Mohon tunggu...
Fawwaz Nawfal Adli
Fawwaz Nawfal Adli Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Negeri Malang

Selanjutnya

Tutup

Politik

Pemimpin atau Idola? Dinamika Cinta Buta dalam Politik

16 Oktober 2024   13:45 Diperbarui: 16 Oktober 2024   13:48 102
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
iStock Cemille Bingol

Dalam filsafat, keterikatan emosional yang menghalangi penilaian objektif bisa dikaitkan dengan fenomena bias afeksi, di mana perasaan kita terhadap seseorang atau sesuatu mempengaruhi bagaimana kita menilai kualitas atau kebijakan mereka. Dalam hubungan sosial, termasuk pertemanan, kita sering kali berpikir kita bisa lebih objektif, karena kita menilai berdasarkan pengalaman langsung. Namun, dalam politik, bias afeksi ini lebih sulit dihindari karena informasi sering kali disaring melalui media atau narasi publik yang terbatas. Hal ini menggambarkan bagaimana, seperti yang sering dibahas dalam filsafat, keterikatan emosional dapat memengaruhi kapasitas kita untuk berpikir secara kritis dan rasional.

Loyalitas kepada pemimpin tentu memiliki tempatnya dalam politik, tetapi loyalitas tersebut harus selalu disertai dengan kesadaran kritis. Kita harus mampu melihat gambaran yang lebih besar, termasuk kelemahan dan kesalahan yang mungkin dilakukan pemimpin kita. Sama seperti kita menilai teman atau pasangan berdasarkan apa yang mereka tawarkan kepada kita, kita juga harus menilai pemimpin dari dampak kebijakan mereka terhadap kehidupan kita. Dengan demikian, kita bisa memastikan bahwa pemimpin yang kita dukung benar-benar bekerja untuk kepentingan kita, bukan hanya untuk mempertahankan kekuasaan mereka sendiri.

Akhirnya, dalam konteks demokrasi, kritik yang konstruktif adalah salah satu cara terbaik untuk mendorong perbaikan. Pemimpin harus terbuka terhadap kritik, dan masyarakat harus berani memberikan kritik tersebut. Ini bukan soal tidak setia atau tidak mendukung pemimpin, tetapi soal menjaga agar sistem politik kita tetap transparan dan akuntabel. Loyalitas tanpa kritik justru berbahaya, karena bisa membuat pemimpin merasa tak tersentuh, dan pada akhirnya, masyarakatlah yang akan dirugikan.

Fenomena "cinta buta" terhadap pemimpin ini mengajarkan kita bahwa emosi, meskipun penting, tidak boleh mengaburkan penilaian rasional kita. Kita harus berusaha untuk selalu objektif dan kritis, baik dalam hubungan pribadi maupun dalam kehidupan politik. Pemimpin, seperti halnya teman atau pasangan, harus dinilai dari apa yang mereka berikan kepada kita, bukan dari perasaan yang mungkin kita miliki terhadap mereka.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun