Mohon tunggu...
nusa indah
nusa indah Mohon Tunggu... Lainnya - free people

let's grow together

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Masa Kanak-Kanak

12 Agustus 2023   17:55 Diperbarui: 12 Agustus 2023   18:01 148
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Ketika disebutkan masa kanak-kanak, apa yang terbetik di pikiran anda?. Apakah sebuah masa yang begitu indah penuh canda tawa atau malah sebaliknya. Masa yang penuh luka dan derai air mata. Banyak orang ketika mengenang masa kanak-kanaknya tersenyum begitu bahagia, dan ada yang hanya tersenyum getir, malah terkadang ada yang terlupa bahkan terkadang melupakannya dengan sengaja. Halo! teman-teman. Namaku Nusa Indah Permata Sari. Bersamaku mari kita menengok sebentar masa kanak- kanak itu.

Aku dilahirkan di sebuah daerah bernama Duri yang terletak di Riau, Sumatera Barat. Lebih tepatnya, di pantai timur pulau Sumatra bagian tengah. Wilayah pesisirnya berbatasan dengan Selat Malaka. Suku melayu adalah suku yang paling banyak menempati daerah ini. Singkat cerita aku tinggal disana sampai berumur 7 tahun. Dan ditahun 2013 keluargaku pindah ke daerah Jawa  Barat tepatnya Bogor. Ditahun itu wilayah Sumatera Barat terkena bencana kebakaran hutan yang parah. Tidak ada lagi matahari yang menyinari, sepanjang mata memandang hanya ada asap  yang terlihat.  Aku meninggalkan sekolahku tanpa berpamitan kepada teman-temanku. Terkadang, aku berpikir "Apakah mereka mengingatku atau bahkan merindukanku?". Nyatanya itu hanya khayalanku belaka, toh aku hanya mempunyai 2 teman saja.  Akupun tidak tahu apakah sebenarnya mereka menganggapku teman atau bukan.

Bertahun-tahun lamanya aku hidup dalam ingatan yang kadang suka  tertukar. Dari sekian banyaknya, ada satu memori asing yang begitu menyenangkan yaitu, pertama kalinya aku mengikuti lomba 17 Agustus.  Menurutku, hari kemerdekaan adalah salah satu dari hari-hari biasa lainnya. Aku tidak pernah merasakan euforia yang begitu membara ketika melewati hari tersebut. Padahal, ini adalah hari yang begitu bersejarah bagi semua orang. Hari dimana negara tercinta terbebas dari belenggu penjajahan setelah sekian lamanya. 3,5 abad atau 350 tahun. Itu saja baru dari satu negara. Hari yang sangat diimpi-impikan oleh segenap rakyat Indonesia. Yang ditebus dengan harta benda, nyawa, bahkan sanak saudara mereka sendiri. 

Pagi itu, seperti biasa aku masuk sekolah untuk menghadiri upacara kemerdekaan. Karena hari ini adalah hari nasional, maka upacara yang diadakan terasa sedikit lama. Matahari mulai menampakkan sinarnya, aku berusaha melindungi diri dengan tanganku yang sebenanya tidak  ada gunanya. Orang-orang terlihat begitu serius mendengarkan maklumat dari pembina upacara. Aku terdiam dalam lamunanku. Tanpa sadar, upacara telah selesai diiringi sorak-sorai kemerdekaan yang diucapkan dengan lantang. Salah satu temanku berjalan menghampiriku.  

"Mau langsung pulang habis ini"?. tanyanya. 

Aku menganggukkan kepalaku lalu melambaikan tanganku sambil  berjalan keluar sekolah. Antara rumah dan sekolahku bisa ditempuh kurang dari 10 menit saja jika ditempuh dengan jalan kaki. Gang sekolah menjadi sedikit ramai, dengan deruman suara motor-motor penjemput. Aku langsung menuju tempat lomba yang berada di  samping mushola. Aku tersenyum senang membayangkan betapa serunya acara ini nanti. Tapi sepertinya, aku terlalu cepat datang. Teman-temanku yang lainnya belum terlihat. Suasana sudah ramai dengan suara bapak-bapak yang tertawa sambil menyiapkan peralatan lomba-lomba. Ibu-ibu sibuk menyiapkan konsumsi di  belakang. Dan beberapa anak kecil yang bermain sepeda. 

Punggungku ditepuk pelan.

"Hey" sapanya. 

Aku tersenyum melihatnya. "Hey juga, ramai  ya" kataku. Oh ya, perkenalkan dia adalah teman pertamaku, namanya Shina.

"Iya...Aku jadi ngga sabar deh." Katanya sambil menarikku ke kerumunan lomba.

"Ayo, kita siap-siap. Lombanya mau mulai". Kami berdua fokus memasang tali rafia di pinggang kami tanpa menyadari bahwa anak-anak yang lain telah datang, termasuk teman-teman kami.

"Serius amat lu berdua, dipanggilin juga dari tadi" kata temanku yang bernama Raya. Aku tertawa kecil mendengarnya, sedangkan Shina masih sibuk dengan talinya. Seorang bapak-bapak menghampiri kami, menyuruh untuk berkumpul karena acara mau dimulai.

"Ya, anak-anak, semuanya boleh kumpul dulu ya, mau dimulai lombanya. Dalam rangka memeriahkan 17 Agustus. Kami akan melaksanakan beberapa lomba-lomba. Dan lomba yang pertama adalah MAIN PAKUU. Bagi peserta lomba dan bapak panitia yang bertugas dipersilahkan memasuki lapangan". Mc mulai membacakan runtdown acara yang disambut sorak-sorai meriah. 

Aku, Shina, dan 4 orang lainnya maju kedepan. "GO INDAH GO INDAH GO INDAH GO" teriak keluargaku. Aku tersenyum mendengarnya, dalam hati aku bertekad memenangkan permainan ini.

Dari sisi lain tidak mau kalah. "SHINAAAA KAMU PASTI BISAA... SEMANGAT SHINA" keluarga Shina pun tak mu kalah. Eauforia lomba mulai menguar.

"YA, SIAP SEMUANYA, 1...2...3 MULAI" teriak mc. Kami semua berlari sekuat tenaga. Sesampainya di ujung, terdapat botol kaca yang berfungsi  menjadi tempat paku nanti. Kupikir awalnya lomba ini adalah lomba yang mudah. Ternyata, untuk memasukkan paku ini begitu menguras emosi. Mulut botol yang kecil dan aku yang tidak bisa terus-terusan melihat ke belakang agar paku tidak bergeser membuat lombanya menjadi susah. Sebenarnya aku mulai panik, melihat 2 temanku dan Shina yang hampir berhasil.

Bapak panitia di depanku menenangkan. "Tenang Indah, tenang, pakunya ngga bakal bisa masuk kalau kamu panik begitu". Aku menghembuskan nafasku perlahan, berusaha mencari cara agar paku ini mau menurut masuk. Aku memajukan punggungku, lalu menurunkan pinggangku perlahan dan memajukan kakiku sedikit. Aku menengok sedikit ke belakang. 

"Sedikit lagi, ayo indah"kataku menyemangati diri sendiri. Yess. Pakunya berhasil masuk. Aku bergegas melepaskan tali, lalu mulai berlari. Shina sudah jauh berada di depanku. Aku berusaha menambah kecepatan lariku hingga menyamai Shina. Shina menoleh kearahku kaget, sejurus kemudian dia menjulurkan lidahnya. Aku membalasnya dengan seruan huu. Kami berdua bukannya sibuk berlari malah jadi saling mengejek satu sama lain. Dan, tanpa sadar kedua temanku yang lain telah berhasil mendahului kami. Sesampainya di garis finis, kami berdua tertawa menertawakan kekonyolan yang baru saja kami lakukan. Aku bahkan lupa tujuanku untuk memenangkan lomba ini.

"Lomba yang selanjutnya adalah rolling kardus. Kalian akan dibagi menjadi  tim dengan anggota masing-masingnya 6 orang. Perlu diingat, lomba ini membutuhkan kerjasama dan kekompakan tim. Kalian harus menjaga kardus kalian tetap berada di jalurnya dan hati-hati untuk tidak menabrak tim yang lainnya" tutur mc. Kami semua mengangguk paham. Ini adalah permainan seperti mainan hamster yang berbentuk bulat. Kami harus merolling kardus yang berada di bawah kami ke  atas, begitu seterusnya sampai waktunya habis.

Mc mulai memberikan aba-aba dan permainan pun dimulai. Baru beberapa menit berlalu, tim B dan tim C berbenturan. Terdengar suara koor-an sedih dari suporter kedua tim tersebut. Sedangkan, suara pendukung tim lainnya mulai mengeras. Bersahut-sahutan menyemangati tim yang tersisa. Shina tertawa-tawa mendengarnya, ia mengeluarkan badannya sedikit lalu melambai-lambaikan tangan kepada kedua orangtuanya. Aku menghela nafas pelan sambil mendorong Shina masuk kembali kardus. Tinggal sedikit lagi waktu yang tersisa, tiba-tiba lawan menyamping dan menabrak tim kami. Tidak menyangka akan tertabrak, tim kami kehilangan keseimbangan lalu terjatuh. Alhasil, tim lawan memenangkan lomba. Walau sebenarnya kami semua kecewa, perlombaan tetaplah perlombaan. Ada yang kalah dan juga menang. Shina memajukan bibirnya cemberut, tidak mengira akan kalah di akhir lomba. Aku menepuk pundaknya pelan lalu membisiki bahwa lomba yang terakhir adalah makan kerupuk. Matanya kembali berbinar. Tentu saja, Shina sangat-sangat menyukai makanan. Dia adalah juara 1 dalam hal ini. Bahkan dulu dia memiliki cita-cita menjadi food vlogger terkenal.

Lomba yang ketiga akan dimulai. Tangan kami diikat kebelakang menggunakan tali rafia, lalu kerupuk akan diatur sesuai tinggi masing-masing. Semua orang begitu menantikan lomba ini. Lomba yang paling menyenangkan sekaligus mengenyangkan. Dikarenakan bisa memakan kerupuk sepuasnya walaupun memerlukan usaha untuk mendapatkannya. Berbanding terbalik denganku yang kurang menyukai lomba ini, selain karena kerupuk(aku memang tidak menyukai kerupuk), tentu saja karena aku tidak akan pernah bisa memenangkan lomba ini. Lihat saja sekarang, kerupukku baru termakan setengah, rasa-rasanya tidak mungkin habis. Sedangkan, Shina sudah habis memakan kerupuknya yang ketiga. Aku ingin menyerah saja, melihat tinggal aku dan bocil disampingku yang belum menghabiskan kerupuk pertamanya. Lalu, seakan-akan seperti keajaiban, bapak panitia bagianku menurunkan tali kerupukku hingga aku mudah memakannya tanpa perlu berjinjit-jinjit. Aku tersenyum melihatnya, kemudian bergegas menghabiskan kerupukku.

Setelah selesai lomba, kami semua langsung melipir menuju tempat konsumsi. Tenggorokanku sudah sangat meronta-ronta membutuhkan air. Aku mengambil segelas air dingin, lalu kembali menuju ke lapangan untuk mendengarkan pengumuman pemenang lomba. Mc mulai membacakan nominasi juara, dan untuk yang terakhir tentu saja Shina maju. Dia gembira sekali maju ke depan, mengambil hadiahnya lalu tersenyum lebar ketika sesi foto. Shina menghampiriku lalu tertawa sambil memamerkan hadiahnya yang terbungkus sampul coklat. Bentuknya yang lumayan besar, membuatku spontan menggumamkan waww. Aku mengacungkan jempolku kepada Shina, dan berkata. 

"Isinya pasti tas sekolah ni" tebakku kepadanya. Dia menganggukkan kepalanya, lalu menaruh telunjuk di bibirnya mengiisyaratkanku untuk diam. Ia menyuruhku untuk memerhatikan mc. Dan ternyata, kami semua disuruh maju kedepan untuk pengambilan hadiah lalu berfoto bersama. 

"Terima kasih untuk bapak-bapak dan ibu-ibu sekalian, juga kepada anak-anak yang begitu semangat mengikuti lomba. Dengan ini kami akhiri acara hari ini. Sekian dari saya. Wassalamualaikum wr.wb" pamit mc undur diri. Serentak semua orang menjawab salam tersebut, dan entah dikomando siapa kami dibawa menuju tengah kompleks. Disana, terlihat sepeda masing-masing dari kami berjejer rapi penuh dengan bendera dan hiasan kemerdekaan. Kami semua berdecak kagum. Lalu, menghampiri sepada-sepeda tersebut.

"Setelah ini, bawa sepeda kalian keliling komplek sambil nyanyi  lagu kemerdekaan yaaa". Kata salah seorang bapak panitia. Aku dan Shina tentu saja langsung meloncat ke sepeda kami dan mulai mengayuhnya. Yang lainnya mengikuti kami dibelakang. Tak lupa, kami menyanyikan lagu kebangsaan dengan penuh semangat dan gembira. Para orangtua pun sibuk mengambil foto atau video anak  mereka sendiri. Aku memandang ke langit yang begitu cerah diatas sana, dan tersenyum begitu lebar. 

"Hari ini adalah hari yang begitu menyenangkan. Terima kasih tuhan telah membiarkanku merasakan keindahannya yang begitu nikmat" kataku dalam hati. Dan satu lagi, kejadian hari ini telah membuat pandanganku berubah. Yang tadinya biasa saja, menjadi penuh kegembiraan. Terima kasih kepada para pembaca yang sudah membaca salah satu dari memori kanak-kanakku. Sekian dariku, salam kemerdekaan :).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun