Mohon tunggu...
Naurah NadhifahAqilah
Naurah NadhifahAqilah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa UIN Maulana Malik Ibrahim Malang

menjadi muda sebelum tua

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Echo City vs Pulau Rempang

24 September 2023   12:53 Diperbarui: 24 September 2023   13:14 432
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sektor pariwisata pun tak ketinggalan dalam pengembangan Rempang Echo City. Menyadari keindahan alam wilayah tersebut, upaya telah dilakukan untuk mempromosikan ekowisata dan mengembangkan infrastruktur pariwisata berkelanjutan. 

Pemandangan kawasan yang indah dan kedekatannya dengan tujuan wisata populer menjadikannya pilihan yang menarik bagi wisatawan lokal dan internasional. Kesimpulannya, Rempang Echo City siap menjadi katalis utama pertumbuhan dan pembangunan Batam. 

Letaknya yang strategis, menghadap Singapura, ditambah dengan upaya kolaborasi pemerintah pusat, pemerintah daerah Batam, dan BP Batam, telah menciptakan lingkungan yang kondusif bagi investasi dan pertumbuhan. Penyelesaian konflik, penetapan kerangka hukum, dan penerapan insentif yang menarik telah menarik banyak pelaku usaha ke Rempang Echo City. 

Dengan potensinya di bidang manufaktur, logistik, dan pariwisata, Rempang Echo City akan menjadi pusat perekonomian yang berkembang di wilayah tersebut. tetapi di balik adanya keuntungan perusahaan terdapat masyrakat lokal Pulau Rempang yang sangat menentang pembangunan Rempang Eco City. 

Mereka berpendapat bahwa proyek ini mengancam warisan budaya, cara hidup tradisional, dan sumber daya alam mereka. Masyarakat meyakini pembangunan ini akan menimbulkan dampak negatif terhadap sosial, ekonomi, dan lingkungan. Kepedulian dan hak-hak masyarakat adat harus dihormati dan dipertimbangkan sebelum rencana pembangunan lebih lanjut dilaksanakan.

Mempertahankan Tradisi dan Melestarikan Warisan Budaya di Tengah Pembangunan Rempang Eco City, sebuah proyek inovatif yang bertujuan untuk pembangunan dan keberlanjutan perkotaan, telah menarik perhatian besar dalam beberapa tahun terakhir. 

Inisiatif inovatif ini, yang dipelopori oleh sebuah perusahaan terkemuka, menjanjikan perubahan lanskap dan memberikan manfaat ekonomi dan sosial yang luas. Namun, di tengah pujian dan tepuk tangan, ada faksi yang menentang keras pembangunan Rempang Eco City -- yaitu masyarakat lokal Pulau Rempang. 

Masyarakat Pulau Rempang sangat yakin bahwa proyek yang diusulkan ini merupakan ancaman besar terhadap warisan budaya, cara hidup tradisional, dan sumber daya alam mereka. 

Kekhawatiran mereka berakar pada ketakutan akan kehilangan esensi keberadaan mereka, sehingga mengakibatkan terkikisnya identitas mereka dan ditinggalkannya praktik-praktik kuno yang telah diwariskan dari generasi ke generasi. 

Inti dari perselisihan ini terletak pada potensi pelanggaran terhadap kekayaan warisan budaya Pulau Rempang. Pulau ini memiliki kekayaan tradisi, adat istiadat, dan ritual yang telah teruji oleh waktu. Masyarakat sangat menghargai unsur-unsur budaya tersebut dan memanfaatkannya sebagai penanda identitas dan sumber kohesi sosial. 

Proyek Rempang Eco City, dengan agenda pembangunan perkotaannya, mengancam akan mengganggu dan berpotensi menghilangkan adat istiadat yang sangat berharga ini, sehingga memperkuat kekhawatiran yang dimiliki oleh masyarakat. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun