a. Faktor Turunan (Warisan)
- Turunan memiliki peranan penting dalam pertumbuhan dan perkembangan anak. Ia lahir ke dunia ini membawa berbagai ragam warisan yang berasal dari kedua ibu-bapak atau nenek dan kakek. Warisan (turunan atau pembawaan) tersebut yang terpenting, antara lain bentuk tubuh, raut muka, warna kulit, inteligensi, bakat, sifat-sifat atau watak dan penyakitnya. (Abu Ahmadi, 2005)
- Bentuk Tubuh dan Warna Kulit adalah salah satu warisan yang dibawa oleh anak sejak lahir.
- Sifat-sifat yang dimiliki oleh seseorang adalah salah satu aspek yang diwarisi dari ibu, ayah, nenek atau kakek.
- Intelegensi, yaitu kemampuan umum yang dimiliki seseorang untuk penyesuaian terhadap situasi atau masalah.
- Bakat adalah kemampuan khusus yang menonjol di antara berbagai jenis kemampuan yang dimiliki seseorang. Kemampuan khusus ini biasanya berbentuk keterampilan atau suatu bidang ilmu, misalnya kemampuan khusus (bakat) dalam bidang seni musik, seni suara, olah raga metematika, bahasa, ekonomi, teknik, keguruan, sosia, agama, dan sebangainya.
b. Faktor Lingkungan.
- Lingkungan sangat berperan dalam pertumbuhan dan perkembangan. Lingkungan adalah keluarga yang mengasuh dan membesarkan anak, sekolah tempat mendidik, masyarakat tempat anak bergaul juga bermain sehari-hari dan keadaan alam sekitar dengan iklimnya, flora,dan sebagainya. Besar kecilnya pengaruh lingkungan terhadap pertumbuhan dan perkembangan bergantung pada keadaan lingkungan anak itu sendiri serta jasmani dan rohaninya.
- Keluarga, adalah tempat anak diasuh dan dibesarkan, berpengaruh besar terhadap pertumbuhan dan perkembangannya, terutama keadaan ekonomi rumah tangga serta tingkat kemampuan orang tua dalam merawat yang sangat besar pengaruhnya terhadap pertumbuhan jasmani anak. Sementara tingkat pendidikan orang tua juga besar pengaruhnya terhadap perkembangan rohaniah anak, terutama kepribadian dan kemajaun pendidikannya.
- Sekolah, Sekolah merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak terutama untuk kecerdasannya. Anak yang tidak pernah sekolah akan tertinggal dalam berbagai hal. Sekolah sangat berperan dalam meningkatkan pola pikir anak karena di sekolah mereka dapat belajar bermacam-macam ilmu pengetahuan. Tinggi rendahnya pendidikan dan jenis sekolahnya turut menentukan pola pikir serta kepribadian anak.
- Masyarakat, Masyarakat turut mempengaruhi perkembangan jiwa seseorang. Mereka juga termasuk juga teman-teman anak di luar sekolah. Kondisi orang-orang di desa atau kota tempat tinggal ia juga turut mempengaruhi perkembangan jiwanya. Contoh : dalam sebuah keluarga saling menghormati dan menyayangi, maka anggota keluarganya akan bersifat seperti itu.
- Keadaan alam sekitar. Keadaan alam yang berbeda akan berpengaruh terhadap perkembangan pola pikir atau kijiwaan dan tinggkah laku seseorang. Contoh: seseorang yang hidup di desa akan berbeda perilakunya dengan orang yang di kota.
Dari pemaparan materi diatas dapat dilihat bahwa salah satu faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap perkembangan mental anak adalah faktor keluarga. Keluarga merupakan aspek terpenting dalam perkembangan anak termasuk perkembangan mental karena keluarga adalah lingkungan pertama bagi anak dalam berinteraksi. Dikutip dari Jurnal Sosial Humaniora: Peran Keluarga Sangat Penting dalam Pendidikan Mental, Karakter Anak, serta Budi Pekerti Anak, Vol.8, No.1, 2015 disebutkan bahwa keluarga tidak hanya sebagai tempat berkumpul bagi ayah, ibu, dan anak. Namun keluaraga merupakan tempat ternyaman bagi anak yang mana keluarga menjadi penentu sikap anak dalam bersosialisasi, mengaktualisasikan diri, berpendapat bahkan perilaku yang menyimpang.
Namun pada kenyataannya di Indonesia sendiri tingkat perceraian semakin tahun semakin meningkat. Terapat beberapa bentuk perceraian seperti Perceraian atas kehendak Allah (salah satu pasangan menunggal dunia), perceraian atas kehendak suami, perceraian atas kehendak istri, perceraian atas kehendak hakim. Keempat bentuk perceraian tersebut tentu memiliki dampak yang akan mengancam perkembangan mental anak terutama pada kasus perceraian yang dikehendaki suami/istri. Hal ini membuktkan bahwa tidak adanya keharmonisan dalam keluarga sehingga suami.istri memilih jalan untuk bercerai. Perceraian didalam sebuah keluarga yang sudah dikaruniai anak akan menimbulkan permasalahan baru khususnya pada anak karena anak akan kehilangan peran orang tua sebagai pengasuh yang baik setelah terjadi perceraian. Hal ini akan menghambat perkembangan anak dan mendorong anak memiliki mental down serta berperilaku yang kurang baik.
Disebutkan dalam Jurnal Analisa Gender dan Agama: Pengaruh Perceraian Orang Tua Bagi Psikologis Anak, Vol.2, No.1, 2019 menyatakan bahwa pada kasus perceraian umumnya memang anak menyalahkan orang tua akibat rasa sakit yang diterimanya karena perceraian. Namun dalam beberapa kasus anak justru menyalahkan diri sendiri dan menganggap bahwa dirinya adalah penyebab dari perceraian tersebut. Dalam kasus yang demikian akan menjadikan anak memiliki tekanan batin sehingga perkembangan mentalnya juga akan terganggu terlebih lagi pada kasus anak yang juga turut menyalahkan dirinya sendiri akibat perceraian orang tuanya. Dampak negatif lain dari adanya perceraian orang tua adalah ketidakstabilan kondisi emosional anak karena ia kehilangan peran orang tua sebagai pengasuh yang seharusnya memberikan perhatian dan kasih sayang kepada anak. Selain itu juga akan berdampak pada penurunan prestasi belajar anak. Apabila penyebab orang tua bercerai karena adanya KDRT maka akan mendorong anak untuk bersikap kasar terhadap siapapun yang mengganggunya. Atau juga sebaliknya anak akan merasa ketakutan dan tidak mempercayai semua orang.
Permaslaahan atau konflik memang tidak dapat dielakkan dari sebuah keluarga. Namun dalam hal ini, orang tua seharusnya mmapu mencari solusi yang baik tanpa bercerai mengingat sudah hadirnya anak ditengah-tengah mereka. Orang tua harus memahami bahaya dan dampak negatif yang timbul akibat perceraian terhadap anak mereka. Memperbaiki komunikasi dan salling terbuka merupakan langkah awal untuk menuju sebuah keluarga yang harmonis, Keharmonisan didalam keluarga akan memberikan energi positif bagi anak termasuk juga dalam perkembangan mentalnya. Dengan adanya keharmonisan dalam keluarga, maka keluarga akan mampu menjalankan perannya sebagai tempat ternyaman anak untuk mendukung perkembangan psikologis dan mentalnya.
Menurut penulis, keharmonisan dalam keluarga sangat berpengaruh terhadap perkembangan psikologis dan mental anak. hal ini dikarenakan keluarga memiliki peran fundamental dalam pembentukan kepribadian anak. Perceraian yang terjadi didalam keluarga diakibatkan karena tidak adanya keharmonisan. Perceraian memiliki dampak yang sangat buruk bangi perkembangan anak seperti anak akan mengalami depresi, kurangnya kasih sayang serta perhatian orang tua dan lain lain. Untuk itu sangat penting keharmonisan dalam keluarga.
C. Kesimpulan
Dengan demikian, maka dapat disimpulkan bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi perkembangan anak adalah lingkungan keluarga salah satunya keharmonisan keluarga juga akan berpengaruh pada perkembanagn psikologis dan mental anak Semakin tinggi tingkat keharmonisannya maka akan semakin baik perkembangan psikologis dan moralnya. Sebaliknya ketika tidak ada keharmonisan dalah keluarga maka akan menghambat perkembangan psikologis dan mental anak. Seperti pada kasus peceraian yang sudah terbukti memberikan dampak negatif kepada anak misalnyaanak akan mengalami down mental (depresi mental), penurunan prestasi, ketidakstabilan emosional sebab kurangnya perhatian dan kasih sayang. Apabila orang tua terpaksa harus bercerai maka sebisa mungkin harus tetap menjaga komunikasi demi keberhasilan perkembangan psikologis dan mental anak mereka.
Daftar Pustaka
Agustin, Dyah Satya Yoga, dkk. 2015. “Peran Keluarga Sangat Penting dalam Pendidikan Mental, Karakter Anak, serta Budi Pekerti Anak”. Juenal Sosial Humaniora. Vol.8. No.1.