Mohon tunggu...
Moh Nur Nawawi
Moh Nur Nawawi Mohon Tunggu... Nelayan - Founder Surenesia

Seorang pecinta dunia maritim / Pelayan dan Pengabdi Masyarakat / suka menulis, bercerita dan berdiskusi / @nawawi_indonesia nawawisurenesia@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Sapa Dia dengan "Nelayan"

7 April 2018   04:55 Diperbarui: 7 April 2018   05:15 2649
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Nelayan, sebuah panggilan yang taka sing

Sedari kecil aku sudah di kenalkan

Para pejuang keluarga dan negaranya

Mengais rizki pada deburan samudera

Senja merona memerahkan cakrawala

Berderet lelaki berkalung sarung

Menenteng ember menuju riak air pantai

Melompat pada bahtera tambat dermaga

Semua sedang tersenyum

Semangat melanjutkan cerita demi cerita

Cerita bercengkrama dengan angin malam

Bergumul dengan jaring dan asinnya air garam

Mereka semua adalah bapak kita

Mereka menjadi bagian cerita peradaban ini

Dari mereka kita lihat menu meja makan

Penuh dengan kreasi bunda dengan ikan

Tapi mari kita bertanya

Bertanya pada simponi peradaban

Pada lembar puisi regulasi

Pada suara sumbang bibir-bibir demokrasi

Sudahkan nelayan kita terbayarkan?

Atas peluh keringat dan hitam legam

Saat terus menebar jala

Di ombang ambing gelombang

Setelah bertanya

Simpulkan jawaban kita

Lalu bergegaslah

Peluk, dan beri mereka senyuman

(Nawawi)

Refleksi hari Nelayan nasional 06 April 2018, walau sejujurnya aku belum begitu faham tentang tonggak sejarah hari nelayan, tapi bagiku itu semua adalah sebuah penghormatan bagi sang pejuang gizi, bagi pejuang keluarga, para nelayan yang dengan jerih payah, berpeluh-peluh dan hitam legam kulit terpapar sinar mentari dan siraman air garam. 

Dihari yang semua orang tau, sebagai bukti kita masih diingatkan akan adanya nelayan, mereka terus bekerja, mereka terus berkarya walau tanpa terlihat karena berada pada pinggiran peradaban. Tapi ada kalanya nelayan menjadi pemberitaan luar biasa, seperti biasa karena konflik, atau karena menjelang masa - masa elektasi, tapi ya sudahlah mereka tetap saja bekerja tanpa peduli dengan hiruk pikuk gemerlap euforia demokarasi dan apalah itu.

Nelayan banyak kita tahu adalah para pelaku pemanfaat sumberdaya perikanan, para penghasil komoditi tinggi penghasil protein gizi, tapi ada saatnya nelayan juga jadi bahan komiditi kepentingan dan ambisi. Iya memang itu faktanya, tapi tak perlulah kita menutup mata, mari melihat, mari bercerita dan bercengkrama dengan mereka, mari bertanya bagaimana keadaannya, lalu mari kita peluk dengan cinta, dan berikan mereka senyuman.

Senyuman perubahan agar tidak terlindas laju peradaban, bukan hanya senyuman ibarat pepesan kosong musiman.

SELAMAT HARI NELAYAN  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun