Mohon tunggu...
Moh Nur Nawawi
Moh Nur Nawawi Mohon Tunggu... Nelayan - Founder Surenesia

Seorang pecinta dunia maritim / Pelayan dan Pengabdi Masyarakat / suka menulis, bercerita dan berdiskusi / @nawawi_indonesia nawawisurenesia@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Pemuda "Zaman Now", Memberi Solusi Bukan Hanya Mencaci-maki

8 Januari 2018   09:23 Diperbarui: 9 Januari 2018   04:54 1936
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: www.katabijak.id

Hoam..., masih ngantuk rasanya pagi ini, mata masih berat tapi jendelaku yang rusak penutupnya telah mempersilahkan sinar mentari masuk dan menyilaukan mataku, jadi terpaksa harus bangun dech. Pagi ini sebelum cuci muka, ditemani segelas air jeruk dingin, berr.. rasanya tiba - tiba ada rasa menggelitik di hatiku untuk menulis sesuatu, iya sebuah tulisan lepas tidak bergenre mungkin ha ha ha.

Aku cuma ingin sedikit membuka mataku terhadap fenomena yang berhubungan dengan kata " NOW " ada kids zaman now, ada moms zaman now dan apalah yang lain yang di embel - embeli dengan " Now ", sesuatu yang kelihatan nyentrik memang suka digandrungi di zaman sekarang ini dimana sebuah zaman orang akan lebih eksis dan banyak bergaul di dunia maya dari pada di dunia nyata, ya seperti akulah saat ini kwkwkk.

Semalam aku memang kurang tidur, jadi wajar kalau jam segini mataku masih berat, semalam banyak melihat berita-berita yang berseliweran dan semua rata - rata di dominasi oleh berita seputar pilkada, iya jadi heran sendiri pilkada di negeri ini sudah lama dilaksanakan bahkan pilkada yang model secara langsung sudah banyak menelurkan para pemimpin - pemimpin yang silih berganti, secara ironi memang banyak yang berakhir di jeruji besi, entah dengan beragam kasus yang beliau - beliau hadapi.

Aku pernah mengutip sebuah quote yang nyindir abis tentang para pemimpin kita produk demokrasi zaman now ini. ya elah zaman now he he he. 

"Beda pemimpin zaman sekarang dengan pemimpin zaman dulu, jika pemimpin zaman dulu di penjara dulu baru memimpin tapi kalau pemimpin sekarang memimpin dulu baru di penjara." 

Iya benar sekali memang begitulah fakta nya. ada lagi yang lebih menggelikan, "beda pilkada dengan Pil KB adalah jika pil KB kalau lupa biasanya jadi sedangkan pilkada kalau jadi biasanya lupa" he he he iya, kan?

Begitu ceritanya semua pada lebih suka menyalahkan pemimpin sebelumnya kalau sudah jadi sehingga lupa dengan janji-janjinya sendiri, berupaya sibuk meresmikan proyek - proyek yang telah lama digagas dan dianggarkan oleh pemimpin terdahulu untuk menaikkan citra sekaligus berperan sebagai pemadam kebakaran, yang seakan - akan telah membuat sebuah program karena meresmikan. Eh ketika proyek yang diresmikan bermasalah pemimpin lama deh tetap yang di salah kan. Memang enak pemimpin zaman now.

Berita keburukan dan kebobrokan para leader kita ini semakin meramaikan jagad dunia maya, dari skandal korupsi, skandal seks, dan skandal-skandal lainnya. Semakin jadi buah nyinyir para masyarakat khususnya para kaum muda seperti aku ini, iya beberapa paragraf diatas memang sebuah nada caci memaki dan nada nyinyir, coba lihat beranda media sosial kita hari ini.

Gimana sudah dilihat ? banyak kan ? cacian, hujatan, bagi para pendukung sang idola memaknai hujatan itu sebagai sebuah ungkapan gagal move on dari lawan, dan bagi lawan menilai sebuah dukungan adalah dukungan membabi buta, dan tidak ada benarnya sama sekali apa yang dilakukan oleh seorang pemimpin yang memang tidak disukainya, ya jelas lah memang yang dicari kesalahannya, ketika itu terjadi kepada mereka yang kita dukung maka kita akan mencari ribuan dalil untuk membela, dari ayat - ayat Tuhan, ayat - ayat konstitusi, hingga ayat - ayat cinta jilid 2, itulah kita yang selalu memiliki standar ganda dalam menilai sebuah permasalahan dan kasus tergantung sudut pandang kita suka atau tidak, kita sebenarnya sudah sadar kita tidak pernah adil sejak dalam pikiran.

Memang sangat enak jadi penikmat kesalahan orang, apa yang kita lihat itulah yang kita definisikan sebagai fakta, jika sebuah kesalahan maka sudah pasti di pikiran kita itulah sebuah kebobrokan pemimpin kita, langsung deh, kita menghujat, menghakimi bahkan pagi ini pak hakim pun masih sarapan dengan istrinya justru kita sudah pegang palu untuk menghakimi kasus demi kasus yang faktanya sebuah kesalahan yang dibuat oleh orang yang tidak kita suka, bahkan bagi kita yang masuk kategori kelompok garis putih kita akan selalu menyalahkan siapapun mereka, tidak ada benarnya samak sekali bagi kita apa yang telah mereka lakukan buat negeri ini, ya karena memang kita fokus pada sisi negatif dan kesalahan mereka, dan sekali lagi standar ganda selalu kita terapkan, dan faktanya memang kita tidak bisa adil sejak dalam pikiran.

Ada pemimpin yang selalu teriak anti korupsi tiba - tiba terjerat kasus korupsi, belum disidang masih sebuah berita tuduhan kita langsung anti pati dan menghujatnya, walaupun apa yang telah dibuat sangat bermanfaat bagi bangsa ini, ada figur yang selalu berceramah tentang agama, dengan kata - kata lemah lembut tiba diberitakan melakukan poligami secara sah padahal, kita langsung menghujat macam - macam, " Ulama kok pikirannya selangkangan ", " ternyata kelakuan aslinya begitu toh " dan masih banyak lagi kata - kata pedas yang kita lontarkan, belum lagi ada seorang pemimpin yang programnya selalu bernuansa religius dan selalu berinovasi walau sebenarnya mungkin sebuah pencitraan juga kita tidak tau, tiba - tiba terhadang kasus pornografi langsung kita mengeluarkan rentetan hujatan, dan aksi - aksi yang berupaya mendeskreditkan sang pemimpin.

Iya memang semua itu wajar dan ya memang beritanya mereka salah, maaf aku disini  bukan dalam kapasitas mendukung koruptor atau pemimpin yang doyan bermain lendir ya. Aku cuma ingin membuka cakrawala berfikir kita sebagai generasi muda yang sudah harus mengurangi standar ganda pada pola pikir dan analisa kita, sebagai generasi muda sudah patut jika kita masih berdiri kokoh di garda tengah mengedepankan sebuah paradigma yang memakai banyak kacamata analisa, menghindari sebuah pragmatisasi pada pola pikir kita, dan sudah saatnya kita belajar adil sejak dalam pikiran.

Ada sebuah ungkapan menarik dari seorang figur entah lupa siapa yang punya tapi yang pasti bukan punyaku karena ini adalah sebuah ungkapan yang aku kutip: 

"Kalau belum bisa jadi solusi minimal jangan menambah masalah atau jangan jadi sumber masalah." 

Sebuah ungkapan menarik, kaum muda di era Soekarno, Wakhid hasyim, Sam ratulangi atau era zaman dulu telah memberikan contoh bahwa kaum muda adalah kaum pemberi solusi, bukan kaum yang gemar caci maki, mari kita garis bawahi solusi bukanlah sekedar mengkritik dan menghakimi salah atau benar terhadap sebuah kebijakan atau sebuah permasalahan bangsa.

Tapi solusi adalah sebuah upaya kita memberikan kontribusi terhadap sebuah permasalahan dengan aksi nyata sesuai dengan kapasitas kita. Jika korupsi adalah sebuah perbuatan Amoral maka sedini mungkin kita tanamkan sebuah sikap yang anti korupsi. Sikap anti korupsi tidak berarti kita selalu berteriak lantang dengan retorika buih sampah.

