Mohon tunggu...
MOH NUR NAWAWI
MOH NUR NAWAWI Mohon Tunggu... Penulis - Founder Surenesia dan Nawanesia

Seorang pecinta dunia maritim / Pelayan dan Pengabdi Masyarakat / suka menulis, bercerita dan berdiskusi / Hubungi saya di @nawawi_indonesia dan nawawisurenesia@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Publik Figur, Media Sosial, dan Keteladanan

4 Desember 2024   15:23 Diperbarui: 4 Desember 2024   15:48 88
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gus Miftah pendakwah (sumber: cnnindonesia.com

Cuplikan video Gus Miftah, seorang pendakwah sekaligus pejabat negara yang mengemban tugas sebagai utusan khusus Presiden, belakangan ini menjadi perbincangan hangat. Video tersebut memperlihatkan ucapan yang dinilai merendahkan seorang pedagang es teh dengan kata-kata tidak pantas. Reaksi publik beragam, namun dominasi kritik terhadap Gus Miftah mencerminkan harapan masyarakat terhadap keteladanan tokoh publik yang kian memudar.


Krisis Keteladanan di Kalangan Tokoh Publik


Seorang tokoh publik memiliki peran besar sebagai panutan bagi masyarakat. Dalam kapasitasnya sebagai pejabat negara sekaligus tokoh agama, Gus Miftah seharusnya mampu menunjukkan sikap empati dan kepekaan terhadap masyarakat. Ucapan yang merendahkan tersebut tentu tidak hanya melukai pihak yang bersangkutan tetapi juga banyak pihak yang menyesalkan hal tersebut.

Krisis keteladanan ini mencerminkan persoalan yang lebih besar, yaitu kurangnya kesadaran bahwa seorang pejabat publik bukan hanya dinilai dari kebijakan yang diambil, tetapi juga dari perilaku sehari-hari, termasuk dalam bertutur kata. Sebagai contoh misalnya figur seperti Nelson Mandela, bagaimana kepemimpinan yang mengedepankan keteladanan mampu memengaruhi jutaan orang. Mandela tidak hanya dikenal karena visinya yang besar, tetapi juga karena tutur kata dan tindakannya yang selalu penuh empati, bahkan terhadap mereka yang berbeda pendapat. Di Indonesia ada Gusdur, Buya hamka dan masih banyak lagi tokoh yang mengedepankan keteladanan dan setiap pidatonya membuat teduh masyarakat.

Model kepemimpinan yang mengedepankan keteladanan menuntut para tokoh publik untuk memiliki integritas dan empati yang tinggi. Keteladanan ini menjadi kunci untuk mendapatkan kepercayaan masyarakat dan menciptakan harmoni sosial.

Pentingnya tokoh publik bijak dalam bertutur kata di era digital, ucapan tokoh publik dengan mudah menjadi viral dan berdampak luas. Kesalahan sekecil apa pun dapat menjadi bumerang, terutama jika diucapkan tanpa mempertimbangkan konteks atau audiens. Oleh karena itu, tokoh publik perlu bijak dalam bertutur kata, memastikan bahwa pesan yang disampaikan tidak melukai perasaan masyarakat, sekaligus tetap relevan dengan nilai-nilai yang dijunjung.

Dalam Islam, Nabi Muhammad SAW adalah contoh terbaik dalam menjaga ucapan. Beliau selalu memilih kata-kata yang lembut dan penuh hikmah, bahkan ketika menghadapi kritik atau serangan. Hal ini menunjukkan pentingnya berhati-hati dalam berbicara, apalagi di hadapan publik.

Fenomena Media Sosial: Antara Dampak Positif dan Polemik


Kasus Gus Miftah juga menyoroti peran media sosial dalam memperbesar isu. Media sosial sering kali hanya menampilkan potongan kecil dari sebuah kejadian, yang terkadang tidak mewakili konteks sebenarnya. Cuplikan video yang viral jarang memberikan gambaran utuh, sehingga memicu penilaian yang prematur.

Fenomena ini menunjukkan bahwa masyarakat juga perlu lebih bijak dalam mengonsumsi informasi. Dalam banyak kasus, konteks yang hilang dapat mengubah makna pesan secara signifikan. Oleh karena itu, penting untuk tidak langsung bereaksi tanpa memastikan kebenaran informasi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun