Membangun Pemahaman lebih mendalam tentang pentingnya sikap integrasi sosial di kehidupan bermasyarakat "
Oleh: Nayla yelsha Aulia
UNIVERSITAS JEMBER
NIM:240210204209
Pendahuluan
Karena keberagaman sosiokultural merupakan ciri alami negara kita, Indonesia dikenal sebagai masyarakat majemuk. Di satu sisi, suku, bahasa, adat istiadat, dan agama semuanya mengandung kerentanan yang dapat menimbulkan konflik antar kelompok, antar suku, dan antar wilayah agama. Namun keberagaman ini harus kita akui sebagai anugerah negara.
Abad kedua puluh satu membawa serta berbagai kesulitan. Globalisasi, demokratisasi, dan berbagai konflik budaya diperkirakan akan terjadi. Di era global ini, para pemimpin agama dan masyarakat memainkan peran penting, dan ajaran Islam menunjukkan kasih sayang moral bagi kemajuan peradaban manusia. Sejak industrialisasi, liberalisme, dan globalisasi semakin maju, kehidupan berkembang pesat menuju pluralitas dengan beragam budaya, bahasa, dan agama. Masyarakat Indonesia menunjukkan kebalikannya, yaitu kekerasan, hilangnya toleransi, dan konflik, ketika menghadapi perubahan yang luar biasa (Idris, 2008). Kurangnya pemahaman terhadap konsistensi menjadi penyebab utama terjadinya konflik.
Integrasi sosial harus dikembangkan dalam budaya pluralistik seperti ini agar tercapai kehidupan masyarakat yang damai. Dalam kondisi ini yang dimaksud dengan integrasi sosial adalah suatu proses penyesuaian diri untuk saling memahami dan menerima keadaan, pendapat, dan perilaku dalam tatanan sosial yang harmonis. Jika setiap orang menjadi bagian dari kelompok komunal yang dapat memoderasi prasangka masyarakat untuk mencegah konflik, maka integrasi sosial akan tercapai.
Pembahasan
A.Pengertian Integrasi sosial
Integrasi berasal dari bangsa inggris "integration" yang berarti kesempurnaan atua Keseluruhan. Integrasi sosial dimaknai sebagai proses penyesuaian di antara unsur-unsur Yang saling berbeda dalam kehidupan masyarakat yang memiliki keserasian fungsi. Integrasi sosial akan terbentuk apabila sebagian besar masyarakat memiliki kesepakatan Tentang batas-batas teriorial, nilai-nilai, norma-norma dan pranata-pranata sosial.
Menurut (Wiliam dalam Kun Maryati 2007) syarat terjadinya Integrasi sosial adalah:
a.Anggota masyarakat merasa Bahwa mereka berhasil saling Mengisi kebutuhan-kebutuhan Mereka.
b.Masyarakat berhasil Menciptakan kesepakatan Bersama mengenai nilai dan Norma.
c.Nilai dan norma sosial berlaku Cukup lama dan dijalankan Konsisten
FAKTOR-FAKTOR PENDUKUNG INTEGRASI SOSIAL
Menurut Rusman (2005), ada beberapa faktor yang berperan dalam mendukung integrasi, antara lain:
a.Pengakuan terhadap keberagaman Jika homogenitas telah tercapai, artinya seluruh anggota masyarakat mengakui, menerima, dan menunjukkan tingkat toleransi yang tinggi terhadap berbagai aspek diri dan kelompoknya, maka kelangsungan hidup kelompok akan tetap terjaga. Penting untuk dipahami bahwa integrasi erat kaitannya dengan disorganisasi dan disintegrasi sosial karena unsur psikologis diwujudkan dalam bentuk ikatan.
b.Norma-norma masyarakat Konsisten dan tidak Berubahubah Suatu norma yang tetap atau Tidak berubah-ubah sifatnya Mudah diketahui dan dipahami, Sehingga proses internalisasi dapat Dilakukan secara optimal. Salah Satu norma yang konsisten yaitu Norma agama, sebab norma Agama bersifat universal, sehingga Norma agama pada umumnya Diketahui dan dipahami oleh Pemeluknya terutama pada Masyarakat religius.
c.Pelaksanaan prinsip keadilan sosial dan subsidiaritas memainkan peran penting dalam etika sosial. Prinsip-prinsip ini memiliki dampak sosiologis yang mendalam, yang mendukung terciptanya persatuan dan kesatuan di masyarakat. Hal ini dapat terwujud ketika setiap individu atau kelompok merasa diperlakukan dengan adil, sehingga mengurangi potensi terjadinya prasangka negatif dan kecemburuan sosial.prinsip subsidiaritas berlaku di semua tingkat organisasi. Artinya, setiap tugas atau tanggung jawab yang dapat dilaksanakan oleh organisasi yang lebih kecil atau di tingkat bawah sebaiknya diserahkan kepada mereka, alih-alih dikerjakan oleh organisasi yang lebih besar. Pendekatan ini mendorong proaktivitas organisasi kecil dan memastikan mereka tidak terjebak dalam sikap pasif.
d.Perasaan Saling Memiliki,Ketika setiap anggota masyarakat merasakan bahwa mereka berhasil memenuhi kebutuhan mereka sendiri dan juga mampu membantu memenuhi kebutuhan orang lain---baik itu kebutuhan material maupun nonmaterial, seperti kebutuhan biologis, psikologis, dan sosiologis---perasaan saling memiliki akan tumbuh dan berkembang dalam semua aspek kehidupan.
e.Terdapat kesamaan dalam keragaman, yang muncul akibat pengalaman sejarah atau nasib yang serupa, serta faktor-faktor geografis yang sejalan.
FAKTOR-FAKTOR PENGHAMBAT INTEGRASI SOSIAL
Menurut Rusman (2005) Faktor-faktor yang penghambat Integrasi sosial dalam masyarakat adalah gejala atau fenomena sosial yang di kategorikan sebagai proses Sosial yang disosiatif,antara lain:
a.Pertama, konflik atau pertentangan muncul akibat penyelesaian suatu masalah yang tidak tuntas.
b.Kedua, prasangka negatif sering kali berakar dari cemburu sosial.
c.Ketiga, persaingan tidak sehat dapat menimbulkan kontraversi yang berujung pada konflik
d.Keempat, fanatisme yang berlebihan seringkali muncul akibat perbedaan rasa, etnis, budaya, agama, kepercayaan, serta latar belakang daerah, baik dari kalangan mayoritas maupun minoritas.
e.Kelima, rendahnya sikap toleransi dalam kehidupan bermasyarakat menjadi tantangan tersendiri.
f.Keenam, terdapat tindak-tanduk anggota masyarakat, baik secara individu maupun kelompok, yang dianggap mengganggu keteraturan dan keseimbangan dalam kehidupan sosial.
Adapun faktor Internal dan eksternal dapat Mempengaruhi integrasi sosial Dalam masyarakat antara lain. Faktor Internal: kesadaran diri Sebagai makhluk sosial, tuntutan Kebutuhan, dan semangat gotong Royong yang tinggi sehingga kita Akan mempu berintergrasi dengan Orang lain sebab jiwa sosial sudah terbentuk dalam hati serta hidup Kita. Faktor Eksternal: tuntutan Perkembangan zaman, persamaan Kebudayaan, terbukanya Kesempatan berpartisipasi dalam Kehidupan bersama, persaman visi, Misi, dan tujuan, sikap toleransi, Adanya kosensus nilai, dan adanya Tantangan dari luar. (Rusman 2005).
B. Pentingnya integrasi sosial
Masyarakat yang terintegrasi dengan hak asasi merupakan harapan bagi setiap negara. Integrasi sosial menjadi kondisi esensial bagi negara untuk membangun kejayaan nasional dan mencapai tujuan yang diinginkan. Ketika suatu negara terus-menerus dihadapkan pada konflik dan pertentangan, banyak kerugian yang akan dialami, baik dalam bentuk kerugian fisik seperti kerusakan fasilitas yang sangat diperlukan, maupun kerugian mental dan spiritual, seperti rasa khawatir, cemas, dan tekanan psikologis yang berkepanjangan. Selain itu, banyak potensi sumber daya yang seharusnya digunakan untuk membangun kesejahteraan masyarakat justru terpaksa dikorbankan untuk menyelesaikan konflik yang ada. Oleh karena itu, sebuah negara yang selalu diliputi oleh konflik akan menghadapi kesulitan dalam mencapai kemajuan.
Al Hakim (2001) menjelaskan tentang pentingnya mengelola perbedaan SARA dan keanekaragaman budaya di Indonesia, serta merespons penyebaran ideologi asing dan globalisasi yang terus berubah. Ini diperlukan untuk membangun wawasan kebangsaan yang kuat dan integrasi yang mantap.
C.Dinamika Integrasi sosial
Dinamika itu bisa kita contohkan peristiwa integrasi berdasar lima jenis integrasi sebagai berikut :
a.Pada tanggal 15 Agustus 2005, Indonesia mencapai sebuah pencapaian penting dalam integrasi bangsa melalui penandatanganan Memorandum of Understanding (MoU) di Vantaa, Helsinki, Finlandia. Dalam momen bersejarah ini, pemerintah Indonesia berhasil mengajak Gerakan Aceh Merdeka (GAM) untuk kembali bergabung dan bersama-sama menjaga kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Proses ini menjadi langkah penting dalam menyelesaikan konflik disintegrasi yang telah berlangsung di Aceh sejak tahun 1975 hingga 2005.
b.Dalam upaya memperkuat integrasi wilayah, pemerintah Indonesia mengeluarkan Deklarasi Djuanda pada tanggal 13 Desember 1957, yang menetapkan kedaulatan wilayah Indonesia dengan penetapan laut teritorial sejauh 12 mil dari garis yang menghubungkan titik-titik terluar pulau-pulau di seluruh nusantara. Dengan deklarasi ini, terjalinlah sebuah kesatuan dalam wilayah teritorial Indonesia. Laut tidak lagi berfungsi sebagai pemisah antar pulau, melainkan menjadi jembatan yang menghubungkan berbagai pulau di Indonesia.
c.Mengenai integrasi nilai, Pancasila merupakan landasan nilai yang mengikat bangsa Indonesia. Upaya untuk mengembangkan Pancasila sebagai nilai integrasi terus dilakukan, termasuk melalui pendidikan. Di perguruan tinggi, Pancasila diajarkan dalam mata kuliah, sementara di sekolah, kurikulum 1975 memperkenalkan Pendidikan Moral Pancasila (PMP) sebagai salah satu mata pelajaran. Saat ini, kurikulum 2013 mengintegrasikan PPKn sebagai sarana untuk menyampaikan Pancasila sebagai nilai bersama serta dasar filsafat negara kepada generasi muda.
d. Dinamika integrasi elit-massa ditandai dengan seringnya pemimpin mendekati rakyat melalui berbagai kegiatan. Contohnya, kunjungan ke daerah, pertemuan dengan kader PKK, serta penyaluran aspirasi melalui kotak pos presiden. Kegiatan yang bertujuan untuk mendekatkan elit dan massa ini akan memperkuat dimensi vertikal integrasi nasional.
e.Integrasi tingkah laku, atau perilaku integratif, dapat diwujudkan melalui pembentukan lembaga-lembaga politik dan pemerintahan, termasuk birokrasi.
D.Tantangan membangun integrasi sosial
Dalam mencapai integrasi nasional di Indonesia, terdapat tantangan dari dua dimensi, yaitu horizontal dan vertikal. Dimensi horizontal melibatkan perbedaan suku, agama, ras, dan faktor geografi. Sementara dimensi vertikal berkaitan dengan kesenjangan antara elite dan massa, yang dipengaruhi oleh latar belakang pendidikan. Tantangan vertikal sering kali berasal dari interaksi dengan dimensi horizontal, khususnya terkait dengan primordialisme. Masalah ini dapat memicu ketidakpuasan terkait SARA dan gerakan separatisme. Para pemimpin perlu terlibat aktif dalam mendengarkan keluhan masyarakat, berinteraksi dengan mereka, dan mengatasi ketidakmerataan dalam pembangunan untuk memperkuat integrasi nasional.
Tantangan dalam dimensi vertikal dan horizontal integrasi nasional Indonesia semakin nyata setelah reformasi tahun 1998. Konflik, baik horizontal maupun vertikal, seringkali muncul seiring dengan melemahnya otoritas pemerintahan pusat. Kebebasan yang diperoleh di era reformasi, sebagai bagian dari proses demokratisasi, sering disalahgunakan oleh sejumlah kelompok dalam masyarakat untuk bertindak semaunya. Tindakan ini mengakibatkan munculnya pergerakan antar kelompok, sementara demonstrasi menentang kebijakan pemerintah juga kerap terjadi, sering kali disertai dengan tindakan anarkis.
Penutup
Integrasi adalah proses yang melibatkan integrasi kebudayaan, integrasi sosial, dan pluralisme sosial. Di sisi lain, pembauran melibatkan penyesuaian antara dua kebudayaan atau lebih untuk menciptakan sistem kebudayaan yang harmonis melalui difusi unsur kebudayaan baru ke dalam kebudayaan yang ada. Integrasi sosial melibatkan modifikasi dan koordinasi antara unsur kebudayaan lama dan baru. Tantangan dalam mencapai integrasi nasional di Indonesia berasal dari perbedaan horizontal seperti suku, agama, dan ras serta perbedaan vertikal antara elit dan massa dengan latar belakang pendidikan yang berbeda.
Daftar pustaka
Yehezkiel Mais, Antonius Purwanto HOLISTIK, Journal of Social and Culture 12 (1), 2019
 DESTALIA RESPA UIN Raden Intan Lampung, 2023
 Andi Aco Agus Jurnal Sosialisasi 3 (3), 19-27, 2016
Afif Umi Kalsum, Fauzan Fauzan JAWI 2 (1), 2020
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H