Tapi bagaimana kita sadar akan sebuah sikap untuk menjauhi budaya korupsi, mentang - mentang kita tidak duduk di pemerintahan kita selalu saja menghujat pejabat dan ara pegawai pemerintahan kita korup, malas, dan tidak becus bekerja itu bukanlah sebuah gerakan anti korupsi, anti korupsi tidak melulu selalu bersuara untuk membongkar praktek korupsi itu kan sama saja dengan pemadam kebakaran.

Coba kita jadi pencegah kebakaran dengan memulai hidup dengan sikap disiplin, menghargai waktu, dan menaati aturan dan kebijakan yang disepakati, contoh nyata disiplin berlalu lintas, datang tepat waktu, jujur, dan masih banyak lagi, memang susah dan sulit karena sering terjadi kita selalu marah - marah ketika lampu merah yang menyala lama tatkala kita buru - buru ke kantor dan menyalahkan polisi yang sedang patroli curanmor yang membuat sedikit kemacetan, kenapa kita tidak berangkat lebih awal untuk mengantisipasi telat kantor dan masih banyak lagi.

Paling mudah memang menghujat dan mencaci maki, penonton bola akan dengan mudahnya bilang goblok pada sang pemain yang telah berjuang bermain dengan peluh bercucuran, begitulah fenomena yang kerap terjadi pada kita sebagai kaum muda, biar dilihat kritis, biar dilihat mudanya kita selalu saja mengkritisi kebijakan - kebijakan pemerintah, diskusi - diskusi kita hanyalah sebuah lemahnya kebijakan, salahnya sistem dan tentang aksi - aksi, skenario propaganda, lobi - lobi dan seputar itu saja, kita jarang mendiskusikan tentang sebuah solusi yang bisa kita tawarkan kepada pembuat kebijakan.

Sebuah solusi berbasis data impiris di masyarakat yang bisa menjadi pembenah kekurangan sebuah kebijakan dan bisa menjadi kajian pustaka yang akan melengkapi kesempurnaan sebuah kebijakan, hal itulah yang kadang kaum muda banyak dimanfaatkan oleh kepentingan elit tertentu. Kaum muda jangan dulu bicara kepentingan menang dan kalah golongan dan individu, semua itu adalah proses untuk menuju pematangan generasi karena kaum muda adalah pemimpin masa depan.

Bukan tidak setuju dengan kepemimpinan kaum muda, jika memang sudah memiliki kualifikasi dan kematangan berfikir yang bagus why not, tapi aku disini lebih ingin berusaha mengajak kaum muda untuk lebih berfikir solusi ketimbang berkubang dengan caci maki berdalih kritis.

Kaum muda bisa menjadi motor penggerak di masyarakat,  bisa menjadi agen sosialisasi dan menjadi pembawa aspirasi agar hubungan pemerintah dan masyarakat bisa semakin kuat bersama - sama membangun peradaban, bahasa mudahnya kaum muda harus jadi garda terdepan mengawal kebijakan, jika baik untuk masyarakat kaum muda harus pihak pertama yang mensosialisasikan kepada masyarakat sekaligus menjadi motor penggeraknya.

Jika ada yang kurang tepat kaum muda harus mampu menyerap aspirasi masyarakat untuk disampaikan kepada pembuat kebijakan sekaligus memberikan solusi yang tepat sesuai dengan fakta di masyarakat, jika kebijakan menyengsarakan kaum muda memang harus bergerak untuk mendesak pemerintah agar mencabut tentunya dengan menawarkan solusi yang memang benar - benar telah diserap dari masyarakat, tidak peduli pembuat kebijakan adalah pihak yang kita dukung atau pihak yang kita lawan, kaum muda harus fair dalam masalah ini. 

Haduh, kok udah habis ini kayaknya yang mau aku omongin. Aku pikir aku juga mengutarakan cacian dan makian. Mungkin tulisan ini juga akan di kategorikan sebuah kritik atau cacian, mungkin ada yang bilang tidak semua kaum muda begitu, ada yang sudah sukses dan memang konsisten untuk memberi perubahan. Iya memang benar, setidaknya aku berharap tulisan yang masih belepotan ini menjadi salah satu kontribusiku untuk memberi semangat dan pencerahan bagi kaum muda sepertiku. Mari selalu menjadi pembelajar dan selalu berusaha berkontribusi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun