Nelayan adalah kelompok masyarakat yang mendiami peisir, dan selalu bergelut dengan laut untuk memanfaatkan sumberdaya yang ada didalamnya, nelayan mendapatkan penghargaan dengan julukan sebagai pahlawan nutrisi bagi bangsa bahkan nelayan juga diperingati sebagai hari khusus tiap tahunnya.Â
Seluruh dunia konsern terhadap upaya meningkatkan kesejahteraan nelayan. Nelayan juga menjadi garda terdepan dalam  mewujudkan harapan meningkatkan kesadaran betapa penting menjaga perikanan dunia. Nelayan adalah komunitas yang benar-benar bergantung hidup mati dengan perikanan berkelanjutan. Untuk itu menjaga ekologi kelautan juga sama dengan menjaga kesejahteraan nelayan.
Kita harus mengamini ironi bahwa bangsa dengan luas laut dan beragam kekayaan didalamnya belum menjadikan nelayan sebagai komunitas yang kaya dan sejahtera. Kita sadar ada begitu banyak masalah membingungkan di sektor perikanan yang perlu ditangani.Â
Pemerintah dunia belum optimal dalam membuat dan menerapkan peraturan mengelola perikanan dan mengelola lautan dengan mengedepankan keseimbangan antara ekologi dan ekonomi. Perusahaan Disektor bisnis banyak korporasi atau perusahaan ikan besar dan industri makanan laut pemilik kapital besar yang hanya memaksimalkan keuntungan tanpa memperhatikan keberlanjutan. Konsumen juga memiliki peran penting, terutama dari negara-negara kaya, yang mendorong permintaan makanan laut, mendorong krisis lebih dalam.
Semua sadar bahwa sumber protein terbesar terakhir bersumber dari laut, di mana nelayan dan para perusahaan periklanan sebagai pemburu. Dan faktanya dalam usaha menangkap ikan ini, dimana alat penangkapan terbesar, paling efisien dan paling kuat akan mendapatkan kekayaan laut sebanyak-banyaknya. Sedangkan Nelayan kecil, dengan kapal kecil dan permodalan yang kecil tentu tidak bisa bersaing dengan kapal raksasa perikanan komersial.
Di dunia kelautan dan perikanan, nelayan lokal tentu akan kalah bersaing dengan operasi perikanan komersial. Selain permasalahan kompetisi penangkapan yang tidak imbang antara nelayan dengan korporasi besar banyak juga nelayan lokal terperangkap utang modal kepada para tengkulak yang semakin membenamkan nelayan dalam lumpur ketidakberdayaan.
Tujuan utama bisnis adalah mendapatkan keuntungan sebesar-besarnya dan untuk memaksimalkan keuntungan, tentunya perusahaan komersial mengirim armada dengan peralatan yang canggih dan kapasitas operasional yang besar di laut dan mampu bertahan didaerah operasi dengan waktu yang lama. Mereka mengambil sebanyak mungkin sumberdaya dalam satu wilayah dan pindah ke tempat lain setelah sumber daya ikan habis. Dengan kapital yang besar kapitalisasi sektor perikanan oleh korporasi tentu akan terus berupaya mengeksploitasi sumberdaya secara besar besaran.
Sedangkan di sisi lain pelaku ekonomi perikanan lainnya yaitu nelayan tradsional, hanya bisa memanen sumberdaya dengan jangkauan terdekat dari mereka, dan tentunya wilayah operasional kapalnya tidak besar serta kemampuan operasional juga terbatas tentu situasi ini membawa nelayan dalam kondisi tidak berdaya, dan jika dihadapkan dengan problematika nelayan yang pelik yang rentan dengan kemiskinan tentu mereka tidak memiliki banyak pilihan kecuali usaha tidak efektif secara ekonomi seperti menjual perahu, atau lebih buruk, gunakan metode destruktif demi memberi makan keluarga.
Kapitalisasi industri perikanan ditandai dengan korporasi atau perusahaan perikanan komersial biasa menggunakan, seperti jaring mekanik, mesin lebih kuat, citra satelit dan pencari ikan elektronik hingga sulit bagi ikan menemukan tempat bersembunyi maupun bertelur dengan tenang. Kapal penangkap ikan komersial dapat mengangkut hingga 350 ton dalam satu hari, dimana hal ini setara dengan hasil tangkapan armada nelayan kecil selama setahun.
Eksploitasi oleh kapitalisasi perikanan memberikan dampak secara ekonomi dengan semakin terpuruknya ekonomi nelayan yang berakibat pada permasalahan sosial yaitu kesenjangan. Disisi lain kapitalisasi perikanan juga memicu permasalahan ekologi sebagai contoh jelas dari situasi mengkhawatirkan ini, adalah penangkapan spesies tuna paling penting seperti tuna Bigeye, dimana Nelayan yang menggunakan cara-cara berdampak lebih rendah seperti pancing tangan akan sulit mendapatkan ikan.
Kelangkaan ikan tersebut dikarenakan adanya ribuan kapal komersial menanti di laut dengan jutaan kait. Di sana juga banyak bayi tuna, bersama hiu, pari dan kura-kura, yang tertangkap jaring besa. Dan sedihnya ketika ikan-ikan habis, nelayan kecil akan kelaparan, kala itu pemilik perusahaan perikanan besar bisa berpindah ke bisnis lain dengan keuntungan tebal.
Nelayan tradisional dengan modal kecil dan peralatan sederhana tentu tidak akan mampu bersaing dengan korporasi besar perikanan. Pemberdayaan masyarakat tentu sangat dibutuhkan nelayan dimana strategi pembangunan kapasitas nelayan -- nelayan tradisional harus dioptimalkan dengan pendekatan kolaboratif dan partisipatif tentunya. Strategi pemberdayaan dengan konsep pentahelix dimana program pemberdayaan melibatkan semua pemangku kepentingan adalah langkah taktis dan berbasis manajemen yang tepat.
Kebijakan penangkapan ikan berbasis zonasi juga harus diterapkan dengan tepat memperhatikan keseimbangan ekonomi dan ekologi, penangkapan ikan terukur harus mampu menekan korporasi besar untuk menangkap ikan secara sistemik berbasis sustainabelity sumberdaya perikanan serta mampu memberi ruang yang optimal bagi nelayan tradisional untuk meningkatkan kapasitas produksi. Kebijakan tersebut harus dibarengi dengan pengawasan dan penertiban yang ketat dan pro nelayan.
Selain intervensi pemberdayaan serta penguatan kebijakan perikanan penerapan program pemanfaatan sumberdaya perikanan secara kolaboratif juga perlu dilakukan dimana korporasi besar harus mampu mengimplementasikan program CSR atau customer social responsibilities terhadap nelayan tradisional, dimana korporasi besar bisa memberikan pelatihan dan permodalan terhadap nelayan, atau menjadi armada operasional bagi perusahaan dengan pola kerja sama simbiosis mutualisme.Â
Selain untuk meningkatkan produktivitas nelayan, program pemanfaatan sumberdaya perikanan kolaboratif bisa menjadi ajang transfer teknologi dan metode penangkapan ikan yang efektif dan efesien.
Mendukung pemberdayaan nelayan juga harus dilakukan oleh masyarakat denga. Membeli hasil tangkapan nelayan kecil, pasar pasar ikan tradisional harus di penuhi oleh hasil tangkapan ikan nelayan tradisional, sedangkan hasil tangkapan korporasi besar harus dijual ke pasar yang lebih besar dalam bentuk produk bernilai tambah. Pemenuhan komoditas perikanan di pasar ikan oleh produk nelayan kecil harus didukung dengan kebijakan pemerintah yang strategis dan pro nelayan.
Upaya tersebut harus dijalankan secara tepat dan optimal serta dilakukan secara bersama sama untuk kepentingan sosial ekonomi masyarakat pesisir termasuk nelayan. Jika hal tersebut dijalankan nelayan kecil dan korporasi besar akan berdampingan memanfaatkan sumberdaya perikanan dengan mengedepankan keseimbangan ekonomi dan ekologi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H