Mohon tunggu...
Annisa NaylaFaiza
Annisa NaylaFaiza Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Program Studi S1 Ilmu Sejarah Universitas Padjadjaran

Nayla is a freshman year History Science student at Padjadjaran University, currently interested in learning art, culture, politics and other social studies. She is excited looking into new opportunity and experience. She is also well experienced in many events and organizations, specializing in writing and design skills.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Menarik Benang Asal Muasal Ospek

21 Juni 2024   15:05 Diperbarui: 21 Juni 2024   15:18 253
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Nama STOVIA tentunya terkenal di dunia pendidikan pada masa penjajahan Belanda. Seringkali ia diagung-agungkan sebagai sekolah kedokteran terbaik yang pernah ada di Hindia Belanda. Namun pada kenyataannya, budaya senioritas di sekolah kedokteran tersebut cukup menyedihkan.

Kata Ontgroening banyak diperbincangkan para mahasiswa kedokteran baru di STOVIA. Istilah tersebut adalah sebutan untuk tindakan yang dilakukan oleh senior ke juniornya di STOVIA. Pastinya istilah ontgroening juga menghantui dan menakut-nakuti benak para mahasiswa baru di sana pada masa itu. 

Bentuk perpeloncoan yang dilakukan sebetulnya tidak berbeda jauh dengan apa yang terjadi jauh di Cambridge dan Oxford sana. Para senior tampak memanfaatkan kepolosan para mahasiswa baru dengan memaksa mereka untuk menuruti senior bagaikan majikan.

Setelah masa pemerintahan kolonial Hindia Belanda, tradisi perpeloncoan tidak berhenti sampai situ saja. Bahkan, bentuk tindakan yang dilangsungkan oleh para senior malah merambat semakin parah. Unsur kekerasan mulai dilontarkan dan diwajarkan pada masa pendudukan Jepang, ketika STOVIA berubah nama menjadi Ika Daigaku.

Sekali lagi, agaknya kita perlu mempertanyakan kemanakah perginya peran pengawasan dari pejabat atau petinggi institusi pendidikan. Tak jarang oknum-oknum pelaku kekerasan terhadap mahasiswa baru beranjak berbenah apabila perpeloncoan di lingkungan kampus melambung viral. 

Tentunya tradisi ospek yang disalahgunakan ini masih menjadi PR bagi seluruh pelaku pendidikan. Perpeloncoan terhadap mahasiswa yang baru membuka pintu jenjang pendidikan tinggi sudah terjadi sejak ratusan tahun yang lalu. Perlu edukasi, kesadaran diri, dan pemahaman yang cukup untuk masyarakat kampus menyadari bahwa ospek seharusnya dilakukan secara wajar dengan porsi yang cukup dan tidak melewati batas.

Nafas tegang boleh kita hembuskan karena seiring berjalannya waktu dan semakin canggihnya teknologi, wawasan akan ospek yang sesuai amanat mulai heboh dikumandangkan. Beberapa petinggi instansi pendidikan akhirnya membuka mata perihal tradisi yang menyakitkan ini. Sedikit demi sedikit peraturan ospek mulai dibatasi dan diawasi sebagaimana mestinya. Perlahan berbagai universitas membenahi rangkaian ospeknya. Mereka mulai mengurangi porsi yang tidak diperlukan.

Apakah sekarang sudah waktunya untuk bangkit dari kegelapan, kepedihan, dan kesengsaraan ospek? Tidak ada salahnya untuk berharap dan berdoa. Ospek, walaupun terdengar sepele, tapi bisa menjadi senjata penting untuk memajukan bangsa.

Kini, kita dengan mudah dapat melaporkan apabila masih terdapat tradisi ospek yang kuno di mana terjadi perpeloncoan atau kekerasan dalam bentuk fisik, psikologis, maupun kekerasan simbolik terhadap mahasiswa baru. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun