Tanggal 1 September 2024 menjadi hari yang sangat berkesan bagi saya. Saya memutuskan untuk mengunjungi Homestay Rivalia, sebuah tempat penginapan yang dimiliki oleh nenek dan kakek teman saya. Homestay ini terletak di Jl. Badrawati Dusun Ngaran 2 No.19, Kec. Borobudur, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah. Letaknya yang begitu dekat dengan Candi Borobudur, salah satu keajaiban dunia, membuat tempat ini begitu istimewa.
Begitu tiba di Homestay Rivalia, saya langsung disambut oleh pemandangan yang begitu asri. Bangunan homestay ini masih mempertahankan arsitektur tradisional Jawa dengan sentuhan modern yang membuatnya tampak elegan. Pohon-pohon rindang dan kebun kecil yang tertata rapi di sekitarnya menambah kesejukan suasana. Angin sepoi-sepoi yang berhembus membawa aroma khas tanah pedesaan yang segar, memberikan rasa nyaman dan damai seketika.
Saya bertemu dengan nenek teman saya, pemilik Homestay Rivalia, yang tampak begitu ramah dan bersahaja. Meskipun usianya sudah lanjut, semangatnya dalam mengelola homestay ini begitu terlihat. Dia dengan senang hati menceritakan bagaimana homestay ini dirintis bersama suaminya. Dengan senyuman yang selalu terpancar di wajahnya, ia bercerita tentang berbagai pengalaman menarik selama bertahun-tahun mengelola tempat ini.
Perbincangan dengan nenek teman saya begitu menarik, namun tanpa sengaja perhatian saya tertuju pada seorang wanita paruh baya yang sedang sibuk mengurus beberapa tamu. Wanita itu, yang kemudian saya ketahui bernama Ning, adalah salah satu asisten yang bekerja di homestay ini. Dengan penuh keramahan, Ning mengajak saya untuk duduk di teras homestay sambil menikmati secangkir teh hangat dan roti.Â
Ning adalah seorang wanita berusia sekitar 50-an tahun. Penampilannya sederhana, namun raut wajahnya memancarkan kebaikan hati dan ketulusan. Selama dua tahun terakhir, Ning telah menjadi bagian dari keluarga besar Homestay Rivalia. Dia bercerita bahwa bekerja di tempat ini memberikan kepuasan tersendiri baginya, terutama karena ia bisa bertemu dengan banyak orang dari berbagai penjuru dunia.Â
Percakapan kami berlanjut dengan topik bagaimana homestay ini dipromosikan kepada wisatawan. Saya penasaran bagaimana cara mereka menarik minat para pelancong di tengah persaingan yang semakin ketat di sektor pariwisata. Ning menjelaskan bahwa promosi homestay ini masih dilakukan dengan cara yang tradisional, yaitu dari mulut ke mulut. Para tamu yang pernah menginap di sini seringkali merekomendasikan Homestay Rivalia kepada teman atau kerabat mereka. Cara ini, meskipun terdengar kuno, ternyata cukup efektif. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya memberikan pelayanan terbaik kepada setiap tamu agar mereka merasa puas dan bersedia merekomendasikan tempat ini kepada orang lain.
Ning juga menceritakan bahwa mereka bekerja sama dengan beberapa pengemudi ojek online untuk mempromosikan homestay ini. Pengemudi ojek yang sering berinteraksi dengan wisatawan akan menawarkan Homestay Rivalia sebagai tempat menginap. Setiap pengemudi yang berhasil membawa tamu ke homestay ini akan mendapatkan imbalan dari pemilik. Ini adalah cara kreatif yang memanfaatkan jaringan lokal untuk memperluas jangkauan promosi tanpa perlu mengeluarkan biaya besar untuk iklan di media massa. Saya merasa kagum dengan cara-cara sederhana namun efektif yang digunakan oleh Homestay Rivalia dalam mempromosikan tempatnya. Di era digital seperti sekarang, banyak orang mungkin mengandalkan platform online dan media sosial untuk menarik pelanggan, tetapi Homestay Rivalia memilih untuk tetap setia pada pendekatan tradisional yang lebih personal dan akrab.
Selama percakapan kami, Ning juga berbagi kisah-kisah menarik tentang para tamu yang pernah menginap di homestay ini. Ada tamu yang datang dari jauh hanya untuk merasakan suasana pedesaan Jawa yang autentik. Beberapa di antaranya bahkan kembali lagi untuk menginap di sini karena merasa terpesona oleh keramahan dan kehangatan yang ditawarkan oleh Homestay Rivalia. Ning menceritakan tentang seorang tamu dari Prancis yang sangat menyukai kuliner lokal yang disajikan di homestay ini, hingga ia meminta resepnya untuk dibawa pulang ke negaranya.
Tidak hanya tamu dari luar negeri, banyak juga wisatawan lokal yang memilih Homestay Rivalia sebagai tempat bermalam. Letaknya yang strategis di dekat Candi Borobudur membuat homestay ini menjadi pilihan favorit bagi mereka yang ingin menghabiskan lebih banyak waktu untuk menjelajahi candi tersebut. Ning bercerita tentang sebuah keluarga dari Jakarta yang menginap di homestay ini selama tiga hari dan sangat terkesan dengan pelayanan yang diberikan. Mereka merasa seperti berada di rumah sendiri, dikelilingi oleh orang-orang yang memperlakukan mereka seperti keluarga.
Setelah berbincang panjang lebar dengan Ning, saya mulai menyadari bahwa Homestay Rivalia bukan sekadar tempat menginap, tetapi juga sebuah tempat di mana setiap tamu diperlakukan dengan kehangatan dan perhatian. Hal ini tercermin dari cara Ning dan pekerja lainnya berinteraksi dengan tamu. Mereka tidak hanya menjalankan tugas mereka dengan baik, tetapi juga berusaha untuk membuat setiap tamu merasa diterima dan dihargai. Mungkin inilah alasan mengapa homestay ini tetap menjadi pilihan favorit meskipun promosi yang dilakukan masih terbilang sederhana.