Mohon tunggu...
Nazhif DzakyThaheer
Nazhif DzakyThaheer Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Ilmu Komunikasi Universitas Ahmad Dahlan

Selanjutnya

Tutup

Worklife

Belenggu Quarter Life Crisis yang Tercipta dari Sosial Media

11 Juli 2021   22:59 Diperbarui: 11 Juli 2021   23:51 896
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sosial media yang merupakan sebagai sarana untuk hiburan, dewasa ini, justru menjadi tempat kompetisi bagi segelintir orang untuk mempublikasikan pencapaian-pencapaian yang telah diraihnya. Orang - orang itu berlomba dengan membagikan pencapaian yang telah diraihnya, seberapa banyak pencapaiannya, apa saja hasil dari pencapaiannya, dan lain sebagainya.

Selain itu, sosial media juga selalu menampilkan seseorang wanita dengan paras wajah cantik dan kulit putih mulus, hidung mancung, berbadan langsing semampai dan masih banyak yang lainnya. Dengan budaya sosial media yang selalu ditampilkan seperti itu, akan mempengaruhi persepsi seseorang bahwa standar kesuksesan itu harus memiliki rumah mewah, mobil mewah, memiliki pekerjaan dengan gaji 2 digit, dan masih banyak lagi. Selain itu, dari sosial media pula dapat mempengaruhi standar kecantikan wanita, yaitu wanita yang cantik apabila memiliki kulit putih mulus, hidung mancung, badan tinggi langsing semampai. Apabila seorang wanita tidak memiliki kriteria tersebut, maka ia tidak bisa dikatakan wanita cantik. Hal tersebut tercipta karena budaya yang ditampilkan oleh sosial media.

Dari apa yang di konsumsi pada sosial media, alih-alih untuk menghibur diri, justru malah membuat seseorang membandingkan pencapaian dirinya dengan pencapaian orang lain di sosial media. Dari apa yang ditampilkan dalam sosial media justru membentuk orang-orang masuk ke dalam fase Quarter Life Crisis. 

Ketika sedang asyik scroll -- scroll Instagram, kemudian melihat pada postingan influencer yang menampilkan mobil mewahnya. Orang yang melihat itu ketika berada dalam fase Quarter Life Crisis akan berpikiran bahwasanya "kapan ya punya mobil mewah seperti itu". Keluar dari aplikasi Instagram, ganti masuk ke aplikasi tiktok. Ketika sedang scroll -- scroll tiktok, muncul postingan konten seorang wanita putih mulus dengan badan langsing merekomendasikan baju yang baru dibelinya di toko online. Seorang wanita dengan kulit sawo matang dan memiliki badan sedikit agak gemuk akan mempunyai pikiran, "kapan yaa bisa secantik itu dan bisa pake pakaian yang pas di badan". Dengan hal -- hal tersebut, seseorang yang berada dalam fase Quarter Life Crisis akan sibuk membandingkan pencapaian dirinya ataupun membandingkan fisiknya dengan orang lain.

Oleh karena itu, dalam berselancar di sosial media, kita harus lebih bijak lagi dalam melihatnya. Harus bisa membedakan mana yang baik untuk kita konsumsi, dan mana yang kurang baik untuk kita konsumsi. Hal -- hal yang kurang baik untuk kita konsumsi dalam sosial media, cukup kita lewati saja. Daripada sibuk untuk membandingkan diri kita dengan orang lain, lebih baik kita sibuk menggali potensi terpendam yang kita miliki. Dengan begitu, kita akan merasa lebih bahagia dalam menjalani hidup, kemudian bisa terlepas dari belenggu fase Quarter Life Crisis.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun