Tren biasanya hanya berlangsung dalam jangka waktu pendek karena karakteristiknya yang mengikuti pergeseran minat masyarakat. Produk yang viral biasanya meroket hanya karena adanya faktor kegembiraan atau situasi tertentu. Namun, seiring perseseran tren, ketertarikan terhadap produk itu akan cepat menurun pula.
 2. Ketiadaan Nilai Jangka Panjang
  Banyak barang viral dibuat untuk menarik minat dengan cepat, bukan untuk memberikan manfaat atau kegunaan yang tahan lama. sebagai hasilnya, konsumen merasa jenuh karena berpikir bahwa produk itu tidak menyuguhkan nilai yang konsisten atau relevansi waktu yang lama.
 3. Kompetisi yang Sengit
  Saat sebuah produk menjadi viral, banyak kompetitor berusaha meniru atau menawarkan versi yang lebih baik dengan harga yang lebih rendah. Akibatnya, produk asli kehilangan daya tariknya karena konsumen memilih opsi lain yang lebih menarik atau lebih terjangkau.
 4. Kelelahan terhadap Tren
   Konsumen dapat merasa jenuh atau bosan jika sering menggunakan produk tertentu. Akibatnya, ketertarikan terhadap produk itu berkurang karena orang-orang ingin menemukan sesuatu yang baru dan lebih menarik.
Sebagai kesimpulan, produk viral menghadapi tantangan signifikan dalam mempertahankan popularitasnya karena karakteristik tren yang tidak permanen, ketiadaan nilai jangka panjang, kompetisi yang sengit, dan fenomena kelelahan terhadap tren. Walaupun produk itu pada awalnya manarik minat, pesonanya cenderung berkurang seiring berjalannya waktu karena konsumen cepat merasa jenuh yaitu dengan beralih ke pilihan yang lebih baik atau mencari tren baru. Oleh karena itu, sangat penting bagi para pelaku usaha untuk memikirkan strategi yang inovatif dan berkelanjutan supaya produk mereka tetap relevan di pasar.
  Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H