Indonesia memiliki kesenian daerah yang amat beragam. Dari Sabang sampai Merauke, ribuan kesenian dapat dijumpai. Kesenian daerah di antaranya meliputi lagu dan tarian yang dapat menggambarkan daerah tertentu. Contohnya, lagu "Tanah Sunda" yang menceritakan kekayaan alam Jawa Barat, dan Tari Topeng Cirebon yang menceritakan perjuangan Sunan Gunung Djati di Cirebon.
Seiring perkembangan globalisasi, kesenian mengalami banyak pembaruan. Banyak seniman dunia memodifikasi kesenian tradisionalnya menjadi kesenian modern, membuat aliran kesenian baru, atau meng-akulturasi-kan kesenian negaranya dengan kesenian negara lain. Kesenian yang sudah dimodernisasi itu juga nampak lebih bebas, dalam artian tidak hanya menggambarkan atau mewakilkan suatu daerah, tapi lebih tergantung ekspresi seniman. Selain itu, pertukaran informasi juga semakin tak terbatas. Perkembangan kesenian di seluruh dunia dapat disaksikan dari rumah melalui platform social media. Saat ini, hal itu berkembang pesat di Jawa Barat.Â
Pada November 2020, Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) menyebutkan bahwa Jawa Barat menjadi provinsi dengan jumlah pengguna internet terbanyak, yaitu 35,1 juta pengguna. Kondisi tersebut memungkinkan Jawa Barat menjadi provinsi yang paling banyak terpengaruh budaya-budaya luar negeri.
Budaya luar negeri yang paling menjamur di Jawa Barat saat ini adalah budaya Korea dan Barat. Budaya ini membawa pembaruan kesenian yang digandrungi masyarakat, khususnya remaja. Contoh budaya modern tersebut adalah KPop, pop barat, dan modern dance.Â
Apa buktinya? Pertama, banyaknya lagu Pop Korea dan Barat yang menduduki trending #1 di Youtube Indonesia tahun 2021. Jawa Barat berperan besar karena menjadi pengguna internet terbesar. Kedua, modern dance lebih banyak digemari remaja. Saya merasakan hal ini sebagai pelajar. Sejak SD, saya selalu menemui lebih banyak teman sekolah yang mengikuti kelas modern dance daripada tari tradisional. Ketiga, tembang Sunda jarang terdengar di tempat perbelanjaan, mall, dan tempat umum lainnya jika dibandingkan dengan lagu luar negeri atau pop Indonesia. Kebudayaan Korea dan Barat terasa lebih sering ditemui daripada budaya Sunda di kehidupan sehari-hari. Kepopulerannya yang sangat besar seakan menutupi eksistensi kesenian Sunda.
Muncul satu pertanyaan. Apa yang membuat kesenian tersebut lebih menarik dibandingkan kesenian Sunda? Dari sisi karya lagu, yang pertama adalah lagu Barat dan Korea membawa nuansa yang lebih ringan dan sesuai zaman. Liriknya cenderung berhubungan dengan pengalaman hidup sehari-hari. Sedangkan, lagu Sunda memiliki image tentang kehidupan, upacara adat, dan petuah-petuah yang terkesan berat walaupun tidak semua lagu Sunda seperti itu.Â
Kedua, kebanyakan orang lebih menyukai lagu dengan beat/ketukan yang intens dan tajam. Saya juga seorang pendengar lagu Barat dan Korea. Berdasarkan pengamatan saya, lagu bergenre ballad dengan nuansa mellow hampir selalu kalah pamor dengan lagu bergenre EDM dengan beat yang padat dan jelas (penyanyi yang sama). Genre EDM bisa menghadirkan suasana semangat, kepuasan, dan ketagihan. Sedangkan, lagu Sunda kebanyakan bernuansa mellow.Â
Ketiga, melodi dan suara yang unik dari berbagai instrumen musik. Lagu Barat dan Korea memakai alat musik yang lebih bervariasi dan unik daripada lagu tradisional. Â Contohnya, keyboard, touchpad, gitar akustik dan elektrik, set drum, bass, dsb. Sedangkan, alat musik Sunda masih identik dengan set gamelan dan angklung. Perbedaan alat musik tersebut menjadi pembeda paling menonjol. Dengan instrumen yang sangat bervariasi, lagu Korea dan Barat lebih leluasa mengembangkan alur, genre, dan konsepnya.Â
Keempat, keinginan belajar bahasa Inggris melalui lagu. Kelima, promosi yang sangat luas. Orang Barat dan Korea tidak tanggung mempromosikan musiknya baik melalui social media, media cetak, acara talkshow, penjualan album, konten reality show, dll. Keenam, fisik dari penyanyi. Saya tidak bermaksud merendahkan fisik orang Indonesia. Tapi, pada kenyataannya di Indonesia masih tertanam standar kecantikan Barat dan Korea sehingga orang Indonesia semakin mudah tertarik. Terakhir, gengsi dari pendengar musik. Alasan yang menyedihkan. Tapi, realitanya memang masih ada stigma tentang lagu dan musik tradisional yang terkesan jadul.Â
Alasan modern dance lebih diminati daripada tarian Sunda juga tidak jauh berbeda, yaitu nuansanya yang lebih ringan dan diiringi oleh musik modern. Gerakan dan konsepnya pun sama sekali tidak terikat aturan dan berkembang sangat cepat.
Kesenian Barat dan Korea sudah memiliki pamor sejak dua dekade lebih yang mampu melahirkan tren baru. Tapi, sebesar apapun tren luar masuk, kesenian Sunda tidak boleh hilang. Ada beberapa cara untuk menjaga kelestarian kesenian Sunda agar tidak terus tergerus. Cara ini dibagi menjadi dua, yaitu cara untuk mempertahankan dan cara untuk mempopulerkan.
Cara untuk mempertahankan kesenian Sunda ada lima poin. Pertama, kurikulum sekolah di Jawa Barat tidak boleh menghapuskan pengajaran teori dan praktik kesenian Sunda. Kedua, ekskul kesenian Jawa Barat di sekolah diwajibkan ada dan aktif. Ketiga, sekolah dan kantor pemerintahan wajib menyelenggarakan pertunjukkan kesenian Sunda pada hari besar. Keempat, bantuan dana untuk Saung Angklung Udjo di Bandung dan promosinya ke luar kota. Terakhir, pembuatan organisasi skala provinsi oleh Dinas Kebudayaan Jawa Barat untuk menaungi sanggar dan ekskul kesenian Sunda. Program unggulannya bisa berupa Pagelaran Kesenian Akbar, pasanggiri tembang atau pupuh Sunda, pasanggiri tarian Sunda, dan lomba pertunjukkan musik Sunda di tingkat provinsi. Solusi-solusi ini bisa membuat kesenian Sunda lebih terekspos.
Cara untuk mempopulerkan kesenian Sunda berfokus pada konsep akulturasi, yaitu akulturasi antara kesenian Sunda dengan musik pop atau EDM. Misalnya, produser lagu membuat lagu pop biasa, tapi diselipkan pengiring musik dengan gamelan atau angklung. Bisa juga diselipkan bahasa Sunda ke dalamnya. Hal ini pernah dilakukan oleh Weird Genius, salah satu grup musik EDM yang terkenal di Indonesia. Mereka menciptakan lagu yang berjudul "Lathi". Lagu ini memiliki konsep penggabungan musik EDM dan gamelan Jawa.Â
Tidak disangka, lagu ini menjadi sangat populer dan membanggakan. "Lathi" mendapatkan empat penghargaan di AMI Awards dan penghargaan dari Google, "Lagu Paling Banyak Dicari Tahun 2020". Lagu ini dikenal di Amerika Serikat dan berhasil membawa akulturasi kesenian Jawa ke kancah internasional. Walaupun begitu, cara akulturasi tidak semudah yang dibayangkan. Musisi berkarya sesuai dengan keinginan dan idenya sendiri. Perlunya niat dan kesediaan para musisi untuk menaruh kesenian Sunda ke dalam karya mereka. Tapi, dengan adanya "Lathi", diharapkan dapat memotivasi musisi-musisi lain untuk mencoba konsep akulturasi budaya tradisional ke dalam karya mereka, khususnya kesenian Sunda. Request dan dukungan masyarakat tentang konsep akulturasi kesenian Sunda juga bisa berpengaruh untuk memotivasi musisi memasukkan kesenian Sunda ke dalam karya mereka.
Jadi, kesimpulan dari semua pembahasan di atas adalah kesenian Sunda di Jawa Barat, terlebih di kota-kota besar terasa kurang kehadirannya jika dibandingkan dengan budaya luar negeri. Jika solusi-solusi di atas dilaksanakan dengan sungguh-sungguh, kesenian Sunda mungkin bisa lebih terasa keberadaannya di Jawa Barat. Tidak masalah menyukai budaya luar. Tapi, jangan lupa mengambil pelajaran dari luar negeri, bagaimana mereka membuat budayanya mendunia. Kesenian Sunda butuh kepedulian dan inovasi masyarakatnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H