Indonesia merupakan negara yang kaya akan budaya dari suku bangsa yang ada di setiap daerahnya. Bahkan, jumlah bahasa yang ada Indonesia menurut Badan Bahasa Kemendikbud RI, terdapat 718 bahasa daerah yang tersebar di seluruh Indonesia.
Di masa modern ini, dengan beragamnya bahasa yang beredar di masyarakat, generasi muda cenderung menggunakan bahasa yang gaul dibandingkan bahasa yang lebih baku dan sopan. Bahasa daerah dianggap ketinggalan zaman karena salah satu dampak dari media sosial yang membuat generasi muda saat ini berlomba untuk terlihat eksis.
Kurangnya edukasi dari orang tua kepada anak merupakan salah satu penyebab dari 'krisis budaya' di masa kini. Bahasa daerah yang awalnya merupakan bahasa daerah mulai terkikis dan hampir kehilangan penuturnya. Di daerah Cirebon, terdapat aturan bahasa yang digunakan tergantung kepada siapa si penutur berbicara. Jika berbicara dengan yang lebih muda atau sebaya, bisa menggunakan bahasa bagongan atau bahasa sehari-hari. Jika lawan bicaranya lebih tua, maka lebih sopan menggunakan bahasa bebasan. Adapun bahasa yang digunakan di lingkungan Keraton Kacirebonan adalah bahasa karma inggil yang tatanan bahasanya ada pada tingkatan paling tinggi.
Untuk mengedukasi siswa dan melestarikan bahasa daerah, sekolah di Kabupaten Cirebon memasukkan mata pelajaran bahasa Cirebon sebagai pelajaran muatan lokal. Sebagai contoh, salah satu Sekolah Dasar negeri yang ada di Kabupaten Cirebon yang menerapkan kurikulum tersebut adalah SDN 2 Jagapura Lor. Selain itu, guru-guru di SDN 2 Jagapura Lor menerapkan beberapa program yang menyenangkan untuk siswa, agar lebih termotivasi belajar bahasa Cirebon.
1. Hari berbicara bahasa Bebasan
Setiap hari senin, siswa-siswi diwajibkan menggunakan bahasa Bebasan. Meskipun perbendaharaan kosa kata siswa terkadang masih terbatas, namun mereka tetap harus mengusahakan untuk selalu bertutur dengan menggunakan bahasa Bebasan terhadap sesame maupun pada guru. Siswa yang melanggar dan tidak menggunakan bahasa Bebasan akan dikenai hukuman. Akibat adanya peraturan ini membuat kesadaran siswa semakin meningkat dan saling mengingatkan ketika saling berkomunikasi satu sama lain. Tak dapat dipungkiri bahwa pembelajaran dengan teman sebaya akan lebih efektif untuk menciptakan lingkungan berbahasa Bebasan.
2. Kosa kata baru
Pada pelajaran bahasa Cirebon atau saat hari berbicara bahasa Bebasan, guru akan memberikan 10 kosa kata baru yang akan dihafalkan oleh siswa. Selain itu, siswa juga haru mempraktikkan penggunaan kosa kata tersebut baik secara lisan maupun tulisan. Hal ini bertujuan agar siswa dapat memperdalam pemahaman makna dan penggunaan kosa kata dengan benar.
Beberapa percakapan kosa kata yang dapat diajarkan adalah kosa kata yang sering digunakan sehari-hari seperti:
Siweg punapa? (Sedang apa?)
Sampeyan bade pundi? (Kamu hendak kemana?)
Kula kesah teng sekola. (Saya pergi ke sekolah)
Kula sareng rencang-rencang wangsul sekola jam kali las. (Saya dan teman-teman pulang sekolah pukul dua belas)
3. Bahan ajar dengan konten terkini
Pembelajran yang bermakna adalah pembelajaran yang relevan dengan kehidupan siswa. Guru mengusahakan untuk mencari sumber bahan ajar yang sesuai dengan tren masa kini sehingga siswa lebih memperhatikan dan termotivasi saat belajar. Contohnya adalah dengan memanfaatkan internet dan sosial media yang memberikan banyak ilustrasi menarik untuk mempelajari bahasa Bebasan.
Penerapan berbicara dengan bahasa Bebasan dianggap dapat membantu siswa untuk berbahasa lebih sopan dan bersikap santun terhadap orang yang lebih tua. Program pembiasaan harus terus dilakukan agar bahasa bebasan dapat membudaya dalam diri siswa. Budaya harus terus dipertahankan dan diwariskan agar tetap lestari dan tak hilang oleh waktu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H