"Terima kasih, Ayah, Bunda. Aku janji akan lebih baik," kataku dengan penuh semangat.
"Jangan buat rasa kepercayaan ini hilang, Nana" jawab ayah, menatapku dengan penuh harapan.
Meski agak sulit beradaptasi setelah sebulan tak mengaji, aku berusaha keras. Teman-temanku sudah mempersiapkan khatam mereka sejak beberapa minggu lalu, dan aku merasa tertinggal. Tapi berkat tekad dan kerja keras, aku berhasil meraih juara umum saat khatam Al-Qur'an.
" Ayah bangga pada mu, Nana" kata ayah dengan wajah bahagia, penuh kebanggaan.
"Terima kasih, Ayah. Ini semua berkat dukungan kalian," jawabku dengan wajah berseri-seri.
Aku memeluk Buk Ila, terharu. "Terima kasih banyak, Buk Ila."
Buk Ila membalas pelukanku. "Terbayar sudah, Na. Ibu bangga padamu. Buat mereka terbungkam dengan pencapaianmu."
Alta, yang juga mendapatkan peringkat di bawahku bersama teman-teman yang lain turut merayakan pencapaian kami. Kami semua bahagia dengan kelulusan kami yang tinggi. Aku merasa beruntung bisa memiliki teman-teman baik seperti mereka---teman-teman yang tidak hanya ada saat senang, tetapi juga saat kami menghadapi masa-masa sulit.
Kenakalan kami, prestasi kami---semuanya menjadi bagian dari perjalanan hidup yang tak bisa dilupakan. Rasanya, rasa kecewa yang kurasakan waktu itu, akhirnya bisa diganti dengan rasa bangga yang lebih besar.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H