin berfungsi untuk mengisi pori-pori dan melapisi kertas, sehingga kertas menjadi lebih berat, lebih putih, tidak transparan atau tidak tembus cahaya, serta tidak mudah robek. Kaolin berguna untuk mengurangi jumlah bubur kayu yang mahal, dapat meningkatkan sifat optik kertas, dan juga memperbaiki sifat cetak kertas.Â
Kertas yang baik dapat mengandung sekitar 30% material kaolin, sedangkan kertas koran hanya mengandung sekitar 2% material kaolin. Beberapa jenis kertas yang mengandung jumlah kaolin cukup banyak yaitu kertas majalah, kertas brosur, kertas karton, dan kertas untuk box. Proses pelapisan kertas oleh kaolin dilakukan dengan cara menambahkan material kaolin pada saat bubur kertas akan dicetak menjadi lembaran kertas atau dapat dikatakan bahwa material kaolin ini sebagai bahan aditif yang ditambahkan diakhir proses sebelum pencetakan kertas.
Penggunaan kaolin dalam industri cat berfungsi sebagai pigmen. Cat tembok mengandung campuran pigmen atau zat warna, bahan pengikat emulsi resin sintetis, dan bahan tambahan lainnya. Pigmen dalam cat merupakan unsur yang sangat penting yang terdiri atas partikel-partikel halus yang tidak larut namun terdispersi dengan berbagai macam warna dan jenis. Kaolin merupakan pigmen inert yang mempunyai kecenderungan untuk memberikan kualitas yang baik pada cat dan memudahkan dalam proses pengecatan.Â
Sifat inert kaolin membuat pigmen tidak mudah berubah ataupun merusak bahan-bahan lain dalam cat serta dapat mencegah pengendapan bahan-bahan lain dalam cat. Keuntungan penggunaan kaolin dalam industri cat yaitu dapat meminimalisir biaya penggunaan pigmen dan untuk meningkatkan daya ketahanan terhadap berbagai jenis cuaca.
Kaolin sebagai salah satu material lempung dengan jumlah mineral yang banyak berfungsi sebagai penukar ion anorganik, sehingga secara alami kaolin dapat melakukan proses pertukaran ion yang berasal dari luar dengan bantuan air. Dilihat dari strukturnya, kaolin berbentuk lapisan-lapisan yang menyebabkan kaolin dapat menyerap berbagai material seperi logam berat, zat warna, dan lain-lain. Kemampuan kaolin yang dapat menyerap berbagai logam berat dari perairan, telah diteliti dan dilaporkan dapat bermanfaat dalam industri lingkungan seperti untuk penyerapan logam Fe pada air sumur, penyisihan logam besi (II) dalam air, dan penghilangan logam Pb, Cu, dan Cd dalam air.Â
Kaolin sebagai salah satu sumber silika dan alumina di bumi dengan persentase yang cukup besar dapat dimanfaakan sebagai bahan baku pembuatan zeolit sintetis. Zeolit merupakan kristal aluminosilikat yang mempunyai struktur tiga dimensi dan merupakan material berpori yang memiliki luas permukaan yang besar dan situs aktif. Situs aktif ini mengakibatkan zeolit memiliki kemampuan untuk menyerap berbagai senyawa atau ion, baik dalam larutan maupun udara. Ukuran pori-pori yang berbeda pada setiap jenis zeolit dapat memberikan sifat selektifitas terhadap kemampuan penyerapan zeolit.
Selain dapat menyerap berbagai logam berat, kaolin juga dapat menyerap kromium heksavalen dari dalam larutan diberbagai kondisi karena adanya kandungan kaolinit. Kromium heksavalen (Cr6+) merupakan jenis logam berat yang bersifat toksik dan tidak mampu terurai di dalam lingkungan. Kromium heksavalen sering ditemukan dalam air di daerah sungai yang biasanya dikelilingi oleh perkampungan, pabrik, industri, apotek, perikanan, dan pertanian. Kemampuan kaolin dalam menyerap logam berat kromium heksavalen dimanfaatkan dalam pembuatan semen untuk dijadikan sebagai bahan tambahan, sehingga diperoleh semen yang berkualitas dan tidak bersifat toksik.Â
Selain itu, kaolin yang memiliki sifat pozzolanik (bahan yang mengandung siliki atau siliki alumina) dengan adanya air dapat bereaksi dengan kapur bebas (CaOH) yang dilepaskan oleh semen saat proses hidrasi dan membentuk senyawa yang bersifat mengikat pada suhu normal. Reaksi pozzolanik ini berlangsung lambat sehingga berpengaruh terhadap kekuatan akhir beton.
Dalam industri plastik, kaolin dapat digunakan sebagai bahan pengisi plastik yang diproses terlebih dahulu dengan cara pembakaran (kalsinasi). Kaolin yang mengalami kalsinasi bertransformasi dari bentuk kristalin ke metakaolin yang mengandung partikel yang sangat keras dengan tepi yang kasar (amorf). Struktur yang kasar akan mempermudah pembentukan short-range order karena jarak ikatan silika dan alumina akan lebih mudah terlepas dari struktur dasarnya, sehingga mineral akan menjadi sangat reaktif.Â
Kaolin dapat meningkatkan kelembutan permukaan plastik, stabilitas permukaannya, dan menjaga ketahanan terhadap serangan zat kimia. Salah satu aplikasi yang biasa digunakan yaitu dalam pembuatan kabel PVC. Fungsi PVC dirancang untuk memberikan perlindungan atau sebagai isolator listrik. Contoh aplikasi lainnya yaitu pembuatan plastik film yang berfungsi dalam meningkatkan kualitas penyerapan terhadap cahaya infra merah.
Pada industri karet, penambahan kaolin dapat berguna untuk meningkatkan kekuatan, ketahanan terhadap abrasi atau pengikisan dan rigiditas atau kekerasan karet. Kaolin terkalsinasi, dengan atau tanpa pengolahan permukaan menggunakan zat kimia xilen banyak digunakan dalam industri termoplastik elastomer yang bernilai tinggi dan memiliki berbagai macam aplikasi. Kaolin digunakan sebagai bahan tambahan yang berfungsi sebagai bahan pengisi untuk menambah volume karet.Â
Dalam proses pembuatannya, cairan lateks pekat dibuat menjadi kompon lateks atau lateks pekat yang diberi tambahan berbagai bahan kimia untuk memberikan sifat produk jadi karet yang diinginkan. Contoh beberapa produk dari kompon lateks diantaranya sarung tangan, benang karet, balon keteter, peralatan kesehatan, pembalut luka elastis, dan lain-lain.
Dalam dunia pertanian, kaolin dapat digunakan sebagai zat pengontrol hama pada tanaman. Partikel kaolin dengan ukuran tertentu dicampurkan dengan cairan sticker dan cairan spreader, kemudian dalam penggunaannya cairan ini disemprotkan pada tanaman atau buah-buahan yang ingin terlindung dari hama. Cairan sticker atau deposition agent adalah bahan untuk membuat pestisida dapat merekat pada sasarannya, sedangkan cairan spreader adalah bahan yang dapat menurunkan tegangan permukaan bahan semprot pada permukaan tanaman sehingga butiran pestisida dapat menyebar secara merata ke seluruh permukaan tanaman.Â
Campuran kaolin yang disemprotkan akan menjadi semacam lapisan film yang melindungi tanaman atau buah-buahan tersebut dari hama sejenis serangga, bahkan dapat mematikan serangga yang memakannya. Penggunaan kaolin sebagai pembasmi hama atau pestisida mempunyai spesifikasi khusus yaitu ukuran butir kurang dari 2 mikron, memiliki kandungan air yang rendah, ber-pH asam (4.5-5.5), memiliki kandungan Al2O3 sebanyak 38%, dan SiO2 sebanyak 45%.
Ketersediaan kaolin di Indonesia yang sangat melimpah dan proses pengolahan yang mudah disertai teknologi yang semakin berkembang, membuat kaolin memiliki manfaat dan peran yang sangat besar dalam berbagai bidang kehidupan manusia. Kaolin memiliki karakteristik yang dapat mempertahankan kekuatan suatu produk material, sehingga dimanfaatkan oleh industri keramik, industri plastik, dan industri karet sebagai bahan pengisi. Sifat fisika kaolin yang berwujud serbuk berwarna putih dan bertekstur halus dimanfaatkan oleh industri kertas dan industri cat sebagai bahan pelapis dan sebagai bahan baku pembuatan  pigmen.
Struktur kaolin yang berbentuk lapisan-lapisan mempermudah kaolin untuk melakukan proses pertukaran ion dan mampu menyerap berbagai jenis material logam, sehingga dimanfaatkan oleh industri semen dan industri lingkungan untuk pengikatan logam bebas dalam perairan. Kaolin juga dapat mengontrol hama pada tanaman yang kemudian dimanfaatkan oleh industri pertanian dalam pembuatan pestisida. Sifat dan karakteristik tersebut juga berperan penting dalam industri farmasi dan kosmetik. Dalam industri farmasi, kaolin dimanfaatkan sebagai bahan eksipien pensuspensi yang baik, sebagai zat aktif obat-obatan oral, sebagai obat luka, dan sebagai obat antibakteri.Â
Sedangkan dalam industri kosmetik, kaolin diguanakan sebagai bahan pengisi yang dapat menghadang sinar UV dan sebagai produk perawatan kulit. Dengan kayanya informasi yang ada, diharapkan semakin terbukanya peluang untuk dapat mengembangkan potensi alam Indonesia, salah satunya kaolin.
Sumber:
Awad, M. E., Lpez-Galindo, A., Setti, M., El-Rahmany, M. M.,& Iborra, C. V. (2017). Kaolinite in Pharmaceutics and Biomedicine. International Journal of Pharmaceutics, 533(1), 34-48.
Hamzah, M. S. (2005). Karakterisasi kaolin kab. barru sebagai bahan dasar keramik. MEKTEK, 7(2).
Mukaromah, A. H. (2021). Proses Pembuatan Ubin Keramik Menggunakan Tio2 Untuk Menurun Jumlah Bakteri.
Sa'adah, H., Abdassah, M., & Chaerunisaa, A. Y. (2019). Aplikasi kaolin dalam farmasi dan kosmetik. PHARMACY: Jurnal Farmasi Indonesia (Pharmaceutical Journal of Indonesia), 16(2), 334-346.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H