Nelayan menangkap tuna cakalang di Larantuka, Flores, Indonesia. Tuna adalah produk ekspor perikanan terbesar kedua Indonesia.(KKP/Paul Hilton)
Kelautan dan perikanan adalah sektor ekonomi nasional yang seksi dan tentunya keseksiannya banyak digantungkan harapan mampu menjadi lokomotif peningkatan ekonomi nasional. Pengelolaan sektor kelautan dan perikanan membutuhkan sebuah investasi besar dimana investasi dimaksud adalah investasi menyeluruh disemua sub sektornya.
Berbicara investasi di sektor kelautan dan perikanan ada sebuah grand design yang akan lebih mengarah pada sebuah desain investasi ekonomi biru (blue economy).
Ekonomi biru berbicara tentang pemanfaatan sumber alam sektor kelautan dan perikanan yang berorientasi jangka panjang dan berkelanjutan dengan memperhatikan keseimbangan antara aspek ekonomi dan ekologi.
Dasar pemikiran pembangunan sektor kelautan dan perikanan dalam kerangka ekonomi biru tentunya akan lebih tepat sasaran jika didorong untuk mengacu pada kerangka pembangunan berbasis Wilayah Pengelolaan Perikanan Negara Republik Indonesia (WPPNRI) baik wilayah pengelolaan laut maupun perairan darat.
Secara data Investasi sektor kelautan dan perikanan masuk dalam kategori investasi potensial. Data Badan Pusat Statistik (BPS) selama Januari-April 2021 menunjukan peningkatan ekspor komoditas kelautan dan Perikanan pad kisaran angka hingga mencapai 4,15 persen.
Peningkatan tersebut setara dengan nominal senilai 488,61 juta dolar AS. Nilai tersebut jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya mengalami peningkatan sebesar 11,6 persen.
Memandang sebuah strategi dalam optimalisasi pengembangan sektor kelautan dan perikanan tentunya perlu menerapkan target-target yang konkret dan mampu terealisasikan.
Secara nasional, pencapaian target nasional pembangunan kelautan dan perikanan yang telah dijabarkan dalam RPJMN 2020-2024, dimana disebutkan ada kontribusi maritim kepada PDB Nasional sebanyak 7,8 persen. Ada target pertumbuhan sektor perikanan 8,7 persen.
Dalam kerangka ekonomi biru dimana pembangunan kelautan dan perikanan berbasis wilayah pengelolaan perikanan, maka target-target ini harus dapat diturunkan ke masing-masing WPP. Artinya kita harus bisa memetakan itu semua, bagaimana produksinya, berapa besar industri harus dibangun, bagaimana kawasan konservasinya di setiap WPP.