Di zaman digital yang terus melaju cepat, jelas mengharuskan masyarakat, khususnya remaja Generasi Z untuk menguasai teknologi yang kini menjadi pendorong dalam aktivitas sehari-hari. Segala sesuatu yang ada di media sosial saat ini dengan cepat menjadi viral dan membuat remaja Generasi Z mengalami FOMO (Fear of Missing Out) terhadap semua tren yang menarik minat mereka, baik itu berupa barang maupun yang bukan. Fenomena ini membuat Generasi Z bersikap konsumtif, mereka tidak ragu untuk mengeluarkan uang dalam jumlah besar hanya untuk memenuhi keinginan dan bukan kebutuhan.
Memenuhi Keinginan  Remaja Generasi Z Berdasarkan Trend
Media sosial berperan sebagai salah satu pengaruh bagi remaja Generasi Z dalam mengikuti berbagai perubahan tren. Contoh-contoh barang atau makanan yang saat ini sedang populer termasuk boneka labubu, boneka nailong berkarakter hewan dinosaurus, coklat dubai, serta iPhone. Setiap barang atau makanan yang sedang populer memiliki ciri khas tersendiri yang memberikan nilai unik di mata remaja Generasi Z. Proses viralitas tren ini sering kali dimulai dari selebritas yang mempromosikan atau mendukung merk yang sedang dibesarkan. Hal ini membuat remaja Generasi Z sangat tertarik pada apapun yang digunakan atau dibeli oleh idola mereka.
Perlu kita ketahui bahwa salah satu produk yang sedang tren adalah boneka labubu, yang sempat terkenal di seluruh dunia berkat viralnya unggah foto Lisa BLACKPINK yang mengoleksi boneka labubu dan menjadikannya sebagai gantungan kunci di tasnya. Awal mula fenomena ini mendorong remaja Generasi Z merasakan FOMO terhadap barang-barang unik yang fungsinya hanya untuk memuaskan keinginan semata.
Produk Viral Cenderung Memiliki Risiko untuk Cepat Menyusut Popularitasnya
Di balik barang-barang menggemaskan dan makanan viral yang mengunggah selera, harga yang ditawarkan tentu saja melambung tinggi mulai dari ratusan juta hingga jutaan rupiah. Selain harganya yang tergolong mahal, produk viral juga menarik perhatian karena bisa menarik minat publik secara cepat. Fenomena ini didorong oleh kemajuan teknologi dan media sosial yang mempercepat distribusi informasi.
Akan tetapi, di balik popularitas yang tiba-tiba, produk yang viral juga menghadapi risiko yang signifikan. Kepopulerannya cenderung cepat berkurang. Hal ini disebabkan oleh karakteristik tren yang dinamis dan sering kali hanya tergantung pada hype sementara. Tidak hanya itu, terdapat juga faktor lain yang menjadi penyebab mengapa produk viral seringkali cepat menyusut popularitasnya.
Mengapa Hal Itu Bisa Terjadi?
Berikut adalah alasan mengapa produk yang viral cenderung memiliki risiko cepat menurun dalam popularitasnya :
 1. Karakteristik Tren yang Tidak Permanen
   Tren biasanya hanya berlangsung dalam jangka waktu pendek karena karakteristiknya yang mengikuti pergeseran minat masyarakat. Produk yang viral biasanya meroket hanya karena adanya faktor kegembiraan atau situasi tertentu. Namun, seiring perseseran tren, ketertarikan terhadap produk itu akan cepat menurun pula.
 2. Ketiadaan Nilai Jangka Panjang
  Banyak barang viral dibuat untuk menarik minat dengan cepat, bukan untuk memberikan manfaat atau kegunaan yang tahan lama. sebagai hasilnya, konsumen merasa jenuh karena berpikir bahwa produk itu tidak menyuguhkan nilai yang konsisten atau relevansi waktu yang lama.
 3. Kompetisi yang Sengit
  Saat sebuah produk menjadi viral, banyak kompetitor berusaha meniru atau menawarkan versi yang lebih baik dengan harga yang lebih rendah. Akibatnya, produk asli kehilangan daya tariknya karena konsumen memilih opsi lain yang lebih menarik atau lebih terjangkau.
 4. Kelelahan terhadap Tren
   Konsumen dapat merasa jenuh atau bosan jika sering menggunakan produk tertentu. Akibatnya, ketertarikan terhadap produk itu berkurang karena orang-orang ingin menemukan sesuatu yang baru dan lebih menarik.
Sebagai kesimpulan, produk viral menghadapi tantangan signifikan dalam mempertahankan popularitasnya karena karakteristik tren yang tidak permanen, ketiadaan nilai jangka panjang, kompetisi yang sengit, dan fenomena kelelahan terhadap tren. Walaupun produk itu pada awalnya manarik minat, pesonanya cenderung berkurang seiring berjalannya waktu karena konsumen cepat merasa jenuh yaitu dengan beralih ke pilihan yang lebih baik atau mencari tren baru. Oleh karena itu, sangat penting bagi para pelaku usaha untuk memikirkan strategi yang inovatif dan berkelanjutan supaya produk mereka tetap relevan di pasar.
  Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H