Mohon tunggu...
Moh Nur Nawawi
Moh Nur Nawawi Mohon Tunggu... Nelayan - Founder Surenesia

Seorang pecinta dunia maritim / Pelayan dan Pengabdi Masyarakat / suka menulis, bercerita dan berdiskusi / @nawawi_indonesia nawawisurenesia@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Reorientasi Dana Desa untuk Pengembangan Sektor Pertanian

13 Februari 2021   21:33 Diperbarui: 13 Februari 2021   22:02 373
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: Dokumentasi Pribadi

Dari dulu sejak dibangku sekolah dasar kita selalu dikenalkan dengan pemahaman bahwa Indonesia adalah negara agraris. Walau era kekinian dengung Indonesia sebagai negara agraris sudah mulai bergeser ke Indonesia negara maritim. Tapi dua slogan tersebut adalah fakta karena memang Indonesia adalah negara yang kaya akan potensi pertanian dan maritim. Terlepas dari kejayaan masa lalu, realitas bahwa Indonesia memiliki sumberdaya pertanian yang luar biasa adalah bukti bahwa sektor pertanian harusnya bisa menjadi pilot sektor dalam mendongkrak ekonomi nasional.  

Tapi dari negeri ini berdiri hingga saat ini fakta empiris menunjukkan bahwa pelaku sektor pertanian yang biasa kita kenal sebagai petani sebagian besar masih belum sejahtera dan itu adalah bukti bahwa sektor ini belum optimal digarap. Jika kita mau belajar dari Thailand sebagai negara dengan pertanian yang maju maka sektor pertanian sudah seharusnya menjadi perhatian utama dalam hal pembangunan. Sebab, sektor pertanian memegang peranan penting dalam perekonomian di Indonesia.

Terbukti dari konstribusi sektor Lapangan usaha Indonesia selama tahun 2020 yang didominasi oleh tiga lapangan usaha utama. Sektor Industri Pengolahan menjadi paling berkontribusi dengan 19,88 persen, diikuti Sektor Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan sebesar 13,70 persen dan sektor Perdagangan Besar-Eceran Reparasi Mobil dan Sepeda Motor sebesar 13,02 persen.

Selain menjadi penyumbang pertumbuhan ekonomi nasional, sektor pertanian pun menjadi salah satu yang pertumbuhan ekonominya positif di tengah kondisi pandemi covid-19 ini. Tidak hanya mendongkrak perekonomian Indonesia, Sektor pertanian, Kehutanan, dan Perikanan juga menyerap tenaga kerja yang paling besar dibandingkan sektor lainnya.

Badan Pusat Statistik pada Agustus 2020 mencatat ada sebanyak 38,22 juta jiwa atau 29,75 persen masyarakat Indonesia yang berumur 15 tahun ke atas bekerja di sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan.

Diikuti sektor perdagangan besar dan eceran yang menjadi sektor kedua yang menyerap pekerja, yaitu sebanyak 19,23 persen. Dan urutan ketiga yaitu sektor Industri pengolahan dengan 13,61 persen.

Kondisi Petani masih belum sejahtera

Desa menjadi tempat gudangnya petani. Sebab dari 38,22 juta jiwa masyarakat 15 tahun ke atas yang bekerja di pertanian, sebanyak 78,03 persennya ada di desa. Dengan besarnya dominasi penduduk desa yang bekerja di sektor pertanian, pemerintah harus lebih memperhatikan kesejahteraan petani di perdesaan.

Namun, dari besarnya sektor pertanian dalam perekonomian Indonesia dan penyerapan tenaga kerja, terselip fakta yang memiris hati yaitu kesejahteraan petani desa. Sektor pertanian diidentikkan dengan kesan sebagai masyarakat yang miskin.

Hal tersebut dinyatakan juga dari data Tahun 2020, sebanyak 46,30 persen rumah tangga miskin mengandalkan sektor pertanian sebagai tumpuan hidupnya.

Sampai saat ini belum ada program pembangunan yang mampu memberi jaminan kepada mereka yang memilih petani sebagai profesi yang menyejahterakan. Dana desa yang diformulasikan untuk mendukung percepatan pengentasan kemiskinan yang ada di desa belum mampu menyentuh kesejahteraan petani.

Dana desa yang digulirkan di pedesaan tempat tinggal sebagian besar petani, belum mampu membuat petani sejahtera. Adanya dana desa memang cukup menyerap tenaga kerja terutama kalangan muda untuk berwirausaha, mengembangkan wisata dan perbaikan sarana dan prasarana desa. Tetapi dana desa ini seakan semakin menjauhkan pemuda dengan pertanian.

Pemuda seperti dininabobokkan dengan dana desa yang diperuntukkan untuk sektor di luar pertanian. Tetapi bagaimana dengan generasi tua yang notabene bekerja sebagai petani. Hasil Survei Pertanian Antar Sensus (SUTAS) 2018 yang dilakukan BPS mencatat umur petani Indonesia berada di dominasi pada umur 45 tahun ke atas, yaitu sebanyak 60,71 persen. Petani yang berumur 35 sampai 44 tahun sekitar 24,39 persen dan petani yg berumur kurang dari 35 tahun sebanyak 14,90 persen.

Petani generasi "tua" hanya menonton. Petani yang renta hanya pasrah menerima nasib dan tetap dengan ikhlas bergantung pada hasil pertaniannya. Petani tidak punya pilihan lain atau mengembangkan usahanya karena keterbatasan lahan, fisik dan pendidikan yang rata-rata di bawah tamatan SD.

Ini masalah serius yang harus segera ditangani. Rendahnya tingkat kesejahteraan petani tentunya akan berimplikasi terhadap banyak hal, salah satunya krisis regenerasi petani. 

Padahal, beberapa tahun ke depan Indonesia akan mengalami bonus demografi. Pemuda tidak tertarik dengan pertanian yang pekerjaannya kotor dan pendapatan yang diterima masih kurang dan tidak pasti. Bahkan banyak petani itu sendiri yang menginginkan untuk bekerja di sektor usaha lain. Kalau ini terjadi maka kelak akan menyebabkan krisis petani.

Masalah Pertanian di Indonesia

Beragam program untuk meningkatkan produktivitas sektor pertanian hingga penggelontoran dana yang besar telah dilakukan oleh pemerintah tapi hingga hari ini permasalahan pertanian masih jauh dari parameter yang seharusnya jika kita sesuaikan dengan sumberdaya yang ada.

Beragam masalah klasik masih sering kita temui di sektor pertanian, belum lagi jika kita bandingkan dengan negara thailand dan vietnam yang semula belajar pertanian dari Indonesia tapi saat ini harus kita akui bahwa sektor pertanian mereka jauh melesat diatas kita bahkan hingga 50 kali lebih maju dari pada sektor pertanian kita. 

Dulu Indonesia pernah swa sembada beras tapi hari ini kita justru impor beras sungguh bertolak belakang dengan fakta begitu luasnya lahan pertanian kita dibanding dengan negara lain seperti Thailand yang justru menjadi eksportir pertanian di dunia.

Permasalahan hingga saat ini yang masih dihadapi oleh pelaku sektor pertanian diantara seperti

Pertama, permasalahan lahan, dimana pada umumnya petani kita memiliki lahan yang sempit dan tidak sedikit pula para petani kita adalah petani penggarap lahan yang tidak memiliki lahan.

Kedua, pertanian kita masih sangat rendah produktivitasnya hanya 2-3 kali dalam setahun bahkan ada beberapa daerah yang hanya sekali setahun tentu berbeda dengan thailand yang bisa 5 kali dalam setahun, permasalahan kita berkutat pada ketersediaan air serta teknologi yang ada, banyak petani hanya mengandalkan air yang ada dan minim melakukan inovasi dalam hal mengelola lahannya.

Ketiga, permasalahan tataniaga pertanian kita masih belum berpihak pada petani, permasalahan ini diperparah dengan masuknya produk pertanian impor, secara psikologis tentunya menjadi beban bagi peningkatan produk nasional, harga pupuk dan biaya produksi yang mahal tidak diimbangi dengan harga jual yang tinggi.

Keempat, Akses permodalan usaha sektor pertanian menjadi masalah yang selalu hadir di kehidupan petani kita, sulitnya mendapatkan modal tentunya berimbas pada produksi pertanian yang apa adanya karena untuk meningkatkan teknologi, inovasi dan sebagainya membutuhkan modal.

Kelima, inovasi dalam hal pengembangan teknologi serta sistem budidaya pertanian masih berjalan lambat, banyak para petani kita mengelola lahan dengan cara konvensional serta bergantung pada peralatan yang sederhana dan pupuk kimia subsidi saja dan masih ada ketakutan serta keengganan untuk berinovasi.

Keenam, kebijakan pemerintah yang belum pro pertanian menjadi salah satu faktor belum optimalnya sektor ini, kebijakan impor yang harusnya dibarengi oleh peningkatan produktivitas tidak dilakukan, justru impor dimanfaatkan oleh sebagian oknum sebagai lahan bisnis pribadi. Produk dalam negeri tidak mampu bersaing dengan produk impor karena kebijakan pemerintah tidak menguatkan produk dalam negeri.

Dongkrak Kesejahteraan Petani

Untuk mengoptimalkan produktivitas sektor pertanian khususnya padi sebagai upaya mewujudkan kembali swa sembada beras maka beberapa langkah strategis yang perlu dilakukan adalah sebagai berikut (1) pengembangan kualitas hidup petani (smart farmer); (2) pengembangan efisiensi produksi pertanian, manajemen, dan ketahanan pangan; (3) pengembangan sumber daya pertanian secara efisien, seimbang, dan berkelanjutan; (4) Standarisasi untuk menjangkau pasar internasional, yakni dengan menerapkan Good Manufacturing Practices (GMP) dan Good Agricultural Practices (GAP).

Untuk mewujudkan strategi diatas maka pembangunan pertanian haruslah diprioritaskan kepada perluasan lahan dan pemamfaatan hasil produksi padi, dan mengabaikan konversi. 

Menerapkan identifikasi dan klasifikasi terhadap kualitas tanah yang subur dan kurang subur. Selanjutnya tanah yang subur diintervensi dengan melakukan pengelolaan pertanian terpadu dan fokusnya pada peningkatan produksi padi dan mendidik petani agar cermat dan bijak meningkatkan kualitas pasca panen. 

Sedangkan lahan kurang subur dapat digunakan sebagai komoditas tanaman pendukung atau komoditas pertanian lainnya.

Pembangunan pertanian harus dibarengi dengan upaya menerapkan ide yang inovatif dan kaya konsep. Penerapan pertanian organik harus dioptimalkan dibarengi dengan peningkatan kualitas teknologi serta sistem budidaya modern yang masif. 

Hal ini tidak bisa dilakukan oleh pemerintah sendiri, harus ada kolaborasi dengan semua lapisan masyarakat pertanian, sektor swasta, organisasi non pemerintah atau NGO, universitas dan semua stage holder yang berkecimpung di sektor ini.

Pengembangkan pertanian 4.0 dengan melakukan transformasi ekonomi menuju perekonomian industrialisasi khususnya sektor agribisnis harus dilakukan dengan menerapkan program Petani pintar (Smart Farmers). Pertanian 4.0 berfokus pada penerapan teknologi tinggi terhadap komoditas-komoditas utama dan komoditas-komoditas yang punyai nilai terpadu seperti padi, beberapa jenis sayuran dan buahan.

Rendahnya kelompok usia muda di sektor pertanian bukanlah fenomena baru, dengan alasan utama tentu saja berkaitan dengan ekonomi. Saat ini, profesi petani masih dipandang sumber penghasilan ekonomi yang kurang menjanjikan, dan memiliki risiko kerugian yang tinggi jika terjadi gagal panen. 

Potret ini sangat menyakitkan dan bahkan sebagai salah satu faktor timbulnya kemiskinan baru dalam bidang pertanian. Kaum muda enggan tertarik untuk terjun dan menekuni bidang pertanian dan melirik usaha non-pertanian yang lebih aman seperti bekerja sebagai buruh di pabrik atau melakukan urbanisasi keluar dari lingkungan pertanian dan beralih ke sektor swasta. 

Harus ada strategi yang mampu mendorong generasi muda untuk terjun di bisnis pertanian, geliat anak muda saat ini yang mulai aktif pada bisnis pertanian seperti pertanian organik sekala rumahan dan komunitas, startup pertanian harus dioptimalkan hingga mau terjun langsung menggarap lahan yang luas serta mengelola komoditas unggulan seperti padi dan lainnya.

Adopsi teknologi berperan penting dalam mempengaruhi produktivitas pertanian dan kaitannya dengan pendapatan rumah tangga. Adopsi teknologi dapat meningkatkan kemampuan petani untuk mengembangkan usaha taninya, yakni berupa penggunaan bibit varietas baru, perbaikan sistem tanam, serta penggunaan pupuk dan obat-obatan. Hal ini harus menjadi prioritas strategi pengembangan pertanian.

Permodalan petani menjadi masalah utama untuk itu harus ada strategi atau terobosan untuk mengatasi masalah tersebut yaitu dengan mengembangkan lembaga permodalan untuk petani seperti Bank pertanian atau Bank Of Agriculture sebagai penyalur dan penyedia modal bagi petani dalam mengembangkan bidang-bidang pertanian. 

Perusahaan-perusahaan besar harus didorong untuk melakukan kontrak dengan petani tanpa menggunakan agunan, sehingga jika terdapat kegagalan dengan hasil panen tanah mereka tidak akan disita dan kegagalan petani ditanggung oleh pemerintah. 

Pemerintah juga mengawasi aturan tentang kontrak pertanian yang dilakukan perusahaan dengan petani dalam menjamin harga minimal dari produk yang mereka minta untuk ditanam oleh para petani. Penetapan batas harga tersebut jika perusahaan tidak mematuhinya, maka petani bebas untuk menjual produknya ke pihak yang lain.

Pemanfaatan Dana Desa Untuk Optimalisasi Pembangunan Pertanian.

Pemerintah Pusat sebenarnya telah memperhatikan desa. Terbukti jumlah rumah tangga miskin yang bekerja sebagai petani turun sebanyak 3,11 persen dibandingkan tahun 2019. Selain itu, pemerintah terus gencar membangun infrastruktur untuk semua wilayah Indonesia khususnya di Timur Indonesia.

Infrastruktur yang dibangun dimulai dari jalan desa, jembatan, pasar desa, dan lain sebagainya. Dengan dibangun banyaknya infrastruktur, diharapkan dapat membantu dan meningkatkan pendapatan petani. Namun sepertinya belum berdampak pada kesejahteraan petani secara langsung.

Dana desa yang begitu besar sebaiknya mampu mengaplikasi kebutuhan petani yang membutuhkan modal dan menjual hasil panennya pasca panen. Pemerintah desa harus memahami ini kalau ingin kesejahteraan petani meningkat. Hal ini sejalan dengan kondisi petani kita yang mayoritas tinggal di Desa.

Dana desa harus dioptimalkan untuk mendorong pengembangan pertanian modern yang berkelanjutan. Dengan menggerakkan pemuda desa dalam pengelolaan pertanian dan pemasaran hasil pertanian bisa menjadi sinergi yang mampu memperkuat pertanian dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa.

Petani sebagai subjek pembangunan perlu didongkrak kesejahteraan kehidupannya. Dan sudah seharusnya pertanian menjadi perhatian utama dalam pembangunan. Sebab petani merupakan pahlawan pangan bagi 270,2 juta rakyat Indonesia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun