Mohon tunggu...
Nazih Kahfi
Nazih Kahfi Mohon Tunggu... Editor - Mahasiswa

Mahasiswa

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pentingnya Keharmonisan Keluarga dalam Perkembangan Mental Anak

19 April 2021   20:39 Diperbarui: 19 April 2021   21:27 543
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

FITK UIN WALISONGO

Nazih Sadatul Kahfi (1903016105)

PAI 4 C 

Pentingnya Keharmonisan Keluarga Dalam Perkembangan Mental Anak

A. Pendahuluan

Keluarga sebagai lingkungan pertama bagi anak memiliki peran penting dalam perkembangan mental anak. Keluarga juga sebagai tempat bagi anak untuk mengungkapkan segala keluh kesahnya. Dalam keluarga yang lengkap akan terdapat bapak, ibu dan anak yang tinggal dalam satu rumah, dan di rumah tersebutlah mereka akan membagi kasih sayang dan perhatian. Keluarga juga merupakan media awal anak mengenal lingkungan, dari mana ia beranjak untuk mengadakan eksplorasi dan menemukan sifat, sikap dan kemampuannya dalam membedakan berbagai objek di dalam lingkungannya. Interaksi antara lingkungan dan faktor pewaris akan berlanjut dalam tumbuh kembang anak dan fungsi keluarga adalah terutama membangun komunikasi dua arah dalam keterlibatan mental, sosial, emosional, dan mengatasi berbagai masalah anak-anaknya.

Akan tetapi tidak setiap keluarga dapat menjaga keharmonisan keluarganya. Contoh kecilnya. Di Indonesia terdapat banyak kasus perceraian yang mengancam mental anak-anak mereka. Seperti Kondisi rumah tangga yang broken sering anak-anak mengalami depresi mental (tekanan mental), sehingga tidak jarang anak-anak yang hidup dalam keluarganya yang demikian cenderung akan berperilaku sosialnya jelek. Jadi salah satu penyebab anak-anak yang mengalami tekanan mental adalah karena faktor broken home keluarga mereka. Pada esai kali ini penulis akan mencoba mengaitkan pentingnya keharmonisan dalam keluarga terhadap perkembangan mental anak

B. Pembahasan dan Solusi

Prinsip perkembangan berlangsung sepanjang hayat, dimulai sejak masa pertemuan sel ayah dengan ibu dan berakhir pada saat kematiannya. Perkembangan individu manusia bersifat dinamis, perubahannya kadang-kadang lambat tetapi bisa juga cepat, hanya berkenaan dengan salah satu aspek atau beberapa aspek berkembang serempak. (Elfi Yuliana Rochmah, 2014) Dari beberapa penelitian dapat disimpulkan bahwa prinsip perkembangan, Antara lain adalah berikut ini;

  • Perkembangan berlangsung seumur hidup dan meliputi seluruh aspek. Perkembangan bukan hanya berkenaan dengan spek-spek tertentu tetapi semua aspek. Perkembangan aspek-aspek tertentu mungkin lebih terlihat dengan jelas, sedang aspek yang lainnya tersembunyi.
  • Setiap individu memiliki kecepatan dan kualitas perkembangan yang berbeda. Seseorang mempunyai kemampuan berpikir dan membina hubungan sosial yang sangat tinggi dan perkembangannya dalam segi itu sangat cepat, sedangkan kemampuan lainnya kurang dan perkembangannya lambat, walaupun individu pada umumnya berada pada situasi sedang berkembang. Pada aspek lain, kualitas dan kecepatan perkembangannya lain pula.
  • Perkembangan secara relatif beraturan, mengikuti polapola tertentu. Perkembangan suatu segi didahului atau mendahului segi yang lainnya.
  • Perkembangan berlangsung secara berangsur-angsur sedikit demi sedikit. Secara normal perkembangan itu berlangsung sedikit demi sedikit, tetapi dalam situasisituai tertentu dapat juga terjadi lompatan-lompatan atau bahkan kemacetan.
  • Perkembangan berlangsung dari kemampuan yang bersifat umum menuju ke arah yang lebih khusus, mengikuti proses diferensiasi dan integrasi. Perkembangan dimulai dengan dikuasainya kemampuan-kemampuan yang bersifat umum.
  • Secara normal perkembangan individu mengikuti seluruh fase, tetapi karena faktor-faktor khusus, fase tertentu dilewati dengan cepat atau sangat lambat.
  • Sampai pada batas-batas tertentu, perkembangan sesuatu aspek dapat dipercepat atau diperlambat.
  • Perkembangan aspek-aspek tertentu berjalan sejajar atau berkorelasi dengan aspek lainnya.
  • Pada saat tertentu dan dalam bidang-bidang tertentu, perkembangan pria dan wanita berbeda 

Perkembangan anak tidak berlangsung secara mekanis-otomatis, sebab perkembangan terjadi sangat bergantung pada beberapa faktor secara simultan. Faktorfaktor tersebut adalah berikut ini:

  • Faktor herediter (warisan sejak lahir/bawaan).
  • Faktor lingkungan yang menguntungkan atau merugikan.
  • Kematangan fungsi-fungsi organis dan psikis.
  • Aktifitas anak sebagai subyek bebas yang berkemauan, kapanpun seleksi, bisa menolak, atau menyetujui, punya emosi, serta usaha membangun diri sendiri.
  • Ketentuan Tuhan (takdir Ilahi). (Elfi Yuliana Rochmah, 2004)

Dalam mencoba segenap potensialitasnya tersebut, anak memiliki pengalaman belajar untuk menuju matang, dalam hal ini anak sejatinya membutuhkan pendidikan yang ada di dalamnya bimbingan, latihan, pengarahan, pembiasaan, dan pembinaan, sehingga perkembangan anak diharapkan memiliki kematangan dengan adanya proses pematangan tersebut. Namun begitu, semuanya tak lepas dari ketentuan yang telah digariskan oleh Tuhan. Manusia dalam hal ini wajib berusaha dan berdo’a.

a. Faktor Turunan (Warisan)

  • Turunan memiliki peranan penting dalam pertumbuhan dan perkembangan anak. Ia lahir ke dunia ini membawa berbagai ragam warisan yang berasal dari kedua ibu-bapak atau nenek dan kakek. Warisan (turunan atau pembawaan) tersebut yang terpenting, antara lain bentuk tubuh, raut muka, warna kulit, inteligensi, bakat, sifat-sifat atau watak dan penyakitnya. (Abu Ahmadi, 2005)
  • Bentuk Tubuh dan Warna Kulit adalah salah satu warisan yang dibawa oleh anak sejak lahir.
  • Sifat-sifat yang dimiliki oleh seseorang adalah salah satu aspek yang diwarisi dari ibu, ayah, nenek atau kakek.
  • Intelegensi, yaitu kemampuan umum yang dimiliki seseorang untuk penyesuaian terhadap situasi atau masalah.
  • Bakat adalah kemampuan khusus yang menonjol di antara berbagai jenis kemampuan yang dimiliki seseorang. Kemampuan khusus ini biasanya berbentuk keterampilan atau suatu bidang ilmu, misalnya kemampuan khusus (bakat) dalam bidang seni musik, seni suara, olah raga metematika, bahasa, ekonomi, teknik, keguruan, sosia, agama, dan sebangainya.

b. Faktor Lingkungan.

  • Lingkungan sangat berperan dalam pertumbuhan dan perkembangan. Lingkungan adalah keluarga yang mengasuh dan membesarkan anak, sekolah tempat mendidik, masyarakat tempat anak bergaul juga bermain sehari-hari dan keadaan alam sekitar dengan iklimnya, flora,dan sebagainya. Besar kecilnya pengaruh lingkungan terhadap pertumbuhan dan perkembangan bergantung pada keadaan lingkungan anak itu sendiri serta jasmani dan rohaninya.
  • Keluarga, adalah tempat anak diasuh dan dibesarkan, berpengaruh besar terhadap pertumbuhan dan perkembangannya, terutama keadaan ekonomi rumah tangga serta tingkat kemampuan orang tua dalam merawat yang sangat besar pengaruhnya terhadap pertumbuhan jasmani anak. Sementara tingkat pendidikan orang tua juga besar pengaruhnya terhadap perkembangan rohaniah anak, terutama kepribadian dan kemajaun pendidikannya.
  • Sekolah, Sekolah merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak terutama untuk kecerdasannya. Anak yang tidak pernah sekolah akan tertinggal dalam berbagai hal. Sekolah sangat berperan dalam meningkatkan pola pikir anak karena di sekolah mereka dapat belajar bermacam-macam ilmu pengetahuan. Tinggi rendahnya pendidikan dan jenis sekolahnya turut menentukan pola pikir serta kepribadian anak.
  • Masyarakat, Masyarakat turut mempengaruhi perkembangan jiwa seseorang. Mereka juga termasuk juga teman-teman anak di luar sekolah. Kondisi orang-orang di desa atau kota tempat tinggal ia juga turut mempengaruhi perkembangan jiwanya. Contoh : dalam sebuah keluarga saling menghormati dan menyayangi, maka anggota keluarganya akan bersifat seperti itu.
  • Keadaan alam sekitar. Keadaan alam yang berbeda akan berpengaruh terhadap perkembangan pola pikir atau kijiwaan dan tinggkah laku seseorang. Contoh: seseorang yang hidup di desa akan berbeda perilakunya dengan orang yang di kota.

Dari pemaparan materi diatas dapat dilihat bahwa salah satu faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap perkembangan mental anak adalah faktor keluarga. Keluarga merupakan aspek terpenting dalam perkembangan anak termasuk perkembangan mental karena keluarga adalah lingkungan pertama bagi anak dalam berinteraksi. Dikutip dari Jurnal Sosial Humaniora: Peran Keluarga Sangat Penting dalam Pendidikan Mental, Karakter Anak, serta Budi Pekerti Anak, Vol.8, No.1, 2015 disebutkan bahwa keluarga tidak hanya sebagai tempat berkumpul bagi ayah, ibu, dan anak. Namun keluaraga merupakan tempat ternyaman bagi anak yang mana keluarga menjadi penentu sikap anak dalam bersosialisasi, mengaktualisasikan diri, berpendapat bahkan perilaku yang menyimpang.

Namun pada kenyataannya di Indonesia sendiri tingkat perceraian semakin tahun semakin meningkat. Terapat beberapa bentuk perceraian seperti Perceraian atas kehendak Allah (salah satu pasangan menunggal dunia), perceraian atas kehendak suami, perceraian atas kehendak istri, perceraian atas kehendak hakim. Keempat bentuk perceraian tersebut tentu memiliki dampak yang akan mengancam perkembangan mental anak terutama pada kasus perceraian yang dikehendaki suami/istri. Hal ini membuktkan bahwa tidak adanya keharmonisan dalam keluarga sehingga suami.istri memilih jalan untuk bercerai. Perceraian didalam sebuah keluarga yang sudah dikaruniai anak akan menimbulkan permasalahan baru khususnya pada anak karena anak akan kehilangan peran orang tua sebagai pengasuh yang baik setelah terjadi perceraian. Hal ini akan menghambat perkembangan anak dan mendorong anak memiliki mental down serta berperilaku yang kurang baik.

Disebutkan dalam Jurnal Analisa Gender dan Agama: Pengaruh Perceraian Orang Tua Bagi Psikologis Anak, Vol.2, No.1, 2019 menyatakan bahwa pada kasus perceraian umumnya memang anak menyalahkan orang tua akibat rasa sakit yang diterimanya karena perceraian. Namun dalam beberapa kasus anak justru menyalahkan diri sendiri dan menganggap bahwa dirinya adalah penyebab dari perceraian tersebut. Dalam kasus yang demikian akan menjadikan anak memiliki tekanan batin sehingga perkembangan mentalnya juga akan terganggu terlebih lagi pada kasus anak yang juga turut menyalahkan dirinya sendiri akibat perceraian orang tuanya. Dampak negatif lain dari adanya perceraian orang tua adalah ketidakstabilan kondisi emosional anak karena ia kehilangan peran orang tua sebagai pengasuh yang seharusnya memberikan perhatian dan kasih sayang kepada anak. Selain itu juga akan berdampak pada penurunan prestasi belajar anak. Apabila penyebab orang tua bercerai karena adanya KDRT maka akan mendorong anak untuk bersikap kasar terhadap siapapun yang mengganggunya. Atau juga sebaliknya anak akan merasa ketakutan dan tidak mempercayai semua orang.

Permaslaahan atau konflik memang tidak dapat dielakkan dari sebuah keluarga. Namun dalam hal ini, orang tua seharusnya mmapu mencari solusi yang baik tanpa bercerai mengingat sudah hadirnya anak ditengah-tengah mereka. Orang tua harus memahami bahaya dan dampak negatif yang timbul akibat perceraian terhadap anak mereka. Memperbaiki komunikasi dan salling terbuka merupakan langkah awal untuk menuju sebuah keluarga yang harmonis, Keharmonisan didalam keluarga akan memberikan energi positif bagi anak termasuk juga dalam perkembangan mentalnya. Dengan adanya keharmonisan dalam keluarga, maka keluarga akan mampu menjalankan perannya sebagai tempat ternyaman anak untuk mendukung perkembangan psikologis dan mentalnya.

Menurut penulis, keharmonisan dalam keluarga sangat berpengaruh terhadap perkembangan psikologis dan mental anak. hal ini dikarenakan keluarga memiliki peran fundamental dalam pembentukan kepribadian anak. Perceraian yang terjadi didalam keluarga diakibatkan karena tidak adanya keharmonisan. Perceraian memiliki dampak yang sangat buruk bangi perkembangan anak seperti anak akan mengalami depresi, kurangnya kasih sayang serta perhatian orang tua dan lain lain. Untuk itu sangat penting keharmonisan dalam keluarga.    

C. Kesimpulan

Dengan demikian, maka dapat disimpulkan bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi perkembangan anak adalah lingkungan keluarga salah satunya keharmonisan keluarga juga akan berpengaruh pada perkembanagn psikologis dan mental anak Semakin tinggi tingkat keharmonisannya maka akan semakin baik perkembangan psikologis dan moralnya. Sebaliknya ketika tidak ada keharmonisan dalah keluarga maka akan menghambat perkembangan psikologis dan mental anak. Seperti pada kasus peceraian yang sudah terbukti memberikan dampak negatif kepada anak misalnyaanak akan mengalami down mental (depresi mental), penurunan prestasi, ketidakstabilan emosional sebab kurangnya perhatian dan kasih sayang. Apabila orang tua terpaksa harus bercerai maka sebisa mungkin harus tetap menjaga komunikasi demi keberhasilan perkembangan psikologis dan mental anak mereka.

Daftar Pustaka

Agustin, Dyah Satya Yoga, dkk. 2015. “Peran Keluarga Sangat Penting dalam Pendidikan Mental, Karakter Anak, serta Budi Pekerti Anak”. Juenal Sosial Humaniora. Vol.8. No.1.

Ahmadi, Abu dan Munawar Sholeh, 2005. Psikologi Perkembangan. (PT Rineka Cipta: Jakarta).

Hasanah, Uswatun. 2019. “Pengaruh Perceraian Orang Tua Bagi Psikologis Anak”. Jurnal Analisis Gender dan Agama. Vol.2. No.1

Rochmah, Elfi Yuliana Rochmah. 2014. Psikologi Perkembangan(Sepanjang Rentang Hidup).  Ponorogo: STAIN Po Press,Ponorogo

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun