Pertama, Pengembangan menu bergizi, dalam menyusun program perlu mengombinasikan hasil laut dengan produk lokal lainnya seperti sayuran dan rempah-rempah dari desa sekitar. Hal ini sejalan dengan inisiatif pemanfaatan pangan lokal oleh pemerintah pusat.
Kedua, Distribusi yang inklusif, dimana pelaksanaan program makan bergizi gratis difokuskan pada kelompok rentan seperti anak-anak, ibu hamil, dan lansia.
Monitoring dan Evaluasi ProgramÂ
Pertama, Pengukuran dampak gizi, dimana program tersebut harus melibatkan posyandu dan pusat kesehatan masyarakat (puskesmas) untuk memantau status gizi penerima program, terutama terkait pencegahan stunting dan anemia.
Kedua, Peningkatan berkelanjutan, untuk keberlanjutan program, pelaksana program perlu menggunakan umpan balik dari masyarakat untuk memperbaiki program secara berkesinambungan.
Sinergi dan KolaborasiÂ
Pertama, Pemerintah dan swasta, dimana suksesnya program makan siang gratis untuk pemberdayaan masyarakat pesisir perlu melibatkan kementerian terkait, seperti Kementerian Kelautan dan Perikanan serta Kementerian Pembangunan Desa, untuk mendukung pendanaan dan penyediaan fasilitas
Kedua, Kerjasama lintas sektor, Kerja sama dalam hal ini bisa di fokuskan pada kerja sama program - program kelembagaan yang terkait atau bisa di kolaborasikan dengan program Makan bergizi gratis. Menghubungkan program tersebut dengan inisiatif nasional seperti percepatan penurunan stunting, Gerakan Masyarakat Makan Ikan, dan peningkatan gizi masyarakat secara nasional.
Program makan siang gratis dengan target Masyarakat pesisir ini tidak hanya mendorong perbaikan gizi masyarakat tetapi juga menjadi motor penggerak ekonomi lokal dengan mengoptimalkan potensi dan tenaga masyarakat pesisir. Langkah strategis ini dapat menjadi model untuk keberlanjutan dan pemerataan kesejahteraan di wilayah pesisir Indonesia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H