Mohon tunggu...
Nayla alfaruq
Nayla alfaruq Mohon Tunggu... Freelancer - Wanita

24 tahun, suka gerak - gerakin jempol kaki kalau lagi mikir serius

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerpen | Sekejap Mata

27 Desember 2019   11:26 Diperbarui: 28 Desember 2019   09:25 59
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Dua sisi yang berbeda, jelas dia menawarkan imajinasi yang memenuhi kepala. Sampai sini Anggap saja aku bodoh karena percaya begitu saja apa yang orang asing katakan. tapi pesonanya benar-benar memabukkan.

_____________

Seiring berjalannya waktu, kita semakin dekat. Intensitas chattingan kita mulai mengambil waktu jam kerjaku, durasi telponan kita mulai dibatas wajar hingga berjam-jam.

Banyak hal seru yang membuat aku tertarik mendengarkan suaranya dari seberang telepon. Aku mulai menepis malu untuk memujinya. Bahkan berkali-kali ku lakukan, ku hujani dia dengan banyak pujian. 

Ya.. hatiku kini berpenghuni sosok baru dan dia dengan sigap mengetahuinya. Tak butuh waktu lama untuk saling mengakui rasa yang tiba tiba saja ada tanpa pernah kita duga sebelumnya. Mana bisa logika ku mengijinkan untuk berpikir lelaki se childish dia mengetuk pintu hati wanita dewasa sepertiku. hahaha kali ini aku yang gila. 

Hubungan kami mulai terjalin menyenangkan. Ucapan selamat tidur, selamat pagi, dan sedang apa sekarang menjadi indah saat dia yang melakukannya. Aku menemukan dunia baru yang kuisi dengan banyak tertawa, bercanda seperti pelakon dalam srimulat.

Nyatanya sifat kekanak-kanakan yang ada pada dirinya justru menjadi daya pikat yang luar biasa. Andai dia juga dewasa mungkin akan lain cerita.

Yang indah hanya sementara, begitulah adanya.

4 bulan kebersamaan kita berakhir juga, hati yang beberapa bulan ini ceria kembali sunyi seperti tak ada sesiapa yang akan mampu tawarkan bahagia. Seperti aku telah kehilangan dunia dan semuanya.

SEKEJAP MATA kebahagiaan itu pernah ada sebelum semua menjadi sia-sia. Rintik hujan bulan desember ini menjadi saksi bagaimana derasnya hujan serupa deras bulir air mata menghempas tanah. Kini sendiri melawan penatnya rasa yang tak kunjung juga reda.

Gawai dalam genggaman membisu.... sudah tak ada lagi dering darimu. Bunyi notifikasi chat yang aku rindukan, suaramu bernyanyi dan ucapan selamat tidur masih saja kunanti tapi takut ku ulangi sebab ku tau pasti hanya menjadi pemberat hati untuk menyudahi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun