Masalah mendesak lainnya berkaitan dengan cara hidup tradisional yang dianut masyarakat Pulau Rempang selama berabad-abad. Masyarakat Pulau Rempang sangat bangga dengan gaya hidup mandiri mereka, mengandalkan sumber daya alam yang melimpah dan praktik berkelanjutan untuk menjamin kesejahteraan ekonomi mereka.Â
Dengan diperkenalkannya Rempang Eco City, terdapat kekhawatiran bahwa mata pencaharian tradisional, seperti perikanan dan pertanian, akan dibayangi atau bahkan dihilangkan oleh industri modern, sehingga menimbulkan konsekuensi yang mengerikan bagi penduduk lokal yang sangat bergantung pada perdagangan tersebut.Â
Terlebih lagi, potensi dampak buruk terhadap sumber daya alam yang sangat berharga di pulau ini menambah penolakan terhadap proyek Rempang Eco City. Pulau Rempang memiliki flora dan fauna yang luar biasa, yang berfungsi sebagai habitat penting dan pusat keanekaragaman hayati.Â
Masyarakat khawatir bahwa pembangunan perkotaan yang luas yang terkait dengan proyek ini dapat merugikan atau bahkan menghancurkan ekosistem yang rentan, sehingga menyebabkan kerusakan ekologis yang tidak dapat diperbaiki lagi.Â
Hilangnya sumber daya alam ini tidak hanya berdampak pada masyarakat lokal tetapi juga mempunyai implikasi yang lebih luas terhadap upaya konservasi dan keseimbangan lingkungan yang lebih luas.Â
Meskipun keprihatinan tulus yang disuarakan oleh masyarakat Pulau Rempang memang benar, penting untuk menyadari bahwa kemajuan dan pembangunan diperlukan untuk kemajuan masyarakat.Â
Perusahaan di balik proyek Rempang Eco City telah membuat klaim tentang integrasi praktik berkelanjutan dan penerapan langkah-langkah ramah lingkungan. Mereka menekankan potensi penciptaan lapangan kerja dan peluang ekonomi yang akan meningkatkan standar hidup penduduk lokal.Â
Selain itu, mereka berjanji untuk berkolaborasi dengan masyarakat dalam melestarikan dan menampilkan warisan budaya mereka dalam kerangka pembangunan.Â
Untuk memastikan keberhasilan penyelesaian dan pelestarian warisan budaya, cara hidup tradisional, dan sumber daya alam, dialog yang terbuka dan inklusif antara perusahaan dan masyarakat adalah hal yang terpenting.Â
Pemahaman komprehensif mengenai keprihatinan dan aspirasi masyarakat dapat membuka jalan bagi solusi inovatif dan kompromi yang menyeimbangkan antara pembangunan dan pelestarian.Â
Praktik berkelanjutan dan perencanaan yang cermat harus tertanam dalam inti proyek untuk memitigasi potensi dampak buruk terhadap aspek budaya, sosial, dan lingkungan.Â