Pernah nggak sih berpikir kalau setiap kegiatan kita ini di internet dan di media sosial dipantau atau diawasi?
Dalam film The Social Dilemma ini dijelaskan bagaimana setiap tindakan kita ini diawasi oleh orang-orang yang bekerja dibalik suksesnya media sosial tersebut. Contohnya ketika kita melihat sebuah postingan atau konten di media sosial, kita menyukai konten seperti apa, berapa lama waktu yang kita habiskan untuk melihat konten tersebut, memberi komentar, membagikan postingan. Setiap kegiatan yang kita lakukan itu diawasi dan direkam dengan hati-hati kemudian diukur yang bertujuan untuk dijual kepada pengiklan.
Perusahaan teknologi tahu apa saja yang kita lakukan dan perbuat di media sosial. Tahu suasana hati kita, entah itu senang, sedih, kesepian, depresi, mereka semua tahu. Bahkan sampai kepribadian kita introvert atau ekstrovert pun tahu. Mereka lebih tahu diri kita daripada kita sendiri. Menyeramkan bukan?
Mereka mengawasi dan merekam dengan sangat hati-hati setiap kegiatan kita, kemudian selepas itu data-data yang dikumpulkan akan dimasukkan kedalam sebuah sistem yang hampir nyaris tidak semua orang tahu dan tidak pernah diawasi oleh manusia. Data-data tersebut mereka kumpulkan untuk membuat model prediksi.
Semakin banyak data yang mereka tampung, semakin bagus dan baik pula prediksi yang mereka miliki. Model prediksi tersebut digunakan untuk memprediksi tindakan-tindakan kita. Bagi siapapun yang memiliki model prediksi terbaik, ialah yang memenangkan persaingan.
Shoshana Zuboff, seorang Profesor dari Harvard Business School, selaku narasumber dalam film The Social Dilemma ini pun menyampaikan tanggapannya bahwa, "Inilah yang selalu diimpikan semua bisnis untuk memiliki keberhasilan saat iklannya dipasang. Mereka menjual kepastian (they sell certainty). Agar sukses dalam bisnis itu, kita harus mempunyai banyak data. Ini adalah marketplace yang hanya memperdagangkan prediksi nilai saham manusia dalam skala besar".
Data-data itu juga digunakan untuk merekomendasikan dan memprediksikan konten seperti apa yang ingin kita lihat. Dengan prediksi yang baik, maka kita akan semakin betah berlama-lama terpaku melihat konten pada media sosial. Semakin lama kita menatap layar ponsel, semakin banyak pula data kita yang terekam oleh mereka. Dengan begitu, maka pundi-pundi uang yang akan mereka hasilkan akan semakin banyak pula.
Ketika kita scroll-scroll media sosial sosial, Instagram, Tiktok, Facebook, Twitter dan masih banyak lagi, kita melihat konten yang ada di dalam platform tersebut. Mereka akan merekam apa saja yang kita lihat, berapa lama durasi yang kita habiskan untuk melihat konten tersebut, apa saja yang kita sukai dari tiap postingan atau konten yang kita lihat kita, mengomentari apa saja, membagikan konten apa saja. Setelah terekam, mereka akan memasukkan ke dalam sistem yang mereka buat untuk membuat prediksi yang semakin baik dari tindakan kita.
Dengan prediksi yang semakin baik, mereka akan merekomendasikan konten-konten apa saja yang kita sukai dan kita lihat. Dengan prediksi mereka yang semakin baik pula, maka kita akan memberikan waktu kita dan menghabiskan waktu kita untuk menatap layar ponsel dengan melihat konten-konten yang disukai.
Ketika kita sedang tidak aktif di media sosial. Dan waktu durasi bermain media sosial tidak seperti biasanya yang tahan hingga berjam-jam. Itu merupakan suatu kabar buruk bagi mereka. Kemudian mereka akan mencari cara untuk mendapatkan kita kembali kepada media sosial yang kita gunakan.
Misal kita bermain Instagram menghabiskan waktu selama 6 jam sehari. Dan hari ini, kita bermain Instagram kurang dari 6 jam. Mereka akan mencari cara mengembalikan perhatian kita untuk bermain Instagram. Misalnya dengan cara memberikan notifikasi seorang teman kita menandai foto kita. Dengan notifikasi yang muncul itu akan membuat ponsel kita bergetar, kemudian layar hp kita akan menyala, sehingga itu membuat perhatian kita kembali untuk membuka Instagram.